AS dan UE Perluas Sanksi Terhadap Rusia
28 April 2014Para pejabat tinggi dari 28 negara anggota Uni Eropa menggelar konferensi darurat di Brussel untuk membahas sanksi baru terhadap Rusia. Mereka memperluas daftar hitam untuk pejabat-pejabat Rusia yang dikenakan larangan visa dan pembekuan rekening bank. Amerika Serikat akan melakukan hal yang sama dan memperluas sanksi terhadap perusahaan Rusia.
Sebelumnya, negara-negara industri yang tergabung dalam kelompok G-7 menuntut Rusia agar menghentikan provokasi di Ukraina. Mereka menyatakan akan mendukung pemilu presiden di Ukraina Mei mendatang dan berharap, pemilu itu bisa menjadi langkah awal untuk penyelesaian krisis.
Presiden AS Barack Obama yang sedang melakukan kunjungan di Asia mengatakan, negara-negara barat dan Uni Eropa kini bersatu menghadapi Putin. "Ini bukan konflik antara Amerika dan Rusia", kata Obama.
Sandera muncul di TV
Dalam beberapa minggu terakhir, kelompok separatis pro Rusia merebut gedung-gedung pemerintahan di beberapa kota di Ukraina timur. Di Slovyansk, separatis menyandera semibilan pengamat militer OSCE, empat diantaranya berasal dari Jerman. Seorang pengamat asal Swedia kemudian dibebaskan karena menderita penyakit diabetes.
Sebelumnya, delapan sandera dari OSCE muncul di hadapan wartawan, disertai pimpinan separatis Vyacheslav Ponomaryov, yang mengangkat dirinya sebagai walikota Slavyansk. Kolonel Axel Schneider dari Jerman mengatakan kepada wartawan, mereka diperlakukan dengan baik, tapi mereka tidak bisa bergerak bebas.
Ponormaryov menjelaskan, para pengamat militer OSCE terlibat kegiatan spionase di daerahnya dan ia menganggap mereka sebagai "tahanan perang". Ia "bersedia menukar" mereka dengan anggota separatis yang ditahan pemerintah Ukraina.
Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengecam keras penyanderaan pengamat OSCE dan menuntut Rusia "melakukan kewajiban dan menggunakan pengaruhnya" untuk membebaskan para sandera.
Separatis serbu kantor polisi
Kantor beruta Reuters melaporkan, puluhan anggota separatis Senin pagi (28/04) menyerbu kantor polisi di kota Kostyantynivka. Menurut kantor berita AFP, mereka juga menguasai balai kota.
Jurubicara Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Laryssa Volkova mengatakan, sekitar 30 orang dengan senjata otomatis menyerbu kantor polisi di Kostyantynivka. "Kami tidak tahu apa tuntutan mereka", kata Volkova. Kostyantynivka berpenduduk sekitar 80.000 orang dan terletak antara Slavyansk dan Donetsk.
AS dan Uni Eropa menuduh Rusia mendukung gerakan separatis. Rusia menempatkan puluhan ribu pasukan di perbatasan Ukraina dan menggelar manuver militer. Presiden Vladimir Putin menerangkan, tentara Rusia akan dikerahkan untuk membela warga Rusia yang diserang.
hp/ab (afp,rtr,dpa)