Tembak-menembak berlangsung di Dallas. Lima polisi tewas dan beberapa lainnya cedera. Aksi penembakan oleh beberapa sniper terjadi saat digelar demonstrasi akibat dua insiden pembunuhan warga kulit hitam oleh polisi.
Iklan
Kepala polisi Dallas David Brown mengatakan Jumat pagi, pihaknya sudah menahan tiga orang. Seorang lainnya terlibat baku tembak dengan polisi di sebuah lahan parkir di pusat kota Dallas. Brown menambahkan, penembak gelap itu sudah menyatakan tidak mau menyerah kepada juru runding, dan bermaksud melukai lebih banyak lagi polisi.
Aksi demonstrasi terhadap kekerasan polisi atas warga berkulit hitam juga diadakan di kota-kota lain. Tetapi demonstrasi di Dallas berdampak fatal akibat aksi sniper alias penembak jitu tersembunyi yang membunuh sedikitnya 5 orang polisi
Aksi baku tembak pecah sekitar pukul 8:45 Kamis malam waktu setempat, saat ratusan orang berkumpul di Dallas untuk ikut demonstrasi menentang penembakan sewenang-wenang dua warga kulit hitam oleh polisi pekan ini. Dua penembakan ini adalah kasus teranyar, setelah serangkaian insiden pembunuhan warga kulit hitam oleh polisi berkulit putih yang sudah berlangsung beberapa tahun belakangan.
Penembakan yang berakibat fatal terhadap Anton Sterling (32) terjadi di depan sebuah toko di Baton Rouge, Louisiana hari Rabu lalu, setelah korban dihentikan mobilnya oleh dua polisi di jalanan. Sementara penembakan kedua terjadi Kamis kemarin di pinggir kota St. Paul, Minnesota. Korbannya Philando Castile (37), yang ditembak mati di sebuah persimpangan jalan, di dalam mobilnya yang juga ditumpangi pacarnya dan seorang anak. Kedua korban ditembak polisi dari jarak sangat dekat, dan kedua insiden direkam dengan kamera ponsel serta disebarluaskan lewat media sosial.
Demonstrasi damai yang berakhir fatal
Menurut rekaman video, aksi demonstrasi yang digelar beberapa kilometer dari pusat kota awalnya berlangsung damai. Tetapi kemudian tembak-menembak terdengar, dan demonstran berlarian mencari tempat perlindungan. Pengejaran terhadap penembak segera dilancarkan di seluruh pusat kota, yang dipenuhi hotel, restoran, bangunan kantor, dan sejumlah bangunan apartemen. Situasi dilpaorkan kacau-balau dan tembakan peluru beterbangan kemana-mana. Sementara raungan helikopter terdengar di atas kota dan polisi bersenjata otomatis tampak di beberapa pojok jalan.
Sejauh ini pihak kepolisian tidak bisa memberikan keterangan tentang latar belakang serangan. Mereka juga belum bisa memberikan keterangan tentang tersangka yang sudah ditahan. Hingga Jumat pagi, polisi juga belum yakin apakah mereka sudah berhasil melokalisir semua penyerang.
police officers
Police shot dead at Dallas rally
00:44
Menurut laporan CNN, 5 polisi tewas. 10 polisi ditembak sniper, sementara seorang lainnya cedera saat tembak-nembak. Seorang juru bicara Gedung Putih menyatakan, Presiden Barack Obama yang sedang mengadakan kunjungan di Polandia sudah mendapat informasi. Diperkirakan Obama akan muncul di depan kamera untuk memberikan pernyataan.
Walikota Dallas, Mike Rawlings mengatakan, seorang warga sipil juga cedera dalam tembak-menembak. Ia menambahkan, pemerintah kini meminta semua warga untuk tidak memasuki kawasan pusat kota Dallas hari Jumat. "Ini masih tempat kejadian perkara, dan kami belum tahu seberapa besarnya lokasi," demikian Rawlings. Sebuah peta kota Dallas akan disebarluaskan lewat internet, agar warga tahu areal mana yang harus dihindari.
Diskriminasi Kulit Hitam di Amerika Serikat
Diskriminasi terhadap warga kulit hitam di Amerika Serikat masih menjadi momok. Di banyak bidang situasinya justru memburuk setelah era Martin Luther King.
Foto: picture-alliance/dpa/Justin Lane
Sebuah Ilusi tentang Persamaan
Ketika Barack Obama dikukuhkan sebagai presiden kulit hitam pertama AS, banyak yang menilai Amerika Serikat telah memasuki era "Post Racial", sebuah negara tanpa perbedaan ras dan diskriminasi. Tidak cuma kasus di Ferguson, data-data statistik lainnya mengubur imipian tersebut.
Foto: Reuters
Kemiskinan
Penduduk kulit hitam mendominasi statistik kemiskinan Amerika Serikat. Situasi tersebut tidak berubah banyak sejak 30 Tahun lalu. Tahun 1974 cuma 8 persen warga kulit putih dililit kemiskinan (kini 10%), sementara pada warga kulit hitam jumlahnya sebesar 30 persen (kini 28%).
Foto: Reuters
Separuh Prespektif
Diskriminasi di pasar tenaga kerja AS berlangsung hampir secara sistematis. Tingkat pengangguran masyarakat kulit hitam sejak 50 tahun adalah dua kali lipat lebih tinggi ketimbang warga kulit putih. Mirisnya jumlah tersebut tidak berubah terlepas dari pertumbuhan ekonomi atau perubahan pada tingkat pengagguran secara umum.
Foto: picture-alliance/dpa/Justin Lane
Perbedaan Pendapatan
Sejak 1950 pendapatan rata-rata warga kulit hitam selalu berada di bawah 60% dari upah yang diterima oleh warga kulit putih. Cuma pada tahun 1969/1970 jumlahnya meningkat menjadi sekitar 63 persen.
Foto: DW/G. Schließ
Jurang Kemakmuran
Saat ini rata-rata kekayaan warga kulit putih berkisar 97.000 US Dollar. Sementara warga hitam cuma berkisar 4.900 USD, atau 1500 USD lebih sedikit ketimbang tahun 1980. Melihat perbedaan pendapatan antara dua kelompok yang signifikan, tidak heran jika kemampuan warga Afro-Amerika buat menabung atau menyimpan harta lebih sedikit ketimbang warga kulit putih.
Foto: picture alliance/landov
Risiko Dibui
Peluang buat seorang warga kulit hitam mendekam di balik terali bui enam kali lipat lebih besar ketimbang seorang kulit putih. Menurut data NAACP, organisasi lobi kulit hitam AS, jumlah warga kulit putih yang menggunakan narkoba lima kali lipat lebih banyak ketimbang warga hitam. Namun warga Afro-Amerika yang didakwa terkait narkoba berjumlah 10 kali lipat lebih banyak ketimbang kulit putih
Foto: M. Tama/Getty Images
Cuma Pendidikan Dasar
Menurut catatan tahun 2012, cuma 21 persen warga Afro-Amerika yang memiliki ijazah universitas. Sementara warga kulit putih mencatat angka 34 persen. Secara ironis Departemen Pendidikan AS mengeluarkan statistik 2009 lalu, bahwa untuk pertamakalinya terdapat lebih banyak pemuda kulit hitam yang sedang berkuliah ketimbang mendekam di penjara.
Foto: Reuters
Pendidikan Terpisah
Pengucilan adalah keseharian pada sistem pendidikan AS. Hampir 40 persen bocah kulit hitam menempuh pendidikan di sekolah-sekolah yang juga didominasi oleh murid Afro-Amerika. Jumlah ini banyak berkurang ketimbang tahun 1968 yang mencatat angka 68%. Tidak berubah adalah fakta bahwa tigaperempat bocah kulit hitam belajar di sekolah yang lebih dari 50% muridnya non kulit putih.
Foto: Chris Hondros/Newsmakers/Getty Images
Besar di Ghetto
Segregasi di tengah masyarakat AS juga terlihat pada tempat tinggal. 45 persen bocah kulit hitam yang berasal dari keluarga miskin, hidup di wilayah-wilayah kumuh atau Ghetto. Sebaliknya cuma 12 persen bocah kulit putih yang hidup dalam situasi serupa.
Foto: picture alliance / blickwinkel/Blinkcatcher
Dua Realita yang Berjauhan
Lebih dari 50% warga kulit hitam Amerika Serikat menyebut empat hal sebagai ladang diskriminasi, yakni perlakuan aparat kepolisian, pekerjaan, pengadilan dan sekolah. Sementara pada warga kulit putih jumlahnya kurang dari 30 persen. Secara keseluruhan penduduk Afro-Amerika meyakini adanya praktik diskriminasi berbau rasisme terhadap mereka, entah itu di restoran atau rumah sakit.
Foto: Getty Images
Euforia Berakhir
Sebanyak 35% Warga kulit putih menilai kondisi hidup mereka lebih baik ketimbang lima tahun lalu. Sementara pada warga Afro-Amerika, jumlahnya cuma berkisar 26 persen. Euforia sempat memuncak ketika Barack Obama terpilih sebagai presiden Amerika 2009 silam. Namun kini harapan akan perbaikan situasi warga kulit hitam tergerus oleh realita.