Pemerintah Arab Saudi menahan ratusan tersangka teroris pasca serangan terhadap sebuah mesjid Syiah pekan lalu. Salah satunya adalah pria asal Indonesia. Sejauh ini Kemenlu belum mengkonfirmasikan identitas pria tersebut
Iklan
Kepolisian Arab Saudi menangkap seorang pria asal Indonesia bersama sembilan warga negara Amerika Serikat atas dugaan terlibat dalam tindak terorisme. Mereka termasuk 33 tersangka teroris yang diciduk aparat dalam aksi penggerebekan beberapa pekan terakhir.
Para tersangka diduga terlibat dalam serangan teror di Saudi baru-baru ini. Sejauh ini Kementerian Luar Negeri di Jakarta belum mampu mengkonfirmasikan identitas pria Indonesia yang ditangkap.
"Iya, kami sedang verifikasi," tutur Wakil Menteri Luar Negeri RI Abdurrahman Mohammad Fachir kepada Kompas. Selain WNA asal Amerika dan Indonesia, kepolisian juga menangkap tersangka asal Filipina, Yaman, Suriah, Kazakhstan dan seorang warga Uni Emirat Arab.
Tidak jelas apakah 33 tersangka terlibat dalam jaringan teror Islamic State.
Jumat silam sebuah serangan teror menimpa masjid Syiah di timur Arab Saudi. Empat orang tewas dan belasan lain luka-luka. Uniknya Islamic State mengklaim tidak mendalangi serangan tersebut. Padahal selama ini berbagai serangan terror terhadap komunitas Syiah di Arab Saudi dilakukan oleh kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu.
Harian lokal, Saudi Gazette menulis sebanyak 532 tersangka teroris IS yang didakwa terlibat dalam berbagai serangan teror di Arab Saudi sedang akan menjalani persidangan. Mereka merupakan anggota enam sel teror yang diringkus selama penggerebekan kepolisian sejak beberapa pekan silam.
Pemerintah Arab Saudi menawarkan uang imbalan sebesar 1 juta riyal bagi siapa saja membantu untuk menangkap tersangka teroris dan 7 juta riyal untuk menggagalkan serangan teror.
Inilah Sumber Keuangan ISIS
Sumber utama keuangan ISIS adalah penjualan minyak, penjarahan bank, pajak dari rakyat di daerah pendudukan dan penjualan barang antik. Dengan kekayaan 2 milyar Dolar ISIS bisa bertahan 2 tahun jika jalur dana diputus.
Foto: picture alliance/abaca
Penjualan Minyak Illegal
Sumber utama pemasukan ISIS adalah dari penjualan minyak ilegal. ISIS berhasil merebut beberapa ladang minyak penting di Suriah dan Irak. Sudah jadi rahasia umum jalur penyelundupannya adalah lewat Turki. Pentagon menaksir tiap bulan ISIS meraup omset 40 juta Dolar dari pasar gelap minyak.
Foto: Getty Images/J. Moore
Penjarahan Bank
ISIS selalu menjarah bank-bank di kawasan yang mereka rebut di Suriah dan Irak. Pemerintah Amerika menaksir antara 500 juta hingga satu milyar Dolar berhasil diraup ISIS dari bank-bank tersebut. Saat menaklukkan kota Mossul di utara Irak, dilaporkan 420 juta Dolar raib dijarah. Jumlah ini cukup buat membayar gaji 50.000 jihadis selama setahun.
Foto: Getty Images/S. Platt
Pajak dan Pemerasan
8 juta rakyat di kawasan kekuasaan ISIS harus membayar pajak Antara 5 sampai 15 persen dari pendapatan. Pemerintah Jerman melaporkan, ISIS juga terapkan pajak khusus bagi warga non Muslim. Juga perusahaan di kawasan taklukan harus membayar rutin sejumlah uang perlindungan.
Foto: DW/Andreas Stahl
Penjualan Barang Antik
Para "jihadis" biasa mempropagandakan aksi menghancurkan berhala dari kota-kota antik yang dikuasai ISIS. Tapi barang antik berharga tinggi biasanya diamankan dan diselundupkan untuk dijual di pasar gelap. Juga banyak artefak temuan arkeolog yang disita dan dijual di pasar gelap. Sejauh ini tidak ada angka pasti omset penjualannya.
Foto: Getty Images/AFP/J. Eid
Penculikan dan Uang Tebusan
Penculikan dan permintaan uang tebusan, ibarat pisau bermata dua bagi ISIS. Di satu sisi sumber pemasukan, dan di sisi lain propaganda teror. ISIS diyakini kantungi puluhan juta Dolar uang tebusan. Sandera yang punya efek propaganda besar, biasanya dieksekusi dan videonya ditayangkan lewat Internet. Dengan sekali pukul, ISIS mencapai dua sasaran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Sumbangan
Simpatisan ISIS cukup banyak tersebar di mana-mana dan menyumbang dana bagi kelompok teror ini. Total sumbangannya ditaksir 40 juta Dolar pertahun. Lembaga riset terorisme internasional melaporkan, kasus tertinggi dipegang Arab Saudi, yang sejak 2010 menghukum 860 orang dengan tuduhan membiayai teror. Posisi kedua diduduki AS dengan 100 vonis.