AS dan Kanada Pertimbangkan Relokasi Warga Afganistan
8 Juli 2021
AS dilaporkan tengah mempertimbangkan memberikan kemudahan pengurusan visa bagi perempuan Afganistan yang jadi target Taliban. Pemerintah Kanada juga tengah berusaha untuk merelokasi ratusan warga Afganistan.
Seorang perempuan Afganistan tengah menunggua bantuan COVID-19 di tengah penguncian kota Kabul (21/04)Foto: Wakil Kohsar/Getty Images/AFP
Iklan
Pemerintahan Biden tengah mempertimbangkan untuk memberikan percepatan pengurusan visa untuk warga Afganistan yang rentan termasuk politisi perempuan, jurnalis, dan aktivis yang mungkin menjadi target dari Taliban, demikian kata para pejabat AS dilansir kantor berita Reuters, Kamis (08/07).
Sejumlah kelompok HAM telah meminta Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih untuk menambah kuota visa khusus hingga 2.000 visa untuk prempuan yang rentan dari persekusi, untuk mengembangkan kebijakan rencana mengevakuasi ribuan warga Afganistan setelah penarikan pasukan militer AS bulan ini.
Salah seorang pejabat AS mengatakan, pemerintah tidak hanya mempertimbangkan perempuan yang berada di bawah ancaman, tetapi juga pria dan mereka yang memiliki profesi berisiko tinggi.
"Nyawa mereka terancam," kata Teresa Casale, direktur advokasi Daftar Mina, kelompok yang mengadvokasi representasi perempuan dalam pemerintah di seluruh dunia. "Pemimpin perempuan sedang aktif ditargetkan dan dibunuh oleh pasukan Taliban. Mereka menerima ancaman dan keselamatan mereka terancam setiap hari."
Kelompok HAM juga merekomendasikan agar AS secara aktif melancarkan diplomasi ke negara lain untuk menyelamatkan warga Afganistan.
Gedung Putih hingga berita ini diturunkan belum memberikan komentar terkait rencana ini.
Dilaporkan keselamatan polisi wanita, pekerja media, hakim, dan tenaga kesehatan di Afganistan terancam, setelah pasukan militer negara-negara Barat mulai meninggalkan negara di Hindu Kush itu. Di bawah kendali Taliban, perempuan dilarang mengenyam pendidikan dan bekerja. Kaum perempuan juga wajib menutup tubuh mereka sepenuhnya dan tidak dapat meninggalkan rumah tanpa ditemani suami atau saudara laki-laki.
Pasukan AS Pulang, Afganistan Tertimbun di Bawah Sampah Amerika
Pangkalan Udara Bagram jadi markas besar pasukan AS di Afganistan selama hampir 20 tahun. Markas militer itu telah kosong sejak musim semi dan meninggalkan berton-ton sampah.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Rongsokan sejauh mata memandang
Sejarawan mungkin memperdebatkan peninggalan misi politik AS di Afganistan. Tetapi peninggalan fisiknya terlihat jelas dalam bentuk rongsokan dan sampah dalam jumlah besar. Angkatan Darat AS akan ditarik sepenuhnya dari Pangkalan Udara Bagram pada peringatan 20 tahun serangan teroris 11 September di Washington dan New York, jadi dalam waktu beberapa minggu ke depan.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Di mana harus menaruh semua sampah?
Tentara AS akan membawa pulang peralatan atau memberikannya kepada pasukan keamanan setempat. Tetapi masih banyak sampah kemasan dan elektronik tersisa. Lebih dari 100.000 tentara AS bertugas di Bagram sejak 2001. Pangkalan yang terletak 70 kilometer di utara Kabul, telah berkembang menjadi kota kecil ala Amerika, lengkap dengan pusat perbelanjaan dan restoran cepat saji.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Sampah seseorang adalah harta karun bagi orang lain
Tempat pembuangan rongsokan di luar pangkalan telah menjadi populer di kalangan pemburu harta karun. Mereka datang dalam jumlah besar untuk mengais sampah, mencari sesuatu yang masih berguna, seperti sepasang sepatu boot militer ini. Harapan mereka adalah menjual apa yang ditemukan untuk mendapatkan uang.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Mencari harta karun sampah elektronik
Sampah elektronik dalam jumlah besar juga terkubur di tempat pembuangan sampah. Orang mencari papan sirkuit berisi suku cadang dan sekrup yang dapat digunakan kembali. Beberapa bahkan mengandung bahan berharga seperti tembaga dan sejumlah kecil emas. Bagi orang Amerika, itu semua sampah. Tapi bagi warga Afganistan yang berpenghasilan hanya US $695 (Rp8,5 juta) setahun, itu adalah harta karun.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang akan terjadi dengan Bagram?
Bagram, di kaki pegunungan Hindu Kush, memiliki sejarah panjang sebagai pangkalan militer. Tentara Uni Soviet menggunakan pangkalan itu selama invasinya pada 1979. Banyak yang sekarang khawatir setelah pasukan Amerika pergi, Bagram akan jatuh ke tangan Taliban, yang berarti kemenangan strategis bagi kaum Islamis.
Foto: imago images
Penarikan pasukan yang riskan
Pasukan AS resminya ditarik pulang sejak 1 Mei dan tidak ada waktu untuk membuang sampahnya. Senjata berat dan pasukan tambahan tetap disiagakan untuk kemungkinan serangan Taliban selama penarikan. Pada minggu terakhir penarikan, total 36 negara NATO dan mitra terlibat dalam misi tersebut, termasuk 2.500 tentara Amerika dan 1.100 tentara Jerman
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Wanita yang bekerja
Seorang gadis memulung peti logam usang dari tempat pembuangan sampah. Terlepas dari situasi sulit, anak perempuan dan wanita yang paling diuntungkan dari misi militer pimpinan AS dan jatuhnya Taliban pada tahun 2001. Mereka dapat bersekolah, dan sebagai wanita dewasa bisa bekerja di sektor yang sebelumnya tidak dapat diakses oleh mereka, termasuk di pengadilan tinggi dan institusi resmi lainnya.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Orang-orang yang ditinggalkan
Beberapa orang menemukan barang-barang bernilai sentimental murni di tempat barang rongsokan, untuk mengingatkan mereka pada pangkalan militer AS ini. Banyak pemukiman pasukan lokal Afganistan bermunculan di sekitar Bagram, dan eksistensi mereka bergantung pada pangkalan itu. Banyak yang sekarang bertanya-tanya apa yang akan terjadi dengan mereka dan keluarga mereka.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang tersisa?
Jadi apa yang tersisa dari kehadiran AS di Hindu Kush, selain sepatu usang dan kawat berkarat? Presiden AS Joe Biden menjanjikan kemitraan "berkelanjutan" pada saat pertemuan dengan mitranya dari Afganistan, Ashraf Ghani di Gedung Putih 25 Juni. Nasib jutaan warga Afganistan akan tergantung dari janji Biden. (bn/as)
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
9 foto1 | 9
Kanada siap relokasi warga Afganistan
Kanada juga tengah berencana untuk merelokasi ratusan warga Afgnistan yang terancam, antara lain penerjemah, staf kedutaan beserta keluarga mereka di tengah penarikan mundur pasukan AS di negara itu.
Mereka kini menyatakan keinginan untuk hengkang dari Afganistan, dan pemerintah Kanada saat ini tengah mencari cara untuk membawa mereka keluar negara itu, demikian kata seorang pejabat pemerintah yang tidak ingin disebutkan namanya, Rabu (07/07).
Kekhawatiran muncul akan serangan balas dendam dari Taliban kepada mereka yang bekerja untuk negara-negara Barat, begitu pasukan AS sepenuhnya meninggalkan Afganistan. Total ada 235 staf kedutaan besar dan penerjeman beserta keluarga mereka, kata sumber itu.
Sebelumnya, kelompok HAM Human Rights Watch meminta negara-negara yang terlibat dalam operasi militer di Afganistan termasuk Kanada, untuk "segera mempercepat" pemrosesan visa dan relokasi untuk warga Afganistan yang bekerja sebagai penerjemah.
"Warga Afganistan yang bekerja dengan pasukan asing atau kedutaan besar menghadapi risiko besar pembalasan dendam dari Taliban," ujar Direktur Asosiasi Asia HRW Patricia Gossman.