1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Saudi Tunjuk Dubes Perempuan Pertama Untuk Amerika Serikat

28 Februari 2019

Putri Reema Bint Bandar Al Saud menggantikan saudara lelaki Pangeran Mahkota Mohammed Bin Salman sebagai duta besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat. Kerajaan Saudi semakin progresif soal hak-hak perempuan?

Reema Bandar Al Saud | saudische Prinzessin
Foto: Getty Images/B. Barket

Arab Saudi menunjuk duta besar perempuan pertamanya, Putri Reema bint Bandar Al Saud sebagai diplomat tingkat tinggi kerajaan itu di Amerika Serikat.

Reema bint Bandar Al Saud menggantikan Pangeran Khalid bin Salman Al Saud, putra Raja Salman dan adik dari putra mahkota Mohammed bin Salman yang ditunjuk  menjadi wakil menteri pertahanan kerajaan  di Timur Tengah tersebut.

"Saya akan bekerja dengan izin Tuhan untuk melayani negara saya, para pemimpinnya dan semua anak-anaknya, dan saya akan bekerja keras untuk tujuan itu," tulis Putri Reema di akun Twitter setelah pengangkatannya.

Dua dekade di AS

Putri Reema tinggal di Amerika  Serikat selama 20 tahun, saat ayahnya, Bandar bin Sultan Al Saud, menjabat sebagai duta besar Arab Saudi. Dia belajar di Universitas George Washington sebelum kembali ke Arab Saudi.

Dia bekerja di sektor swasta kerajaan sebelum bergabung dengan Jawatan Olahraga Publik Arab Saudi, di mana dia memperjuangkan partisipasi perempuan dalam bidang olahraga dan memfokuskan diri pada peningkatan pemberdayaan perempuan.

Pengangkatannya sebagai duta besar dilakukan, ketika Arab Saudi mulai bergerak membuka keran peluang kebebasan bagi kaum perempuan di negara itu. Tahun lalu, pemerintah Saudi mengizinkan perempuan untuk mengemudi.

Namun, negara yang kaya minyak itu juga telah menangkapi para aktivis hak-hak perempuan sebagai bagian dari tindakan keras dalam menghadapi setiap perbedaan pendapat.

Perempuan  juga masih harus meminta izin dari wali laki-laki untuk masalah-masalah  seperti menikah, mendapatkan paspor atau bepergian ke luar negeri.

Tugas yang berat

Putri Reema menghadapi tantangan berat dalam meningkatkan hubungan antara AS dan Arab Saudi, yang meningkat setelah kematian Jamal Khashoggi, seorang kolumnis Washington Post yang dibunuh di kedutaan Saudi di Istanbul, Turki, beberapa waktu lalu.

Beberapa anggota Kongres AS bersikeras pembunuhan Khashoggi dirancang oleh putra mahkota Saudi dan juga mengkritik kerajaan itu atas dugaan keterlibatan Saudi dalam perang saudara  di Yaman.

Namun, Arab Saudi telah menjadi bagian dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat di Timur Tengah. Presiden AS, Donald Trump memuji kesepakatan perdagangan senjata dengan Saudi senilai  110 miliar dollar AS  dan mempertahankan hubungan dengan negara anggota OPEC tersebut pasca kematian Khashoggi.

Pemerintahan Trump juga mendorong upaya  membangun puluhan pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh Arab Saudi, sebuah gagasan  yang  menimbulkan kontroversi di antara beberapa pejabat keamanan dan etika nasional di Gedung Putih.

ap/vlz (ap,rtr)