AS dan Korsel memulai latihan udara gabungan terbesar, beberapa hari setelah Korut meluncurkan rudal balistik terbarunya. Pyongyang menyebut latihan itu sebagai "provokasi habis-habisan".
Iklan
Amerika Serikat dan Korea Selatan menggelar latihan tempur udara selama lima hari, dengan mengerahkan ratusan pesawat jet tempur dan puluhan ribu serdadu. Inilah manuver udara gabungan terbesar dan tercanggih yang pernah dilaksanakan di kawasan.
AS mengirim beberapa aset militer terpentingnya, termasuk enam jet tempur siluman F-22 dan 18 pesawat serbu jenis F-35. Seluruhnya ada lebih 230 pesawat tempur yang terlibat. AS juga mengerahkan 12.000 personel militer angkatan udara dan angkatan laut dalam latihan perang udara itu.
Media Korea Selatan melaporkan, dua pembom jarak jauh B-1B juga bergabung dalam latihan perang itu, meskipun juru bicara Angkatan Udara AS tidak mengkonfirmasi laporan tersebut.
Teknologi militer Korea Utara membaik
Korea Utara minggu lalu melakukan lagi ujicoba rudal balistik generasi terbaru. Menurut pengamat, rudal terbaru ini dapat mengudara selama 50 menit, sebelum jatuh ke Laut Jepang. Setelah tes tersebut, Pyongyang menyatakan bahwa mereka kini mampu menembakkan hulu ledak nuklir ke setiap lokasi di daratan AS pada setiap saat.
Pejabat militer AS meragukan klaim tersebut, namun mengakui bahwa tes terakhir menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam daya jangkau rudal. Namun disebutkan, tidak mudah bagi sebuah rudal yang membawa hulu ledak nuklir yang jauh lebih berat untuk menjangkau sasaran sejauh itu.
Senator dari partai Republik, Lindsey Graham, yang pengamat kebijakan luar negeri, memperingatkan pada hari Minggu, bahwa AS bisa bergerak mendekati "perang pre-emptive" dengan Pyongyang.
Graham mengatakan kepada stasiun penyiaran CBS, dia percaya inilah saatnya keluarga dari 28.500 tentara AS yang ditempatkan di Korea Selatan untuk pergi.
Pemerintah AS belum mengumumkan keputusan resmi untuk mengevakuasi warganya dari semenanjung Korea.
Korea Utara: Pesta Di Atas Cemasnya Dunia
Ketika dunia kelimpungan menghadapi momok perang nuklir, Korea Utara malah berpesta pora merayakan keberhasilan ujicoba bom Hidrogen. Terutama para ilmuwan dirayakan bak pahlawan
Foto: Reuters/KCNA
Merayakan keberhasilan ilmuwan
Para ilmuwannya dianggap oleh pemerintah Korea Utara berhasil dalam uji coba peledakan bom nuklir. Setelah uji coba meledakkan sebuah bom hidrogen, terekam dalam foto, tampak masyarakat berpesta pora diwarnai dengan nyala kembang api dan pawai di Pyongyang.
Foto: Reuters/KCNA
Keramaian di pusat kota
Warga ibu kota Korea Utara tampak berbaris di jalan-jalan, lengkap dengan lambaian pom-pom. Mereka bersorak-sorai ke arah konvoi bis yang membawa para ilmuwannya ke dalam kota.
Foto: Reuters/KCNA
Menyambut ilmuwan
Bunga-bunga kertas dilemparkan ke arah ilmuwan yang menuju ke Lapangan Kim Il-Sung. Dari orang tua hingga anak kecil berderet di jalan-jalan di Pyongyang. Mereka juga membawa bunga dan balon berwarna merah jambu.
Foto: Reuters/KCNA
Mengakhiri imperialisme AS
Koordinator pawai massal dalam, perayaan keberhasilan peledakan bom menyatakan militer Korea Utara akan mengakhiri nasib imperialis Amerika Serikat melalui serangan pencegahan yang tidak kenal ampun dan paling dahsyat.
Foto: Reuters/KCNA
Sukarela atau dipaksa?
Para perempuan Korea Utara bahkan mengenakan pakaian tradisional khas Korea Utara, Apakah mereka turun ke jalan karena memang benar-benar ingin merayakan keberhasilan peledakan bom itu atau memang diwajibkan turun ke jalan.
Foto: Reuters/KCNA
Sanksi lebih keras
Ledakan bom pada awal September 2017 kembali memicu kecaman dunia. Negara-negara adi daya mendesak sanksi lebih keras lagi dari Dewan Keamanan PBB terhadap Korea Utara. Kantor berita KCNA melukiskan ledakan nuklir itu sebagai uji coba Bom-H ICBM yang berhasil. Ed. ap/rzn/berbagai sumber)
Foto: Reuters/KCNA
6 foto1 | 6
Saling ancam
Sejak mengambil alih kekuasaan tahun 2011, Kim Jong Un berhasil mendorong program nuklir Korea Utara sehingga mencapai kemajuan teknik signifikan. Sejak beberapa bulan lalu, pimpinan Korut dan AS, Kim Jong Un dan Donald Trump terlibat perang kata-kata, saling gertak dan saling ancam.
Terutama di Asia muncul kekhawatiran, perang Korea yang pernah pecah antara tahun 1950-53, kini akan terjadi lagi dan menghancur luluhkan semenanjung itu.
Para penasehat militer AS sendiri mengakui, sulit mencegah serangan artileri dari Korea Utara ke ibukota Korea Selatan, Seoul, yang hanya berjarak 50 kilometer dari perbatasan. Konflik terbuka antara kedua negara Korea dipredisksi bisa menewaskan jutaan orang dalam waktu singkat.
Yang Unik dan Menarik Tentang Kim Jong Un
Walaupun sering menggunakan retorika anti Barat, pimpinan Korut Kim Jong Un adalah penggemar pizza, hamburger dan olahraga bola basket.
Foto: Reuters/KCNA
Pemimpin Termuda Dunia
Kim Jong Un menjadi pimpinan Korea Utara pada usia 28 tahun, setelah ayahnya meninggal. Dia menjadi kepala pemerintahan termuda di dunia saat ini. Di tempat kedua sebagai pemimpin termuda adalah Syeikh Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, yang saat ini berusia 36 tahun. Posisi kedua ini sebenarnya diisi oleh PM Georgia, Irakli Garibashvili, yang berusia 33 tahun ketika ia meletakkan jabatan tahun 2015.
Foto: Reuters/KCNA
Jendral Termuda
Jabatan militer Kim Jong Un adalah "daejang", jabatan senior pada militer yang digunakan di Korea Utara dan Selatan. Pangkat militer itu setara dengan pangkat jenderal atau admiral di negara lain. Sekalipun memiliki pangkat setingkat Jenderal, Jong Un tidak punya pengalaman militer.
Foto: Reuters/KCNA
Senang fast food dari barat
Sekalipun retorika Kim Jong Un hampir selalu anti Barat, dia adalah penggemar makanan cepat saji yang berasal dari Barat. Pada masa-masa awal pemerintahannya, dia berusaha mengembangkan restoran pizza, french fries dan hamburger. Restoran pizza yang pertama dibuka di Korea Utara tahun 2009 selama pemerintahan ayahnya.
Foto: Imago/Xinhua/KCNA
Senang bintang bola basket Amerika
Kim Jong Un adalah penggemar berat olahraga bola basket. Dia khusus mengundang bintang bola basket Amerika Serikat Dennis Rodman dari klub Chicago Bulls datang beberapa kali ke Pyongyang. Kedatangan Rodman ke Korea Utara mengundang kecaman luas dari publik dan sesama atlit. Kunjungan itu bahkan didokumentasikan dalam film "Rodman's Big Bang in Pyongyang".
Foto: picture-alliance/AP Photo/KCNA
Diam-diam dikirim sekolah ke Swiss
Beberapa pengamat mengatakan, Jong Un sempat sekolah di Swiss saat masih anak-anak. Namun tidak ada konfirmasi mengenai hal ini. Ada juga yang mengatakan, yang sekolah di Swiss adalah kakaknya, Kim Jong Chul. Beberapa sumber lain menyatakan, Jong Un memang bersekolah di Bern dengan nama "Pak Un". Yang jelas, Kim Jong Un gemar main ski dan memerintahkan pembangunan tempat-tempat pelatihan ski.