Diperkirakan ribuan situs bersejarah saat ini tersimpan di bawah lapisan tanah atau di balik hutan. Tapi ilmuwan memiliki teknologi pemindaian laser yang mampu mengungkap jejak struktur kuno di bawah permukaan bumi.
Iklan
Untuk melacak rahasia masa lalu, para peneliti bekerja dari udara. Peralatan yang dibawa: teknologi laser modern. Alat ini mampu mengungkap sisa bangunan yang tidak diketahui sebelumnya. Caranya: dengan pemindai laser yang mampu menembus pohon, semak, rumput hingga ke bawah tanah. Lewat metode ini, limes - benteng pertahanan jaman Romawi, bisa diteliti dengan perspektif baru. Banyak bagian yang kini hampir tidak terlihat dengan mata telanjang.
Arkeologi Berbasis Teknologi Laser
06:29
Arkeolog Martin Schaich: "Jejak yang ada hampir tidak terlihat lagi. Lewat pemindai laser semua bisa tampak lebih jelas. Juga sisa bangunan, yang mungkin hanya 10 sentimeter di atas permukaan tanah. Jika di hutan seorang pakar pun tidak akan bisa melihatnya." Hanya dalam beberapa detik, areal cukup luas bisa dipindai. Scanner mengukur dengan kecepatan cahaya jarak ke tanah. Dari data ini akan diketahui apakah yang berada di bawah sana hanya pohon yang tidak penting atau sisa bangunan bersejarah.
Makam Kuno Terbesar di Yunani
Makam berasal dari 300-325 M dan kemungkinan besar memuat sisa-sisa jasad selebriti Yunani kuno. Inilah mengapa makam era Iskandar Agung yang ditemukan di Amphipolis adalah sebuah penemuan signifikan.
Foto: picture-alliance/dpa
Patung Perempuan Menjaga
Temuan terbaru di situs penggalian Amphipolis di bagian utara Yunani adalah dua patung perempuan, yang dikenal sebagai karyatid. Mengenakan jubah panjang dan rambut keriting tebal, mereka menjaga pintu masuk kedua menuju makam. Bagian dalam makam belum dieksplorasi, namun pakar menduga isinya masih utuh.
Foto: picture alliance/AP Photo
Hampir Utuh
Satu dari dua sosok perempuan yang ditemukan 6 September 2014 kehilangan sebagian wajahnya. "Lengan kiri yang satu dan lengan kanan patung satu lagi terangkat menyimbolkan penolakan masuk ke dalam makam," ungkap pernyataan Kementerian Budaya Yunani. Dua patung ini bergaya serupa dengan dua patung lain yang ditemukan beberapa pekan sebelumnya: sfinks di pintu masuk utama ke makam.
Foto: picture alliance/AP Photo
Pasangan Tanpa Kepala
Dua sfinks yang terbuat dari marmer ini menjaga pintu masuk utama makam dan ditemukan bulan Agustus 2014 oleh para arkeolog. Tinggi asli mereka 1,8 meter apabila dilengkapi kepala dan sayap yang ditemukan tak jauh. Jalan lebar dan 13 anak tangga menuju pintu masuk adalah yang terbesar yang pernah ditemukan di Yunani. Panjang gundukan tanah pemakamannya saja mencapai 457 meter.
Foto: picture-alliance/dpa
Raungan Kerajaan
Singa marmer ini setinggi 5 meter seharusnya berdiri di atas makam. Patung ini ditemukan militer Yunani di sungai Strymónas pada tahun 1912. Sementara pakar belum dapat memastikan apakah makam tidak tersentuh hingga tergali sepenuhnya, ekspektasi tinggi bahwa makam ini milik seorang selebriti kuno, mungkin salah satu petinggi atau anggota keluarga Iskandar Agung.
Foto: picture-alliance/dpa
Proses Panjang
Penggalian makam di Amfipolis dimulai tahun 2012 di bawah arahan kepala arkeolog Katerina Peristeri. "Kami seperti ahli bedah yang maju perlahan," jelasnya. Makam yang terletak di wilayah Makedonia di Yunani dekat Laut Aegea ini jauh lebih besar dari makam ayahnya Iskandar Agung. Penguasa legendaris tersebut diduga dimakamkan di Mesir, meski lokasi persisnya tidak diketahui.
Foto: picture alliance/dpa
Memperhatikan Detail
Panel marmer yang rumit ini ditemukan dalam ruang depan menuju ruang utama makam. Kualitas pengerjaannya membuktikan kekayaan dan seberapa pentingnya sang pemilik makam. Istri dan anak lelaki Iskandar Agung diduga terbunuh di Amfipolis ketika jenderal Makedonia Cassander menaklukkan wilayah ini pada abad ke-4 M. Mungkin saja makam ini dibuat untuk mereka.
Foto: picture alliance/AP Photo
Berlimpah Marmer
Dinding yang dilapisi marmer ini ditemukan pada situs pemakaman bulan Agustus 2014. Pakar mengatakan bahwa struktur ini menyandang ciri khas arsitek utama Iskandar Agung, Deinocrates dari Rodos, yang dipekerjakan untuk membangun kota Iskandariyah atau Alexandria.
Foto: picture-alliance/dpa
Ekspektasi Tinggi
Foto situs Amfipolis dari udara, yang terletak di sebelah selatan kota Serres di Yunani. Antisipasi tinggi seraya para arkeolog bergerak semakin dalam menuju kamar-kamar dalam makam, yang disebut pemerintah Yunani sebagai "monumen amat penting." Misteri pemiliknya kemungkinan besar terpecahkan dalam beberapa pekan ke depan, meski situs pemakaman Iskandar Agung mungkin terus menjadi misteri.
Foto: picture-alliance/dpa
8 foto1 | 8
"Limes sebenarnya sudah sejak lama diteliti. Lebih dari 100 tahun. Tidak banyak yang berharap akan menemukan hal baru. Tapi muncul lokasi baru menara, bangunan kayu, dan kastil-kastil kecil yang berbeda. Jadi ada kemungkinan kita akan menemukan sesuatu yang baru dari data ini", demikian Schaich.
Panjangnya 550 kilometer, ada 900 pos penjaga dan 120 lokasi kastil. 2000 tahun yang lalu disini ada sistem benteng dan terowongan raksasa. Bangunan untuk melindungi kota dari invasi asing, kini hampir dikuasai sepenuhnya oleh alam. Tapi berkat pemindai laser, bekas lubang-lubang tiang yang terdeteksi bisa menjadi patokan untuk membangun kembali citra menara pengawas, dalam model tiga dimensi. Ini perspektif yang sama sekali baru bagi penelitian. Jalur pertahanan kerajaan Romawi bisa terlihat dengan jelas.
Membongkar Misteri Asal Usul Musuh Israel Kuno
Terbongkarnya misteri bangsa Filistin lewat temuan pemakaman kuno, menepis mitos kerabat Goliath tersebut tak beradab. Bangsa Filistin disebut dalam Alkitab sebagai musuh Israel kuno bermigrasi ke Israel abad 12 SM.
Foto: Reuters/A. Cohen
Penelitian tiga dekade
Tim arkelogi Amerika mengungkap temuan makam kuno bangsa Filistin setelah penelitian selama tiga dekade. Penggalian situs ini di bawah pimpinan Leon Levy bekerjasama dengan Museum Semit Universitas Harvard dan lembaga lain. Tim meneliti sisa pemukiman Filistin di Ashkelon, Israel. Pada abad SM-12, kaum Filistin menetap di selatan kawasan yang kini dikenal sebagai Tel Aviv.
Foto: picture-alliance/UPI Photo/D. Hill
Goliath, tokoh terkenal bangsa Filistin
Bangsa Filistin dikenal sebagai musuh bangsa Israel kuno. Bangsa Filistin hidup sekitar tiga ribu tahun yang lalu sebagai orang asing di wilayah Yahudi di dekat wilayah yang sekarang disebut Tel Aviv. Dalam Alkitab dikisahkan, Goliath merupakan tokoh paling terkenal bangsa Filistin. Pada kitab perjanjian lama itu diceritakan raksasa tersebut dibunuh oleh Daud, raja Israel.
Foto: Imago/Leemage
Tak ditemukan kerangka raksasa
Di pemakaman kuno ditemukan sekitar 145 kerangka. Kerangka yang paling besar di makam ini adalah 1,8 meter. "Dari temuan ini, kita dapat melihat bahwa kehidupan mereka tidak mudah," kata antropolog dan ahli patologi Sherry Fox. "Dari struktur giginya, terlihat ada masalah di masa kanak-kanak, baik itu bekas demam tinggi atau kekurangan gizi."
Foto: Reuters/A. Cohen
Temuan bernilai tinggi
Orang Filistin adalah pedagang dan pelaut yang tinggal di daerah yang kini disebut Gaza dan Tel Aviv dari 1200 sampai sekitar 600 SM. Jasad dikuburkan bersama perhiasan, keramik, tempat anggur, dan botol minyak wangi serta senjata. Para arkeolog juga menemukan beberapa peralatan kremasi langka dan mahal untuk periode itu, dan beberapa kendi besar berisi tulang-tulang bayi.
Foto: Reuters/A. Cohen
Memupus mitos tak berbudaya
Penemuan pertama pemakaman Filistin ini menepis anggapan bangsa ini terbelakang, kata arkeolog Lawrence Stager. Orang-orang Filistin dikenal dengan gambaran yang sangat buruk. Dianggap "tidak beradab dan bermabuk-mabukan", kata Stager. Kenyataannya, mereka berbudaya dan ahli dalam pertanian anggur dan pembuatan minyak.
Foto: Reuters/A. Cohen
Kehidupan kosmopolitan pada masanya
"Kehidupan mereka jauh lebih elegan, kosmopolitan dan duniawi serta terhubung dengan bagian lain dari timur Mediterania", kata peneliti Lawrence Stager. Ini bahkan bertolak belakang dari gaya hidup sederhana orang Israel yang tinggal di bukit ke arah timur. Mereka berbicara bahasa Indo-Eropa, tidak disunat seperti orang Yahudi, dan makan daging babi dan anjing, demikian ujar para peneliti.
Foto: Imago/Xinhua
Penelusuran asal usul
Peneliti menemukan DNA pada bagian-bagian kerangka. Temuan ini membuka harapan terbongkarnya asal-usul orang Filistin. Bangsa ini diduga berasal dari kawasan Mediterania. Satu teori menunjukkan mereka berasal dari Siprus dan lainnya mengatakan dari Yunani.
Foto: Imago/Xinhua
Isu sensitif
Penemuan ini dirahasiakan selama tiga tahun. Baru tahun 2016 diungkap. Penggalian pemakaman bangsa Filistin adalah isu sensitif di wilayah itu. Pada tahun 2010, kaum Yahudi ultra-ortodoks memprotes penggalian kuburan kuno tersebut, dengan alasan makam orang meninggal tidak boleh diganggu bahkan berabad-abad setelah pemakaman.Sekarang penggalian selesai dan kuburan ditutup lagi.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Hollander
8 foto1 | 8
Schaich: "Karena ada data tiga dimensinya, bisa kita lihat bagaimana menara pengawas saling berkomunikasi, wilayah mana yang diawasi. Sangat menarik bekerja dengan data 3 dimensi secara intensiv untuk kebutuhan arkeologi." Analisa dengan bantuan laser mengungkap rahasia limes yang lama tersembunyi.
Proyek berikutnya dari para arkeolog laser adalah Walhalla, kuil di Jerman yang dibangun meniru Pantheon di Yunani. Umurnya memang baru 200 tahun tapi tidak kalah menariknya bagi para ilmuwan dan tekniknya. Bagian dalam dan luar bangunan telah diukur sepenuhnya. Kini giliran bagian fundamen. Schaich: "Ini bangunan pondasi sangat besar yang dibutuhkan untuk bisa menahan beban kuil. Tapi kelembaban selama bertahun-tahun menyebabkan terbentuknya semacam stalaktit dan juga kerusakan. Sehingga dibutuhkan langkah restorasi."
Kekayaan Budaya Orien
Kebudayaan orien jadi kegemaran banyak warga Barat, misalnya Max von Oppenheim, yang anak pemilik bank. Ia mengumpulkan banyak karya seni dan menemukan kota tempat berkuasanya bangsawan Sebelum Masehi.
Foto: Projekt der Bundeskunsthalle, des Vorderasiatischen Museums (SMB), der TU Darmstadt und Architectura Virtualis
Kekayaan Arkeologi Tell Halaf
Penemuan mengesankan ini bersal dari bukit Tell Halaf, yang dulu jadi lokasi tempat tinggal bangsawan Aramea dari tahun 100 sebelum masehi. Bukit itu terletak di Suriah di tepi sungai Habur. Tahun 1899 Max von Oppenheim (1860-1946) menemukan istana antik serta patung dan lukisan yang berada dalam kondisi baik. Penemuan itu menjadi sensasi. Penggalian arkeologis itu berjalan dua tahun.
Foto: Max Freiherr von Oppenheim-Stiftung
Pencinta Orien dengan Kegemaran Mengoleksi
Koleksi Max von Oppenheim dipamerkan di gedung pameran Bonn, Kunst und Ausstellungshalle, dan mencakup lebih dari 500 benda. Di antaranya patung-patung dan relief pada bongkahan batu, juga isi makam, demikian pula dengan pakaian oriental dan benda-benda lain yang digunakan sehari-hari pada zaman itu. Semuanya dikumpulkan von Oppenheim dalam perjalanan penelitian di orien.
Max Freiherr von Oppenheim berasal dari keluarga bankir Oppenheim. Setelah berkuliah di bidang hukum, ia melakukan perjalanan ke daerah yang sekarang termasuk Libanon, Irak, Suriah, Mesir dan Turki. Dukungan finansial bagi perjalanan penelitiannya didapat Oppenheim dari orang tuanya. Antara tahun 1896 dan 1909 ia menjadi atase di konsulat jenderal Jerman di Kairo, Mesir.
Foto: Max Freiherr von Oppenheim-Stiftung
Mengagumi Orang Badui
Oppenheim (foto) belajar bahasa Arab di Kairo. Berbeda dengan banyak warga Eropa, ia juga berbincang-bincang dengan warga suku Badui, kelompok pengembara yang hidup di padang pasir, juga dengan warga biasa yang miskin. Ia memelihara hubungan baik dengan para wakil Pan Islamisme, yang ingin membebaskan diri dari kekuasaan kolonial, sehingga dianggap mencurigakan oleh Inggris yang tengah berkuasa.
Foto: Max Freiherr von Oppenheim-Stiftung
Petunjuk Berharga dari Warga Asli
Warga Badui menceritakan kepada Oppenheim tentang patung-patung mengerikan yang mereka kubur kembali. Ia meminta petunjuk ke daerah itu, dan menemukan Tell Halaf, bekas tempat tinggal bangsawan dari tahun 100 Sebelum Masehi. Karena ia selalu disertai fotografer profesional, penemuan spektakulernya didokumentasikan dengan baik.
Awal abad ke-20 sudah lazim, orang Eropa membawa harta yang ditemukan di orien kembali ke museum di Eropa. Itu kadang secara resmi, kadang diam-diam. Dengan cara itu mereka bisa pamerkan kekuasaan kepada negara saingan, dan tampilkan diri sebagai negara berbudaya. Yaitu dengan koleksi obyek kuno yang bersejarah dan menarik, misalnya sendal untuk mandi dari Turki (foto), dari abad ke-18 atau 19.
Foto: Max Freiherr von Oppenheim-Stiftung
Oppenheim Menyimpan Penemuannya
Awalnya, banyak penemuan Max von Oppenheim tetap berada di kerajaan Utsmaniyah, karena Oppenheim tidak berhasil mencapai kesepakatan dengan pemerintahan ketika itu tentang ekspor penemuannya ke Kerajaan Jerman. Tetapi ia tidak menyerahkan harta itu kepada kerajaan Utsmaniyah, melainkan disimpan di rumah ekspedisinya yang disebut Istana Padang Pasir, juga di vilanya di Kairo.
Foto: Max Freiherr von Oppenheim-Stiftung
Burung Kecil di Museum Tell Halaf
Pada masa Perang Dunia I (PD I), von Oppenheim bertanggung jawab untuk propaganda di kedutaan Jerman di Konstantinopel. Setelah PD I ia mendirikan institut penelitian orien, sebuah yayasan dan Museum Tell Halaf di Berlin tahun 1930. Dalam serangan bom pada zaman PD II museum itu hancur. Yang tertinggal hanya fragmen-fragmen yang disimpan di ruang bawah tanah.
Foto: Max Freiherr von Oppenheim-Stiftung
Restorasi Rumit
Baru setelah penyatuan Jerman, badan penelitian Jerman Deutsche Forschungsgemeinschaft (DFG) dan yayasan Bank Sal membiayai restorasi sisa penemuan Tell Halaf. Proyek itu berlangsung sembilan tahun. Untuk pertama kalinya di Bonn ditunjukkan bagian depan pintu masuk istana dengan elemen-elemen asli dan dengan rekonstruksi virtual.
Foto: Projekt der Bundeskunsthalle, des Vorderasiatischen Museums (SMB), der TU Darmstadt und Architectura Virtualis
9 foto1 | 9
Di lorong bawah tanah yang lembab, arkeolog menggunakan pemindai laser stasioner yang lebih canggih lagi. Alat ini mampu mengukur secara teliti dan sangat cepat. Retakan serta kerusakan yang tidak terlihat dan membahayakan bangunan bisa ditemukan. Pemindai juga masih mengungkap hal lain. Seperti banyak ruangan yang sebelumnya tidak diketahui. Sinar laser bisa mengungkap rahasia masa lalu.
Tim arkeologi mengembangkan drone baru yang lebih kecil agar mampu memindai lokasi yang sulit terjangkau. Mereka berhasil mengumpulkan jutaan data laser baru. Para arkeolog berharap bisa mengungkap cuplikan sejarah baru dengan informasi yang lebih mendetail.
Yang Baru dari Dunia Laser
Kongres laser 2014 di Aachen menonjolkan masa depan teknik ini. Masa depan yang penuh cahaya. Ada printer laser 3D, mesin pemotong laser, mesin las laser dan sebagainya.
Foto: Airbus S.A.S. 2011
Terbang dengan Cara Lain
Dalam pembuatan pesawat, semakin banyak suku cadang dibuat dengan Printer 3D. Apakah di masa depan pesawat juga dibuat dengan printer? Selain itu banyak inovasi laser lain, ditampilkan di kongres laser tahun ini di Aachen.
Foto: Airbus S.A.S. 2011
Perasaan Terbang Yang Baru
Penumpang pesawat di masa depan bisa menikmati pemandangan dengan lebih baik. Konsep pesawat Airbus buatan printer 3D ini jadi contohnya, bagaimana konsep kendaraan yang menghemat bobot bisa diwujudkan di masa depan.
Foto: Airbus S.A.S. 2011
Ringan Juga Indah
Suku cadang ringan yang berasal dari printer laser tampak seperti ini. Struktur bagian dalam yang tipis tapi stabil bisa menghemat bobot. Suku cadang ini dibentuk dari material berupa serbuk, yang dilelehkan lapis demi lapis.
Foto: DW/F. Schmidt
Isolasi Mengurangi Gesekan
Pelapis isolasi rotor helikopter ini juga berasal dari printer laser. Lapisan ini mencegah udara melewati sisi baling-baling, hingga rotor turun efektifitasnya. Struktur yang serupa sarang lebah berguna untuk mencegah friksi udara dengan ujung baling-baling. Struktur menyebabkan tidak banyak permukaan yang bisa bergesekan.
Foto: DW/F. Schmidt
Bilah Turbin Berukuran Kecil
Bilah-bilah turbin ini juga diciptakan dengan printer 3D. Dalam stadium ini, permukaan masih kasar. Ini akibat struktur serbuk logam yang kasar. Tetapi di bagian dalamnya, logam berstruktur halus, itu bisa dilihat dari bagian yang sudah diamplas.
Foto: DW/F. Schmidt
Dikocok, Bukan Diaduk
Dua wadah untuk serbuk logam yang berbeda. Ini digunakan dalam proses las laser. Dengan cara itu, para insinyur bisa mengubah secara fleksibel takaran logam campuran ketika suku cadang sedang dicetak. Dengan cara itu, suku cadang jadi mempunyai beberapa sifat.
Foto: DW/F. Schmidt
Siap untuk Diperbaiki
Ini sebuah baling-baling turbin yang sudah sering dipakai. Bopeng dan cacat pada permukaan logam terlihat di mana-mana. Spuyer laser siap untuk mereparasi. Semprotan kecil menyemburkan serbuk logam langsung ke fokus pancaran laser, dan menutup cacat pada baling-baling. Setelah selesai, baling-baling tampak seperti baru.
Foto: DW/F. Schmidt
Juga untuk Las
Kepala laser menempatkan lapisan satu persatu pada permukaan. Perlahan tercipta bentuk tiga dimensi. Metal yang ditambahkan menyatu begitu keras dengan bahan yang sudah ada, sehingga hampir tidak mungkin patah.
Foto: DW/F. Schmidt
Pernukaan Baru
Proses ini juga bagus untuk memperbaiki permukaan bagian luar benda. Misalnya untuk melapiskan pelindung karat, atau untuk memperkuat bagian yang harus menahan gesekan mekanis.
Foto: DW/F. Schmidt
Hadiah Inovasi untuk Sel Surya
Pemenang hadiah inovasi teknologi laser 2014 adalah Ralf Preu dari Institut Fraunhofer untuk sistem energi surya (ISE) di Freiburg Jerman. Preu mengembangkan metode untuk menyatukan apa yang disebut 'lapisan pasif' di bagian belakang sel surya secara optimal dengan wafer silisium.