AS Kembali Tuduh Cina Lakukan 'Genosida' terhadap Uighur
John Silk
13 Juli 2021
Hal itu diungkapkan dalam sebuah laporan bertajuk Elie Wiesel Act yang membahas tentang kekejaman di seluruh dunia. Selain Cina, laporan tahunan itu juga membahas mengenai situasi di Ethiopia, Myanmar dan Sudan Selatan.
Iklan
Dalam laporan tahunan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) kepada Kongres pada Senin (12/07), AS kembali menegaskan pendiriannya bahwa "Republik Rakyat Cina melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap Uighur, dan anggota kelompok etnis dan agama minoritas lainnya di Xinjiang.”
Kejahatan terhadap kemanusiaan yang dimaksud termasuk "pemenjaraan, penyiksaan, sterilisasi paksa dan penganiayaan.”
Eritrea, Ethiophia, Myanmar dan Sudan Selatan turut dibahas
Dalam laporan bertajuk Elie Wiesel Act itu, pemerintahan Biden juga mengungkapkan bahwa Eritrea, Ethiopia, Myanmar dan Sudan Selatan dapat menghadapi sanksi lebih lanjut karena melakukan pembersihan etnis akibat konflik dengan negara tetangga atau konflik sendiri di dalam negeri.
Khusus untuk Myanmar, laporan tersebut menyebut bahwa negara berada dalam risiko terjadinya genosida. Gedung Putih akan terus melanjutkan koordinasi dengan negara sekutu dan mitra untuk menekan pemerintah militer di Myanmar agar menghentikan segala bentuk penindasan.
Potret Aksi Protes Nasional Menentang Kudeta Militer di Myanmar
Warga Myanmar melakukan protes nasional menentang kudeta militer. Berbagai kalangan mulai dari dokter, guru, dan buruh menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan pemulihan demokrasi Myanmar.
Foto: AFP/Getty Images
Dokter dan perawat di garda depan
Kurang dari 24 jam setelah kudeta militer, para dokter dan perawat dari berbagai rumah sakit mengumumkan bahwa mereka melakukan mogok kerja. Mereka juga mengajak warga lainnya untuk bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil.
Foto: REUTERS
Koalisi protes dari berbagai kalangan
Sejak ajakan pembangkangan sipil tersebut, para pelajar, guru, buruh dan banyak kelompok sosial lainnya bergabung dalam gelombang protes. Para demonstran menyerukan dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Berikan kekuatan kembali kepada rakyat!" atau "Tujuan kami adalah mendapatkan demokrasi!"
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
Para biksu mendukung gerakan protes
Para Biksu juga turut dalam barisan para demonstran. "Sangha", komunitas monastik di Myanmar selalu memainkan peran penting di negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha ini.
Foto: AP Photo/picture alliance
Protes nasional
Demonstrasi berlangsung tidak hanya di pusat kota besar, seperti Yangon dan Mandalay, tetapi orang-orang juga turun ke jalan di daerah etnis minoritas, seperti di Negara Bagian Shan (terlihat di foto).
Foto: AFP/Getty Images
Simbol tiga jari
Para demonstran melambangkan simbol tiga jari sebagai bentuk perlawanan terhadap kudeta militer. Simbol yang diadopsi dari film Hollywood "The Hunger Games" ini juga dilakukan oleh para demonstran di Thailand untuk melawan monarki.
Foto: REUTERS
Dukungan dari balkon
Bagi warga yang tidak turun ke jalan untuk berunjuk rasa, mereka turut menyuarakan dukungan dari balkon-balkon rumah mereka dan menyediakan makanan dan air.
Foto: REUTERS
Menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi
Para demonstran menuntut dikembalikannya pemerintahan demokratis dan pembebasan Aung San Suu Kyi serta politisi tingkat tinggi lain dari partai yang memerintah Myanmar secara de facto, yakni Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Militer menangkap Aung San Suu Kyi dan anggota NLD lainnya pada hari Senin 1 Februari 2021.
Foto: Reuters
Dukungan untuk pemerintahan militer
Pendukung pemerintah militer dan partai para jenderal USDP (Partai Solidaritas dan Pembangunan Persatuan), juga mengadakan beberapa demonstrasi terisolasi di seluruh negeri.
Foto: Thet Aung/AFP/Getty Images
Memori Kudeta 1988
Kudeta tahun 1988 selalu teringat jelas di benak warga selama protes saat ini. Kala itu, suasana menjadi kacau dan tidak tertib saat militer diminta menangani kondisi di tengah protes anti-pemerintah. Ribuan orang tewas, puluhan ribu orang ditangkap, dan banyak mahasiswa dan aktivis mengungsi ke luar negeri.
Foto: ullstein bild-Heritage Images/Alain Evrard
Meriam air di Naypyitaw
Naypyitaw, ibu kota Myanmar di pusat terpencil negara itu, dibangun khusus oleh militer dan diresmikan pada tahun 2005. Pasukan keamanan di kota ini telah mengerahkan meriam air untuk melawan para demonstran.
Foto: Social Media via Reuters
Ketegangan semakin meningkat
Kekerasan meningkat di beberapa wilayah, salah satunya di Myawaddy, sebuah kota di Negara Bagian Kayin selatan. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet.
Foto: Reuters TV
Bunga untuk pasukan keamanan
Militer mengumumkan bahwa penentangan terhadap junta militer adalah tindakan melanggar hukum dan ''pembuat onar harus disingkirkan''. Ancaman militer itu ditanggapi dengan bentuk perlawanan dari para demonstran, tetapi juga dengan cara yang lembut seperti memberi bunga kepada petugas polisi. Penulis: Rodion Ebbighausen (pkp/ gtp)
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
12 foto1 | 12
Sementara terkait Eritrea dan Ethiopia, laporan tersebut membahas mengenai pembersihan etnis yang terjadi akibat perang dan konflik di Tigray.
Laporan itu juga mengutip kondisi Sudan Selatan yang memburuk. Dikatakan bahwa pemerintah di sana "telah melakukan pembunuhan di luar proses hukum termasuk pembunuhan berbasis etnis terhadap warga sipil.” Laporan juga menyinggung terkait "meluasnya kekerasanya seksual”, dan meyinggung terkait "penggunaan makanan sebagai senjata perang” di Sudan Selatan.
Laporan Elie Wiesel Act
Laporan tahunan ini menyerukan pemerintah federal untuk menguraikan langkah-langkah yang akan diambil untuk mencegah dan menghentikan kekejaman seperti genosida di seluruh dunia.
"Pemerintahan ini akan membela dan melindungi hak asasi manusia di seluruh dunia, dan mengakui pencegahan kekejaman semacam ini adalah inti kepentingan keamanan nasional dan inti dari tanggung jawab moral,” kata laporan tersebut.
Lebih jauh, laporan itu mengatakan bahwa Presiden Joe Biden telah menindaklanjuti dan memperluas sanksi pendahulunya atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan ini. (gtp/vlz)