1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Arkeologi dan Laser

as/vlz10 Agustus 2016

Diperkirakan ribuan situs bersejarah saat ini tersimpan di bawah lapisan tanah atau di balik hutan. Tapi ilmuwan memiliki teknologi pemindaian laser yang mampu mengungkap jejak struktur kuno di bawah permukaan bumi.

Foto: picture-alliance/dpa/INAH

Untuk melacak rahasia masa lalu, para peneliti bekerja dari udara. Peralatan yang dibawa: teknologi laser modern. Alat ini mampu mengungkap sisa bangunan yang tidak diketahui sebelumnya. Caranya: dengan pemindai laser yang mampu menembus pohon, semak, rumput hingga ke bawah tanah. Lewat metode ini, limes - benteng pertahanan jaman Romawi, bisa diteliti dengan perspektif baru. Banyak bagian yang kini hampir tidak terlihat dengan mata telanjang.

Arkeologi Berbasis Teknologi Laser

06:29

This browser does not support the video element.

Arkeolog Martin Schaich: "Jejak yang ada hampir tidak terlihat lagi. Lewat pemindai laser semua bisa tampak lebih jelas. Juga sisa bangunan, yang mungkin hanya 10 sentimeter di atas permukaan tanah. Jika di hutan seorang pakar pun tidak akan bisa melihatnya." Hanya dalam beberapa detik, areal cukup luas bisa dipindai. Scanner mengukur dengan kecepatan cahaya jarak ke tanah. Dari data ini akan diketahui apakah yang berada di bawah sana hanya pohon yang tidak penting atau sisa bangunan bersejarah.

"Limes sebenarnya sudah sejak lama diteliti. Lebih dari 100 tahun. Tidak banyak yang berharap akan menemukan hal baru. Tapi muncul lokasi baru menara, bangunan kayu, dan kastil-kastil kecil yang berbeda. Jadi ada kemungkinan kita akan menemukan sesuatu yang baru dari data ini", demikian Schaich.

Panjangnya 550 kilometer, ada 900 pos penjaga dan 120 lokasi kastil. 2000 tahun yang lalu disini ada sistem benteng dan terowongan raksasa. Bangunan untuk melindungi kota dari invasi asing, kini hampir dikuasai sepenuhnya oleh alam. Tapi berkat pemindai laser, bekas lubang-lubang tiang yang terdeteksi bisa menjadi patokan untuk membangun kembali citra menara pengawas, dalam model tiga dimensi. Ini perspektif yang sama sekali baru bagi penelitian. Jalur pertahanan kerajaan Romawi bisa terlihat dengan jelas.

Schaich: "Karena ada data tiga dimensinya, bisa kita lihat bagaimana menara pengawas saling berkomunikasi, wilayah mana yang diawasi. Sangat menarik bekerja dengan data 3 dimensi secara intensiv untuk kebutuhan arkeologi." Analisa dengan bantuan laser mengungkap rahasia limes yang lama tersembunyi.

Proyek berikutnya dari para arkeolog laser adalah Walhalla, kuil di Jerman yang dibangun meniru Pantheon di Yunani. Umurnya memang baru 200 tahun tapi tidak kalah menariknya bagi para ilmuwan dan tekniknya. Bagian dalam dan luar bangunan telah diukur sepenuhnya. Kini giliran bagian fundamen. Schaich: "Ini bangunan pondasi sangat besar yang dibutuhkan untuk bisa menahan beban kuil. Tapi kelembaban selama bertahun-tahun menyebabkan terbentuknya semacam stalaktit dan juga kerusakan. Sehingga dibutuhkan langkah restorasi."

Di lorong bawah tanah yang lembab, arkeolog menggunakan pemindai laser stasioner yang lebih canggih lagi. Alat ini mampu mengukur secara teliti dan sangat cepat. Retakan serta kerusakan yang tidak terlihat dan membahayakan bangunan bisa ditemukan. Pemindai juga masih mengungkap hal lain. Seperti banyak ruangan yang sebelumnya tidak diketahui. Sinar laser bisa mengungkap rahasia masa lalu.

Tim arkeologi mengembangkan drone baru yang lebih kecil agar mampu memindai lokasi yang sulit terjangkau. Mereka berhasil mengumpulkan jutaan data laser baru. Para arkeolog berharap bisa mengungkap cuplikan sejarah baru dengan informasi yang lebih mendetail.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait