Art/Violence Raih Hadiah "CinemaFairbindet"
18 Februari 2013Piala-piala Beruang Festival Film Berlinale ke-63 sudah diberikan, para selebritas dan wartawan sudah pulang. Malene-Dietrich Platz, lokasi pusat ajang Berlinale Potsdamer Platz mulai dibersihkan. Tapi kilatan lampu kamera masih terlihat Minggu (17/2) siang. Di Cinestar diberikan penghargaan terakhir festival film Berlin tahun 2013. Penghargaan "Cinema Fairbindet“ diberikan langsung oleh Menteri Bantuan Pembangunan Jerman Dirk Niebel. Pemberian hadiah itu mulai dilakukan tahun 2011 untuk mendekatkan politik pembangunan kepada masyarakat. Dalam hal ini film terutama dinilai amat cocok.
Kekerasan terhadap Seni
Juliano Mer-Khamis dibunuh tanggal 4 April 2011. Aktivis perdamaian dan bintang film itu tewas di depan teaternya, di kamp pengungsi Jenin, di kawasan pendudukan Palestina. Mer-Khamis adalah putra dari ibu Yahudi dan ayah Palestina. Teaternya, Freedom Theater, didirikan Mer-Khamis tahun 2006 untuk berjuang menentang pendudukan Israel melalui seni dan memberikan peluang bagi perempuan Palestina tampil secara bebas. Bagi Mer-Khamis situasi di kamp pengungsi Jenin membuatnya makin skeptis. Orang-orang kehilangan harapan, katanya dalam sebuah wawancara beberapa saat sebelum tewas. Israel menghancurkan identitas warga Palestina. Seni adalah sarana terbaik untuk memerangi hal itu. Tidak semua mendukung pendapatnya tersebut. Di Freedom Theater terjadi pembakaran. Dan sesudah itu Juliano Mer-Khamis ditembak pelaku bertopeng di Tepi Barat Yordan.
Yang tinggal adalah kesedihan, kemarahan dan pertanyaan, bagaimana kini kelanjutannya? Dan apakah mungkin melanjutkan apa yang ditinggalkan oleh Juliano? Film „Art/Violence“ sebuah kerjasama warga kelahiran Israel Udi Aloni dan dua pembuat film Palestina Batoul Taleb dan Mariam Abu Khaled, mendokumentasikan semua itu dalam film dan menjadikannya sebuah karya seni. Film itu mendokumentasikan pekerjaan ketiga seniman muda, yang berusaha dalam situasi darurat tetap beraktivitas, bekerja dan memadukan hasil rekaman-rekaman kamera tangan dengan video-video dari teater, rekaman konser-konser hip hop, rekaman-rekaman kilas balik dan berbagai animasi. Sebuah film yang lahir dari kondisi kebingungan, meski demikian membuat keberanian. “Juliano telah membawa kami ke panggung,“ kata salah seorang artis Freedom Theater. “Dan kami akan tetap berada di panggung.”
Dengan Seni Menentang Kekerasan
Para aktor dan artis terus melanjutkan aktivitas seni, meskipun Juliano meninggal. Meski bagi perempuan Palestina, bukanlah hal yang lazim untuk tampil di hadapan publik dan mengembangkan diri seperti itu. Setelah kematian pemimpin teater, Freedom Theater Uni Aloni menampilkan karya Samuel Beckett “Waiting for Godot”. Sebuah komedi tragedi untuk mengolah kembali semua trauma yang terjadi, dan sekaligus menerobos dua hal yang tabu. Peran-peran pria dimainkan oleh perempuan, selain itu laki-laki dan perempuan tampil bersama. Latihannya tidak mudah, salah seorang aktor sampai ditangkap militer Israel dan mendekam berbulan-bulan di penjara tanpa tuduhan. Dan perempuan-perempuan harus mempertahankan diri untuk apa yang dilakukannya di panggung.
Film „Art/Violence“ kini menuntut hak-hak bagi perempuan, bagi warga Palestina dan bagi seniman yang tampil melanjutkan warisan Juliano Mer-Khamis. Pada hari terakhir Berlinale, film itu dianugerahi Penghargaan “Cinema Fairbindet” dari Kementerian untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ).
Hadiah „Cinema Fairbindet“ berupa uang senilai 5000 Euro. Tapi yang lebih penting dari hadiah uang tersebut bagi sutradara Udi Aloni adalah roadshow di seluruh Jerman dan penampilan film tersebut di lebih dari 20 bioskop. Apalagi yang lebih kami harapkan, selain agar film ini ditonton sebanyak mungkin orang, kata Udi Aloni.