1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialAsia

Arab Saudi Terapkan Kuota Haji dengan Sistem Undian

Jennifer Holleis | Nazan Salman
7 Juli 2022

Arab Saudi menerapkan sistem baru bagi jemaah calon haji asal Eropa, Australia, dan Amerika. Kuota haji dengan sistem undian ini memicu kemarahan umat muslim dari tiga wilayah itu.

Jemaah calon haji
Tahun ini, Mekkah menerima sekitar 1 juta jemaah calon hajiFoto: Amr Nabil/AP/picture alliance

Sekalipun semuanya berjalan sesuai rencana, persiapan dan pelaksanaan haji merupakan perjalanan emosional bagi banyak umat Islam. Namun, bagi ribuan calon jemaah haji dari sekitar 50 negara di Eropa, Australia, dan Amerika, persiapan musim haji tahun ini juga berubah menjadi drama keuangan.

Kementerian Haji Arab Saudi pada bulan Juni lalu mengumumkan bahwa umat Islam dari Australia, Eropa, dan Amerika harus mengajukan permohonan tiket haji dengan harga tetap melalui sistem undian lewat situs web Motawif yang didukung pemerintah.

Sistem baru ini disebutkan bertujuan untuk melindungi jemaah dari penyelenggara tur "palsu", yang menawarkan visa haji dengan beragam harga baik via online maupun offline. Namun, langkah itu juga mengesampingkan agen perjalanan haji yang sudah beroperasi lama, yang telah menjual tiket untuk musim haji 2022. Sistem ini mulai diberlakukan pada 7 Juli.

"Setelah pandemi dan semua yang telah kita lalui beberapa tahun terakhir, saya merasa perlu untuk menghidupkan kembali hubungan saya dengan Tuhan,” kata Omar, seorang pria Lebanon yang tinggal di Amerika Serikat dan telah mengajukan visa haji melalui sebuah agen perjalanan online yang berbasis di AS. Dia meminta DW tidak mempublikasikan nama lengkapnya, karena dia khawatir akan konsekuensi negatif pada aplikasi haji di masa depan.

Ketika Arab Saudi beralih ke sistem baru melalui undian, Omar menarik kembali permohonannya. "Tapi saya masih belum menerima konfirmasi pengembalian dana," paparnya.

Beberapa calon jemaah haji yang menggunakan sistem undian lewat Motawif menyebutkan, sistem baru ini memberikan lebih banyak masalah daripada sistem sebelumnya. Umumnya para calon jemaah haji telah membayar paket haji mereka sekitar 6.000 dolar AS (sekitar Rp90 juta).

Di Twitter, banyak yang mencurahkan kemarahan mereka tentang pengalaman di bawah tagar #PaidButFailed.

Permasalahannya serupa, antara lain pembayaran yang tidak berhasil, status aplikasi yang belum dikonfirmasi, tanggal penerbangan dan akomodasi yang tidak cocok, perubahan hotel, dan fakta bahwa hotline pelanggan pada dasarnya tidak tersedia.

Jumlah kuota berubah

Sebelum sistem baru menjadi wajib bagi umat Islam di Eropa, Australia, dan Amerika, sudah banyak yang tidak kebagian kuota haji. Jumlah tiket yang dialokasikan selalu proporsional dengan populasi muslim di negara tertentu.

Di tahun-tahun pandemi, jumlah orang yang diizinkan untuk beribadah haji berkurang secara signifikan. Jumlah muslim yang diizinkan dari negara-negara di Asia dan Timur Tengah berkurang, bahkan warga Saudi hanya diizinkan dalam kapasitas terbatas.

Pada 2019 sebelum pandemi, 2,5 juta orang diizinkan untuk menjalankan ibadah haji, sementara pada tahun 2020 saat puncak pandemi, hanya 1.000 orang yang diizinkan berhaji. Pada tahun 2021, jumlahnya meningkat menjadi 60.000, dan pada tahun 2022 ini, 1 juta orang diizinkan menjalankan ibadah haji.

Sebaliknya, negara-negara yang tidak terikat sistem tiket baru, juga hanya menerima separuh kuota dari jumlah sebelumnya untuk musim haji tahun ini.

"Namun, jumlah Muslim Eropa, Australia, dan Amerika yang sekarang berada di bawah sistem lotre baru adalah bagian terkecil, mungkin hanya sekitar 50.000 peziarah saja,” Simon Wolfgang Fuchs, dosen studi Islam dan Timur Tengah di Universitas Freiburg, Jerman, kepada DW.

Fuchs mengatakan sistem baru bisa menjadi ujian untuk masa depan. "Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman telah mengumumkan bahwa ia bertujuan untuk meningkatkan jumlah peziarah secara besar-besaran sebagai bagian dari visi 2030-nya," kata Fuchs.

Reformasi telah mengubah hak lebih baik bagi perempuan, pembukaan kembali bioskop setelah 35 tahun dilarang dan pembangunan sebuah "kota hijau" yang disebut Neom, yang 33 kali lebih besar dari New York.

"Selanjutnya, strateginya termasuk lebih memprofesionalkan pariwisata dan meningkatkan wisata religi, termasuk haji. Sistem ini dapat memicu jumlah peziarah yang belum pernah terjadi sebelumnya di masa depan,” kata Fuchs menambahkan.

Fuchs mengatakan, tidak mengherankan bahwa Arab Saudi menargetkan untuk menyalurkan niat para peziarah yang berpotensi menguntungkan, langsung ke kas kerajaan. "Misalnya mulai sekarang jemaah haji dari Eropa, Australia, dan Amerika harus menggunakan Saudi Airlines saja," kata Fuchs.

(rs/as)