1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

170609 Südkorea USA

17 Juni 2009

Amerika Serikat tetap mendukung Korea Selatan. Hal itu ditunjukan Presiden Barack Obama hari Selasa (16/06), saat Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak berkunjung di Gedung Putih.

Foto simbol Korea Utara dan nuklirnyaFoto: AP Graphics

Setelah pertemuan empat mata yang berlangsung lebih dari satu jam, keduanya menemui para jurnalis yang menunggu di Taman Mawar istana kepresidenan itu. Presiden Obama pun menegaskan dukungannya terhadap Korea Selatan dan menyampaikan pesan keras terhadap pemerintah Pyongyang: "Kami akan perhatikan denuklirisasi di pulau Korea secara aktif. Kesimpulan kami, Korea Utara seharusnya tidak menjadi kekuatan nuklir.“

Obama justru melihat program nuklir Korea Utara sebagai ancaman. Bukan saja bagi Amerika Serikat, melainkan bagi seluruh dunia. Begitu tambah Obama, yang menganggukkan kepala, ketika presiden Korea Selatan menjelaskan, bahwa negaranya tidak akan memberikan persetujuan kepada Korea Utara untuk memiliki senjata atom.

Dalam konferensi pers itu Presiden Obama menegaskan, bahwa ia akan mengubah kebijakan mengenai Korea Utara, dan tidak akan bertindak seperti pemerintah Amerika Serikat dulu.

"Di masa lampau terbentuk sebuah pola sikap. Apabila Korea Utara cukup lama bertindak agresif, maka negara itu akan dihadiahi dengan bantuan pangan, bensin dan kredit murah. Kini kami memberikan isyarat bahwa tidak akan melakukan itu lagi“, begitu tutur Obama.

Menunjuk kepada sanksi yang dijatuhkan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa kepada Korea Utara, ia menyampaikan alternatif. "Kami kini, lebih daripada dulu, siap untuk bernegosiasi mengenai kemungkinan jalan Korea Utara untuk hidup bersama secara damai dengan tetangganya di selatan. Tapi provokasi, seperti ancaman terhadap negara-negara tetangga, akan mendesak kami untuk lebih ketat mengawasi pemberlakuan sanksi-sanski,“ tambah Obama yang tidak merinci lebih jauh, ketika ditanyai mengenai pengawasan terhadap lalu-lintas kapal dari dan menuju Korea Utara. Sanksi ini sebelumnya sudah disepakati Dewan Keamanan PBB. Obama menyatakan, hal ini akan diumumkan dalam waktu dekat, pada saat pucuk pimpinan Rusia, Cina dan Jepang bertemu.

Bagi Obama, kebijakannya di Korea Utara menjadi ukuran bagi politik luar negeri yang ia jalankan. Terutama pada awalnya ia menawarkan sebuah kesepakatan perdamaian dengan Korea Utara, apabila negara itu mau mengakhiri program atomnya. Tawaran itu dijawab oleh Pyongyang dengan uji coba bom atom dan peluncuran sejumlah roket jarak dekat dan jarak jauh. Kemudian Amerika Serikat membalas penolakan itu dengan mendorong pemberlakuan sanksi-sanksi terberat dari Dewan Keamanan PBB kepada Korea Utara.

Untuk jangka panjang, Obama bisa puas dengan hal ini. Namun untuk jangka pendek, ada kemungkinan Korea Utara bertindak non-rasional. Inilah yang dari dulu dikuatirkan oleh para pakar.

Rüdiger Paulert / Edith Koesoemawiria

Editor: Hendra Pasuhuk