AS Jatuhkan Sanksi kepada Pengembang Spyware Pegasus
4 November 2021
Pihak berwenang AS menyebut spyware NSO Group membantu pemerintah otoriter "membungkam perbedaan pendapat." Langkah-langkah terbaru akan membatasi akses NSO Group ke komponen dan teknologi AS.
Iklan
Departemen Perdagangan Amerika Serikat pada Rabu (03/11) mengumumkan batasan ekspor pada perusahaan perangkat lunak Israel NSO Group, pengembang spyware Pegasus.
Investigasi oleh konsorsium jurnalis internasional pada Juli 2021 mengungkapkan, spyware Pegasus digunakan di seluruh dunia untuk memantau puluhan ribu aktivis hak asasi manusia, jurnalis, politisi, dan eksekutif bisnis.
Penyelidikan yang dipimpin oleh konsorsium media Forbidden Stories menemukan, orang-orang yang ditarget di 50 negara yang berbeda telah menjadi sasaran malware.
Teknologi ini pada dasarnya mengubah smartphone menjadi perangkat mata-mata, memungkinkan pengguna untuk melacak lokasi target, membaca pesan, melihat-lihat foto, dan bahkan secara diam-diam menyalakan kamera ponsel.
Iklan
Apa kata regulator AS?
"Alat-alat ini juga memungkinkan pemerintah asing untuk melakukan represi transnasional, yang merupakan praktik pemerintah otoriter yang menargetkan para pembangkang, jurnalis, dan aktivis di luar perbatasan kedaulatan mereka untuk membungkam perbedaan pendapat," kata Departemen Perdagangan AS dalam sebuah pernyataan.
Departemen Perdagangan AS juga memasukan grup NSO ke dalam apa yang disebut "daftar entitas", yang membatasi transfer teknologi dan informasi dari organisasi dan peneliti yang berbasis di AS.
Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan dalam sebuah pernyataan, Washington berkomitmen untuk "secara agresif" menggunakan kontrol ekspor untuk "meminta pertanggungjawaban perusahaan yang mengembangkan, memperdagangkan, atau menggunakan teknologi untuk melakukan kegiatan jahat" yang mengancam keamanan siber pejabat pemerintah dan masyarakat sipil.
Selain itu, AS juga menambahkan perusahaan spyware Israel lainnya, Candiru ke daftar entitas pada Rabu (03/11). Raksasa teknologi AS Microsoft pada Juli lalu mengatakan, telah memblokir alat Candiru yang diduga digunakan untuk tujuan yang sama dengan spyware Pegasus.
Hewan-Hewan Spionase: Ikan Paus, Merpati, dkk
Seekor ikan paus ditemukan di lepas pantai Norwegia dan dicurigai sebagai mata-mata Rusia. Merpati, kucing serta hewan lainnya juga telah dipasangi peralatan intelijen di tubuhnya, dan tingkat keberhasilan berbeda-beda.
Foto: Imago/C. Ohde
Ikan paus agen intelijen Rusia?
Ikan paus di lepas pantai Norwegia ini terlihat jinak saat berenang mendekati perahu nelayan. Namun, di badannya terdapat tali pengikat dengan tulisan ‘‘Peralatan St. Petersburg‘‘. Pada tali pengikat disematkan alat untuk memasang kamera. Apakah ikan paus dijadikan agen intelijen Rusia? Bisa jadi paus itu lari dari perairan Rusia.
Foto: Joergen Ree Wiig/Norwegian Direcorate of Fisheries Sea Surveillance Unit via AP/picture-alliance
Merpati mata-mata yang tersohor
Menggunakan binatang sebagai mata-mata sudah jadi rahasia umum badan intelijen di seluruh dunia. Tentara Jerman, misalnya, pada Perang Dunia I menggunakan burung merpati berkamera sebagai sarana pengumpul informasi. Merpati akhirnya tidak pernah digunakan secara permanen, karena kamera otomatisnya hanya dapat memotret 12 foto dan merpati harus tepat terbang di atas lokasi yang dituju.
Foto: picture-alliance/dpa/Cortesía del Museo Internacional del Espionaje
Agent Flipper
Ada banyak teori tentang hewan sebagai agen intelijen, khususnya di Israel. Kelompok radikal Islam, Hamas, mengklaim menemukan lumba-lumba berkamera beserta alat ‘‘spionase‘‘ lainnya di jalur Gaza. Angkatan Laut AS juga diketahui telah menggunakan lumba-lumba dalam ‘‘Program Mamalia Laut‘‘ mereka sebagai pelacak ranjau.
Foto: Robert Pitman
Mata-mata tercepat?
Pada tahun 2007, Iran menemukan dan menghancurkan apa yang mereka sebut jaringan mata-mata Israel yang menggunakan tupai. Penjaga perbatasan Iran menemukan 14 tupai yang dilengkapi pelacak GPS. Namun, hubungan tupai tersebut dengan intelijen Israel tidak dapat dibuktikan.
Foto: picture-alliance/Wildlife/R.Usher
Gagalnya ‘’Accoustic Kitty’’
Pada tahun 1960, dalam program ‘‘Accoustic Kitty‘‘ CIA menempatkan implan mikrofon pada kucing, yaitu pada keempat kakinya, untuk memata-matai kegiatan yang berlangsung di gedung Kedutaan Besar Uni Soviet. Program tersebut gagal total. Kucing pertama saja yang dipasangi mikrofon mati tertabrak taksi di jalan.
Foto: DW/K. Zeineddine
Agen hiu berkedok?
Para peneliti di Badan Proyek Penelitian Tingkat Lanjut (DARPA) milik militer AS dilaporkan mengembangkan sejenis remote control yang ditempatkan sebagai implant di otak hiu. Dengan cara itu, hiu hendak dikendalikan dari jarak jauh. Katanya hanya untuk tujuan penelitian. Tetapi potensi penggunaan oleh militer sangat besar.
Foto: picture-alliance/dpa/imageBROKER
Lebah pelacak informasi?
Lebah pekerja bisa jadi mata-mata berikutnya. Mereka bisa dilatih melacak bau-bauan tidak alami, seperti misalnya bahan peledak. Yang paling tepat adalah lebah yang bertugas mencari dan melaporkan lokasi bahan baku pembuat madu. Namun, para ahli berargumen, terlalu banyak jenis bau-bauan di alam yang dapat mengalihkan perhatiannya. (Ed: sng/ml)
Foto: Imago/C. Ohde
7 foto1 | 7
Bagaimana tanggapan NSO?
NSO Group mengatakan kepada kantor berita AFP, pihaknya akan berusaha untuk membalikkan sanksi tersebut.
"NSO Group kecewa dengan keputusan tersebut, mengingat bahwa teknologi kami mendukung kepentingan dan kebijakan keamanan nasional AS dengan mencegah terorisme dan kejahatan, dan dengan demikian kami akan menganjurkan agar keputusan ini dibatalkan."
Perusahaan teknologi Israel itu secara konsisten menolak pelaporan pada perangkat lunak Pegasus-nya, dengan beralasan bahwa itu telah dirancang murni untuk digunakan oleh aktor pemerintah dalam perang melawan terorisme dan kejahatan.