Lewat panggilan telepon dengan mitranya dari Ukraina, Presiden AS Joe Biden berjanji kepada Kyiv akan "merespons tegas" jika Rusia menginvasi Ukraina. Ratusan ribu tentara Rusia telah berkumpul di perbatasan Ukraina.
Iklan
Presiden AS Joe Biden menegaskan kembali dukungan pemerintahannya untuk kemerdekaan Ukraina melawan agresi Rusia lewat panggilan telepon dengan mitranya dari Ukraina, Presiden Volodymyr Zelenskyy pada Minggu (02/01).
"Presiden Biden menjelaskan bahwa Amerika Serikat dan sekutu serta mitranya akan merespons dengan tegas jika Rusia menginvasi Ukraina lebih lanjut," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki dalam sebuah pernyataan.
Biden juga "menegaskan kembali komitmen Amerika Serikat terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina," kata Psaki.
Washington dan Uni Eropa menuduh Moskow mengancam Ukraina dengan invasi. Pasukan Rusia menduduki Krimea pada tahun 2014. Mereka mendukung separatis di timur negara itu sejak saat itu.
Iklan
Apa yang dibicarakan kedua presiden?
Biden melakukan panggilan telepon pekan lalu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, untuk memperingatkan konsekuensi berat jika Moskow melanjutkan invasi militer ke Ukraina.
Pejabat dari AS dan Rusia akan bertemu untuk pembicaraan di Jenewa pada 9 dan 10 Januari.
Secara terpisah, selama panggilan teleponnya dengan Zelenskyy, Biden menekankan pentingnya menjaga Ukraina tetap terhubung dengan berbagai negosiasi yang sedang berlangsung.
Presiden Ukraina menuliskan apresiasinya lewat Twitter terkait panggilan telepon Biden dan atas "dukungannya yang tak tergoyahkan terhadap Ukraina."
Zelensky menambahkan bahwa keduanya membahas masalah pemeliharaan perdamaian di Eropa dan pencegahan "eskalasi lebih lanjut" serta "reformasi" dan "deoligarki."
Kedua pihak kejar solusi diplomatik
Moskow menganggap penumpukan pasukan Rusia di perbatasan sebagai perlindungan terhadap gangguan NATO. Putin juga menuntut penolakan keanggotaan NATO untuk Ukraina.
Namun, Ukraina tidak menjalani proses apa pun untuk bergabung dengan aliansi barat, juga tidak diundang untuk bergabung.
AS menegaskan kembali dukungannya untuk "langkah-langkah membangun kepercayaan untuk mengurangi ketegangan di Donbas dan diplomasi aktif untuk memajukan implementasi Perjanjian Minsk."
Dalam Perjanjian Minsk, Kyiv setuju untuk menerapkan reformasi politik tertentu dengan imbalan berakhirnya dukungan Rusia untuk pemberontak di wilayah Donbass timur Ukraina. Kesepakatan itu ditengahi oleh Jerman dan Prancis.
Putin juga memperingatkan bahwa sanksi lebih lanjut terhadap Rusia akan menjadi "kesalahan besar."
Sejauh ini kedua belah pihak sepakat untuk terus mengejar rute diplomatik keluar dari krisis yang berpotensi mematikan.
Rudal S-400: Siluman Rusia Meneror NATO di Udara
Rusia akhirnya sepakat menjual sistem pertahanan udara S-400 kepada anggota NATO, Turki. Seberapa mematikan peluru kendali berdaya jelajah tinggi yang hingga kini masih dianggap belum tersaingi itu?
Foto: picture-alliance/dpa/S. Malgavko
Momok bagi Pesawat Tempur
S-400 adalah sistem pertahanan udara paling canggih di dunia. Meriam langit ini memiliki daya jelajah sejauh 400 kilometer, mampu menghancurkan target di ketinggian hingga 27 kilometer dan membidik 300 sasaran sekaligus. Entah itu pesawat tempur, pesawat pembom, wahana nirawak, peluru kendali atau bahkan pesawat siluman, tidak ada yang luput dari ancaman S-400.
Foto: picture-alliance/AA/S. Karacan
Meriam Tanpa Tanding
Dikembangkan sejak dekade 1980an, S-400 adalah evolusi termutakhir sistem pertahanan udara Rusia. Saat ini negeri beruang merah itu telah memiliki sebanyak 152 unit sistem rudal S-400 yang terbagi dalam 18 divisi. Menurut klaim Institut Perdamaian dan Kebijakan Keamanan di Jerman (IFSH), NATO saat ini belum memiliki solusi jitu atas ancaman S-400.
Foto: picture alliance/dpa/A.Vilf
Burung Besar dan Enam Peluncur
Sebuah resimen S-400 terdiri atas sebuah pusat komando dan radar 91N6 yang dijuluki Birg Bird E dan enam peluncur sekaligus. Namun ragam susunan S-400 bisa diubah sesuai dengan misi yang diemban. Daya jelajah S-400 yang tinggi antara lain berkat sistem peluncur yang menembakkan roket ke ketinggian 30 meter dengan gas sebelum mesin roket dinyalakan.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Malgavko
Menebar Takut di Udara
Kekhawatiran terhadap ancaman sistem rudal Rusia memaksa koalisi bentukan Amerika Serikat di Suriah mengkandangkan semua armada udaranya ketika Moskow menempatkan sejumlah resimen S-400 di pangkalan udara Khmeimim, Damaskus. Mereka sebaliknya memilih menyerang target dengan rudal Tomahawk dari kapal perang di Teluk Persia. Tapi meski digdaya, S-400 bukan tanpa kelemahan.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Malgavko
Jawaban NATO
Salah satu jawaban NATO atas ancaman S-400 adalah pesawat tempur EA-18G Growler yang memiliki kemampuan perang elektronik dan bisa melumpuhkan sistem navigasi S-400. Namun meski efektif mengurangi daya pukul S-400, EA-18G tidak mampu melumpuhkan sistem pertahanan udara itu sepenuhnya. Cara lain adalah menyerang S-400 dengan puluhan rudal sekaligus. Tapi teori tersebut sejauh ini belum terbukti.
Foto: Getty Images/AFP/A. Pizzoli
Dua Pendamping
Terlebih militer Rusia sudah lebih dulu menyadari kelemahan S-400. Sebagai pelengkap, S-400 akan ditemani oleh sistem pertahanan udara jarak pendek 42S6 Morpheus dan sistem rudal 50R6 Vityaz yang berdaya jangkau hingga 120 kilometer. Kedua peluru kendali darat ke udara itu bertugas mengeliminasi ancaman terhadap S-400, terutama oleh pesawat tempur serupa EA-18G.
Foto: picture-alliance/dpa/V. Sharifulin
Komponen Asing di Sistem NATO
Kini Turki menyepakati pembelian S-400 senilai dua setengah milyar Dollar AS dengan Rusia. Moskow nantinya akan menyerahkan dua unit baterai S-400 dan memberikan lisensi bagi Turki untuk membangun dua unit s-400 lain. Pembelian itu turut menjadi masalah, karena S-400 tidak bersinergi dengan sistem pertahanan NATO yang dimiliki Turki saat ini.