Pemerintah Amerika Serikat mengatakan akan kurangi lagi bantuan untuk rumah sakit yang utamanya merawat pasien Palestina senilai lebih dari Rp 370 miliar.
Iklan
Keputusan itu diambil setelah peninjauan bantuan kepada Otoritas Palestina di Tepi Barat dan Gaza "untuk memastikan dana tersebut dibelanjakan sesuai dengan kepentingan nasional AS dan memberikan nilai kepada pembayar pajak AS," demikian menurut Departemen Luar Negeri AS.
Sebagai hasil dari tinjauan tersebut, sesuai dengan arahan presiden, kami akan mengalihkan sekitar US$ 25 juta (sekitar Rp 372 miliar) yang semula direncanakan untuk Jaringan Rumah Sakit Yerusalem Timur," kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri Sabtu (8/8), menambahkan bahwa "dana tersebut akan digunakan untuk proyek lain dengan prioritas tinggi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, dana AS sebelumnya telah memungkinkan banyak warga Palestina untuk mendapatkan perawatan khusus, seperti operasi jantung, perawatan intensif neonatal atau dialisis anak-anak. Perawatan semacam ini tidak tersedia di Tepi Barat dan Gaza.
Picu kemarahan Palestina
Tensi antara AS dan Palestina meningkat sejak keputusan kontroversial Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel Desember 2017. Ini adalah sebuah langkah yang menyebabkan kemarahan di kalangan warga Palestina dan kaum Muslim di seluruh dunia.
7 Situs Bersejarah Penting di Yerusalem Bagi Umat Beragama
Yerusalem adalah kota yang punya makna simbolis bagi umat berbagai beragama. Sekaligus simbol ketegangan antara Israel dan Palestina serta Dunia Arab. Inilah 7 situs bersejarah yang penting di kota ini.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/D. Cupolo
Bukit Zaitun
Dari Bukit Zaitun para turis bisa melihat kawasan Kota Tua Yerusalem, yang punya makna penting bagi umat Nasrani, Yahudi dan umat Islam. Bukit Zaitun adalah lini pertahanan Arab-Yordania pada perang tahun 1967 yang kemudian berhasil direbut oleh Israel. Di latar belakang tampak Kubah Shakrah, tempat suci bagi umat Yahudi dan Muslim.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Kubah Shakhrah
Bagi warga Yahudi, kubah Shakhrah di kompleks Al-Haram menyimpan batu besar, tempat di mana Bumi menurut kepercayaan mereka, diciptakan dan Nabi Ibrahim mengorbankan putranya. Sementara bagi umat Muslim, dari tempat inilah Nabi Muhammad melakukan perjalanan langit yang dikenal dengan Isra Mi'raj. Setelah Perang tahun 1967, Israel menyerahkan kompleks Al-Haram kepada umat Muslim.
Foto: picture-alliance / dpa
Masjid Al-Aqsa
Masjid Al-Aqsa adalah tempat suci ketiga terpenting bagi umat Islam, setelah Mekkah dan Medinah. Sedangkan bagi umat Yahudi, tempat ini punya makna simbolis karena disinilah Kabah pertama dan kedua mereka didirikan. Sejak 1967, Israel bertanggung jawab atas keamanan di tempat ini, sedangkan sebuah yayasan Islam bertanggung jawab untuk segala urusan sipil dan urusan peribadahan.
Foto: Reuters/A. Awad
Sabil Qaitbay
Mata air Qaitbay dianggap sebagai salah satu sudut paling cantik di kompleks Al-Haram. Meski dibangun dengan gaya Islam dengan membubuhkan ayat-ayat Al-Quran, menara mata air ini didesain oleh seorang arsitek beragama Kristen.
Foto: Reuters/A. Awad
Tembok Ratapan
Tembok ratapan adalah situs terpenting kaum Yahudi. Di sinilah mereka berdoa, terpisah antara lelaki dan perempuan. Umat Yahudi punya tradisi meninggalkan secarik kertas berisi harapan-harapan mereka di sela-sela batu dinding. Tradisi itu sekarang diikuti juga oleh umat beragama lain.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Gerbang Damaskus
Gerbang Damaskus adalah pintu masuk utama menuju kota tua Yerusalem dan praktis menjadi perbatasan antara kawasan Kristen dan kawasan Arab. Tahun 2011, Israel merestorasi menara dan sebagian besar tembok yang hancur akibat Perang 1967. Kini Gerbang Damaskus menjadi salah satu atraksi wisata paling digemari turis mancanegara.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Kota tua
Melewati Gerbang Damaskus, pengunjung akan tiba di kota tua yang dipenuhi para pedagang yang menjajakan barangnya di jalan-jalan sempit. Di bagian Kota Tua warga Yahudi, Arab dan Armenia hidup berdampingan. Tembok benteng yang mengelilingi Kota Tua dibangun pada abad ke 16 di masa Kesultanan Utsmaniyyah. Tahun 1981, bagian Kota di Yerusalaem dideklarasikan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.
Foto: Reuters/A. Awad
7 foto1 | 7
"Ini bukan lah formula perdamaian, ini adalah tindakan tidak manusiawi dan tidak bermoral lengkap yang mengadopsi narasi sayap kanan Israel untuk menargetkan dan menghukum warga Palestina, untuk mengkompromikan hak mereka terhadap kemerdekaan," kata Ahmad Shami, juru bicara pemimpin Palestina Mahmoud Abbas.
Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan langkah AS mengurangi bantuan adalah bagian dari upaya "untuk melikuidasi Palestina" dan mengatakan kebijakan akan mengancam kehidupan ribuan warga Palestina dan mata pencaharian ribuan karyawan rumah sakit.
"Tindakan pemerasan politik seperti itu bertentangan dengan norma kesopanan dan moralitas manusia," kata Hanan Ashrawi, anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina.
Trump dan penasihatnya untuk wilayah Timur Tengah akan merilis rencana perdamaian untuk Israel dan Palestina.
"Anda akan mendapatkan uang, tetapi kami tidak membayar Anda sampai kami membuat kesepakatan," kata Trump di Washington, Kamis (6/8). "Jika tidak mencapai kesepakatan, kami tidak membayar," tambahnya.
Foto Kontras Duka dan Tawa Antara Gaza dan Israel
Ketika Israel merayakan 70 tahun kemerdekaan dan pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem, penduduk di Jalur Gaza menghadapi kematian di ujung laras senapan.
Foto: Reuters/M. Salem
Amarah Menjelang Nakba
Sebanyak 60 demonstran tewas saat mengikuti aksi protes terhadap pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat di Yerusalem. Penduduk di Jalur Gaza menyantroni perbatasan untuk menolak kebijakan Presiden Donald Trump yang mengubur klaim Palestina atas Yerusalem. Pemindahan tersebut bertepatan dengan peringatan 70 tahun pendirian negara Israel yang sekaligus menandakan hari pengusiran buat Palestina
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Goretan Trump di Yerusalem
Ketika korban pertama di Jalur Gaza mulai berjatuhan, penasehat senior Gedung Putih Ivanka Trump dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin meresmikan gedung baru kedutaan AS di Yerusalem. Acara yang dihadiri oleh pejabat tinggi Israel dan sejumlah negara lain itu berlangsung hangat dan meriah.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Termakan Jebakan Hamas?
Israel menuding organisasi teror Hamas sengaja menjebak warga untuk mendorong bentrokan yang menelan korban jiwa. Di antara korban tewas terdapat seorang bocah perempuan meregang nyawa usai terpapar gas air mata. Bentrokan di perbatasan menyisakan lebih dari 2.700 korban luka. Organisasi Palang Merah mengkhawatirkan kapasitas rumah sakit di Gaza tidak mencukupi.
Foto: Reuters/M. Salem
Pesta dan Elegi Seputar Yerusalem
Ketika warga Palestina meratapi Yerusalem, kelompok geng kendaraan bermotor di Israel merayakan pengakuan Amerika Serikat atas ibukotanya tersebut. Status Yerusalem yang sejak lama bermasalah diklaim sebagai ibukota abadi oleh penganut kedua agama. Bahkan Arab Saudi yang notabene sekutu AS di kawasan mengritik kebijakan Trump memindahkan kedutaan besar Amerika.
Foto: Reuters/A. Awad
Hari Paling Berdarah
Aksi demonstrasi pada hari Senin (14/5) di Gaza merupakan hari tunggal paling berdarah sejak perang Israel dan Hamas pada 2014 lalu. Dari 2.700 korban luka, lebih dari 1.300 terkena peluru dan 130 berada dalam kondisi kritis. Termasuk korban yang tewas adalah delapan anak di bawah umur, klaim Kementerian Kesehatan Palestina.
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Bertabur Puji dan Sanjungan
Selama acara pembukaan kedutaan AS, perwakilan kedua negara saling melemparkan sanjungan dan pujian. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu misalnya menilai langkah presiden Trump sebagai sebuah "keberanian." Sementara menantu Trump, Jared Kushner, mengatakan suatu saat umat manusia akan membaca sejarah ini dan mengakui, "perdamaian diawali dengan keputusan Amerika menerima kebenaran."
Foto: Reuters/R. Zvulun
Menyambut Hari Kematian
Sejak aksi demonstrasi menyambut hari Nakba dimulai 30 Maret lalu, setidaknya 97 penduduk Palestina dinyatakan tewas, termasuk 12 anak-anak. Sementara angka korban luka bahkan melebihi jumlah korban pasca operasi militer Israel selama 51 hari di Gaza pada 2014, yakni 12.271 orang berbanding 11.231 orang. Situasi ini menyisakan ketegangan diplomasi antara Israel dan sejumlah negara lain.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com/A. Amra
Kisruh Diplomasi
Sebagai reaksi - Turki dan Afrika Selatan menarik duta besarnya dari Tel Aviv. Sementara Uni Eropa, Jerman, Perancis dan PBB menyesalkan penggunaan kekerasan oleh militer. Adapun pemerintah Irlandia memanggil duta besar Israel untuk dimintai keterangan. Dari semua negara hanya Amerika Serikat dan Australia yang mengutuk Hamas atas jatuhnya korban jiwa di Jalur Gaza. (rzn/vlz - rtr,ap,afp)