Jenderal tinggi AS menolak untuk mengatakan apakah serangan udara terhadap Taliban akan berlanjut setelah pasukan AS ditarik, tetapi berjanji untuk mendukung Afganistan "dari jauh."
Iklan
Amerika Serikat (AS) akan terus melakukan serangan udara untuk mendukung pasukan Afganistan memerangi Taliban "dalam beberapa minggu mendatang," kata seorang jenderal tinggi AS, pada Minggu (25/07). Namun, tidak jelas apakah misi serangan udara ini akan berlanjut hingga akhir Agustus atau tidak.
Kelompok Taliban telah membuat kemajuan pesat ketika AS dan sekutunya menarik pasukan mereka dari Afganistan. Kemajuan tersebut memicu kekhawatiran bahwa kelompok tersebut akan mendapatkan kembali kekuasaan.
Dalam beberapa pekan terakhir, Taliban telah meningkatkan serangan mereka, mendapatkan kendali atas sejumlah distrik pedesaan dan ibu kota provinsi di negara itu.
Iklan
AS "akan terus mendukung pasukan Afganistan"
Berbicara kepada wartawan di Kabul, Jenderal Marinir AS Kenneth McKenzie menolak berkomentar apakah pasukan AS akan melanjutkan serangan udara setelah berakhirnya misi militer mereka pada 31 Agustus.
Pada saat yang sama, dia menekankan bahwa AS "akan terus mendukung pasukan Afganistan" setelah misi berakhir, meskipun "umumnya akan dilakukan dari jauh."
"Amerika Serikat telah meningkatkan serangan udara untuk mendukung pasukan Afganistan selama beberapa hari terakhir dan kami siap untuk melanjutkan dukungan yang meningkat ini dalam beberapa minggu mendatang jika Taliban melanjutkan serangan mereka," kata McKenzie.
"Hari-hari dan minggu-minggu" berikutnya akan menunjukkan apakah pemerintah Afganistan akan mampu mempertahankan negara dari Taliban, kata McKenzie.
"Saya tidak berpikir itu akan menjadi jalan yang mudah.. (tetapi) saya tidak menerima narasi bahwa akan ada perang saudara yang diperlukan," katanya.
Pasukan AS Pulang, Afganistan Tertimbun di Bawah Sampah Amerika
Pangkalan Udara Bagram jadi markas besar pasukan AS di Afganistan selama hampir 20 tahun. Markas militer itu telah kosong sejak musim semi dan meninggalkan berton-ton sampah.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Rongsokan sejauh mata memandang
Sejarawan mungkin memperdebatkan peninggalan misi politik AS di Afganistan. Tetapi peninggalan fisiknya terlihat jelas dalam bentuk rongsokan dan sampah dalam jumlah besar. Angkatan Darat AS akan ditarik sepenuhnya dari Pangkalan Udara Bagram pada peringatan 20 tahun serangan teroris 11 September di Washington dan New York, jadi dalam waktu beberapa minggu ke depan.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Di mana harus menaruh semua sampah?
Tentara AS akan membawa pulang peralatan atau memberikannya kepada pasukan keamanan setempat. Tetapi masih banyak sampah kemasan dan elektronik tersisa. Lebih dari 100.000 tentara AS bertugas di Bagram sejak 2001. Pangkalan yang terletak 70 kilometer di utara Kabul, telah berkembang menjadi kota kecil ala Amerika, lengkap dengan pusat perbelanjaan dan restoran cepat saji.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Sampah seseorang adalah harta karun bagi orang lain
Tempat pembuangan rongsokan di luar pangkalan telah menjadi populer di kalangan pemburu harta karun. Mereka datang dalam jumlah besar untuk mengais sampah, mencari sesuatu yang masih berguna, seperti sepasang sepatu boot militer ini. Harapan mereka adalah menjual apa yang ditemukan untuk mendapatkan uang.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Mencari harta karun sampah elektronik
Sampah elektronik dalam jumlah besar juga terkubur di tempat pembuangan sampah. Orang mencari papan sirkuit berisi suku cadang dan sekrup yang dapat digunakan kembali. Beberapa bahkan mengandung bahan berharga seperti tembaga dan sejumlah kecil emas. Bagi orang Amerika, itu semua sampah. Tapi bagi warga Afganistan yang berpenghasilan hanya US $695 (Rp8,5 juta) setahun, itu adalah harta karun.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang akan terjadi dengan Bagram?
Bagram, di kaki pegunungan Hindu Kush, memiliki sejarah panjang sebagai pangkalan militer. Tentara Uni Soviet menggunakan pangkalan itu selama invasinya pada 1979. Banyak yang sekarang khawatir setelah pasukan Amerika pergi, Bagram akan jatuh ke tangan Taliban, yang berarti kemenangan strategis bagi kaum Islamis.
Foto: imago images
Penarikan pasukan yang riskan
Pasukan AS resminya ditarik pulang sejak 1 Mei dan tidak ada waktu untuk membuang sampahnya. Senjata berat dan pasukan tambahan tetap disiagakan untuk kemungkinan serangan Taliban selama penarikan. Pada minggu terakhir penarikan, total 36 negara NATO dan mitra terlibat dalam misi tersebut, termasuk 2.500 tentara Amerika dan 1.100 tentara Jerman
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Wanita yang bekerja
Seorang gadis memulung peti logam usang dari tempat pembuangan sampah. Terlepas dari situasi sulit, anak perempuan dan wanita yang paling diuntungkan dari misi militer pimpinan AS dan jatuhnya Taliban pada tahun 2001. Mereka dapat bersekolah, dan sebagai wanita dewasa bisa bekerja di sektor yang sebelumnya tidak dapat diakses oleh mereka, termasuk di pengadilan tinggi dan institusi resmi lainnya.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Orang-orang yang ditinggalkan
Beberapa orang menemukan barang-barang bernilai sentimental murni di tempat barang rongsokan, untuk mengingatkan mereka pada pangkalan militer AS ini. Banyak pemukiman pasukan lokal Afganistan bermunculan di sekitar Bagram, dan eksistensi mereka bergantung pada pangkalan itu. Banyak yang sekarang bertanya-tanya apa yang akan terjadi dengan mereka dan keluarga mereka.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang tersisa?
Jadi apa yang tersisa dari kehadiran AS di Hindu Kush, selain sepatu usang dan kawat berkarat? Presiden AS Joe Biden menjanjikan kemitraan "berkelanjutan" pada saat pertemuan dengan mitranya dari Afganistan, Ashraf Ghani di Gedung Putih 25 Juni. Nasib jutaan warga Afganistan akan tergantung dari janji Biden. (bn/as)
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
9 foto1 | 9
Pertempuran melawan Taliban terus berlanjut
Pertempuran melawan Taliban berlanjut pada Minggu (25/07) di pinggiran kota selatan Kandahar, di mana hampir 22.000 keluarga mengungsi dari rumah mereka dalam sebulan terakhir.
Kandahar adalah kota terbesar kedua di Afganistan, yang merupakan rumah bagi 650.000 penduduk. Wilayah ini adalah pusat kekuatan Taliban ketika mereka memerintah Afganistan antara tahun 1996 hingga 2001.
McKenzie mengakui bahwa AS melakukan serangan udara di Kandahar dalam beberapa hari terakhir.
Menurut kelompok hak asasi Human Rights Watch (HRW), Taliban melakukan kekejaman terhadap warga sipil di daerah yang mereka kuasai.
"Para pemimpin Taliban membantah bertanggung jawab atas pelanggaran apa pun, tetapi semakin banyak bukti pengusiran, penahanan sewenang-wenang, dan pembunuhan di daerah-daerah yang mereka kendalikan meningkatkan ketakutan di kalangan penduduk," ujar Patricia Grossman, direktur asosiasi Asia di HRW dalam sebuah pernyataan.