1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Alat Prediksi Infeksi Akut Covid-19

31 Maret 2020

Para peneliti AS dan Cina kembangan alat yang mampu prediksi akurat pasien Covid-19 mana yang punya risiko tinggi akan terkena infeksi berat paru-paru. Dengan itu dokter bisa memutuskan dini pasien prioritas.

Klinik Intensivstation mit künstlicher Beatmung
Foto: Imago Images/Science Photo Library

Alat bantu diagnosis terbaru itu dikembangkan berbasis kecerdasan buatan. Jika dioperasikan, algoritma akan menyisir kondisi pasien, dan dengan akurasi tinggi meramalkan perkembangan pasien virus corona mana yang akan mengembangkan gejala radang paru-paru akut.

“Dengan bantuan alat ini, dokter bisa dibantu membuat keputusan, pasien mana yang harus mendapat prioritas perawatan dan alat bantu“, ujar Megan Coffee, dokter dan profesor di University Grossman School of Medicine di New York yang merilis temuannya di jurnal Computers, Materials & Continua.

Alat bantu itu menemukan berbagai indikator mengejutkan, yang bisa memprediksi pasien Covid-19 mana yang akan mengembangkan penyakit sindroma pernafasan akut (ARDS). Pasien mengalami komplikasi berat, dan paru-parunya akan terisi cairan. Sekitar 50 persen pasien virus corona yang terkena ARDS dilaporkan meninggal.

Akurasi hingga 80 persen
Team peneliti menginstal data dari 53 pasien virus corona SARS-CoV-2 dari rumah sakit di Wenzhou Cina, ke mesin yang diprogram dengan algoritma pintar. 

Kecerdasan buatan menemukan, perubahan pada tiga parameter tubuh pasien, yakni kadar enzim pada hati ALT, kadar hemoglobin dan laporan nyeri pada tubuh, mengacu pada prediksi kemungkinan infeksi akut. Menggunakan informasi ini digabung dengan faktor lainnya, alat bantu tersebut bisa memprediksi risiko ARDS dengan akurasi hingga 80 persen.

“Ini menakjubkan, karena banyak data menunjukkan, mesin yang sebelumnya digunakan untuk membantu dokter menarik keputusan, berbeda dengan apa yang biasanya dicari oleh para dokter;“ ujar Coffe kepada kantor berita AFP.

Sebagai perbandingan, sejumlah parameter yang dianggap ciri khas pasien Covid19, seperti citra pola paru-paru yang disebut "ground glass opacity," demam dan respon kuat sistem kekebalan tubuh, tidak bisa digunakan untuk memprediksi, pasien mana dengan gejala ringan yang punya risiko mendapat sindroma pernafasan akut. 

Citra paru-paru pasien virus corona yang sedang dianalisa oleh dokter Foto: picture-alliance/dpa/newscom/UPI/M. Nikoubazl

Juga umur atau jenis kelamin pasien virus corona, bukan faktor prediksi akurat. Walau begitu, riset lainnya menunjukkan, pasien yang berusia di atas 60 tahun, tergolong kelompok risiko tinggi terkena ARDS.

Alat bantu pengarah keputusan dokter
Penggunaan kecerdasan buatan dalam dunia kedokteran sebetulnya bukan hal baru. Misalnya saja sudah ada alat bantu untuk dokter kulit, yang bisa memprediksi kapan pasien bisa mengembangkan kanker kulit.

Yang membuat alat bantu terbaru ini berbeda adalah, para dokter bekerja sambil belajar mengenai Covid-19. Alatnya juga bisa membantu mengarahkan tenaga medis ke sasaran yang tepat. 

“Dengan begitu, juga membantu para dokter membuat keputusan, pasien mana yang harus mendapat perhatian khusus“, kata Anasse Bari, profesor ilmu komputer di NYU yang juga terlibat dalam riset.

Tim ilmuwan gabungan AS dan Cina sekarang masih menyempurnakan alat bantu buatannya dengan menginstal data dari pasien Covid-19 di New York. Diharapkan alat bisa digunakan secara luas bulan April ini.
as/vlz (AFP) 

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait