1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AS: Korut Bantu Suriah Dalam Pembangunan Reaktor Atom

25 April 2008

Suriah dan Korea Utara tergolong dalam kategori yang disebut Presiden AS George W. Bush sebagai negara 'poros kejahatan'.

Foto reaktor atom terselubung Suriah yang dirilis CIA 24 April 2008Foto: AP

Menurut pemerintah AS, Kamis 24/04, kedua negara diduga melakukan kerjasama dalam program atom dan kemungkinan juga dalam senjata nuklir. Kerjasama itu dilakukan sedemikian rupa yang kemudian menyebabkan Israel melakukan serangan ke Suriah tahun lalu. Demikian diperkirakan pemerintah AS.

Melalui foto dan rekaman video yang sebelumnya dirahasiakan, pemerintah AS menjelaskan kepada Kongres Amerika alasan yang diduga menjadi penyebab serangan udara Israel di Suriah pada musim gugur tahun lalu. Dikatakan bahwa Israel menghancurkan reaktor atom yang tidak lama lagi akan dibuka dan telah dibangun dengan bantuan Korea Utara. Reaktor tersebut jelas menunjukkan gaya bangunan Korea Utara dan juga diyakini tidak akan berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik atau pun demi kepentingan penelitian. Demikian diterangkan pemerintah AS.

Laporan media mengenai serangan udara Israel itu baru keluar beberapa hari setelah tanggal 6 September 2007, yaitu hari saat bangunan di Suriah itu dihancurkan. Harian "Washington Post memberitakan, Israel merusak sebuah reaktor atom Suriah di dekat Al Kibar, Suriah Timur di mana diduga dilaksanakan pengembangan senjata nuklir. Suriah membantah tuduhan itu dan menyatakan melakukan penelitian pertanian d ilokasi tersebut. Negara itu juga mengaku tidak punya program senjata nuklir dan tidak ada kerjasama nuklir dengan Korea Utara.

Sedangkan Israel sendiri tidak mengeluarkan sanggahan dan juga tidak mengeluarkan keterangan mengenai serangan udaranya. Namun melalui serangan itu, secara tidak resmi Israel memperlihatkan tekadnya untuk bertindak jika melihat adanya indikasi dalam perkembangan senjata nuklir di negara-negara musuhnya. Ini juga merupakan sebuah peringatan jelas terhadap Iran yang dituduh Israel dan AS, secara ilegal merencanakan pengembangan senjata nuklir. Selain itu, serangan itu juga dapat diartikan untuk mengingatkan serangan Israel atas reaktor atom Irak 'Osirak' tahun 1981 yang dituding melakukan pengembangan senjata nuklir saat Saddam Husein masih berkuasa.

Patut digarisbawahi bahwa hingga kini tidak ada bukti atas tuduhan terhadap Suriah. Tambahan, negara tersebut telah menandatangani kesepakatan Non-Proliferasi Nuklir. Menurut kesepakatan itu, Suriah atau pun Iran diijinkan membangun reaktor atom yang memproduksi energi atau untuk kepentingan penelitian, tanpa harus melaporkannya kepada Badan Energi Atom Internasional IAEA. Baru jika reaktor sudah aktif, kegiatannya diawasi IAEA.

Sedangkan dalam kasus Korea Utara, dalam perundingan dengan sejumlah negara terkait dan AS, Korea Utara diwajibkan mengurangi aktivitas nuklirnya.

Agar tidak membahayakan hubungan dan perundingan dengan Pyongyang, setelah serangan udara Israel di Suriah tahun lalu, Washington tampaknya memutuskan untuk tidak mengutak-atik kasus itu. AS bahkan tidak memaksa Korea Utara untuk mengakui keterlibatannya dalam transfer teknologi nuklir dengan negara-negara lain. Dalam kasus Suriah, hingga kini hanya dapat dibuktikan bahwa Korea Utara selama bertahun-tahun memasok rudal dan teknologi rudal ke Suriah.

Keterangan AS di Kongres hari kamis (24/04) oleh sebab itu mengejutkan banyak pihak. Tampaknya pemerintah Amerika hendak memperketat sikapnya terhadap Korea Utara dan kemungkinan juga terhadap Suriah. AS dalam hal ini harus memperhitungkan bahwa Israel sama sekali tidak menyukai perubahan sikap ini. Apalagi belakangan ini terdapat peningkatan indikasi yang menunjukkan, atas antara lain bantuan Turki, Jerusalem dan Damaskus diam-diam menjalin hubungan dan kedua pihak pada umumnya sepakat untuk setidaknya bergerak ke arah penataan perdamaian. (cs)