Amerika Serikat dan sekutunya melakukan setidaknya 50 kali serangan udara atas target-target Islamic State di Suriah, sementara Nusra Front yang terkait al-Qaeda juga ikut dihantam serangan.
Iklan
Rami Abdulrahman, dari Syrian Observatory for Human Rights, mengatakan paling tidak 20 militan Islamic State atau yang dikenal dengan singkatan ISIS tewas akibat serangan udara. Ia juga mengatakan sejumlah posisi Nusra Front di provinsi Idlib dan Aleppo juga ikut dihantam.
Pentagon sebelumnya mengatakan Amerika Serikat dan sekutunya sedang melakukan serangan udara pertama atas target-target ISIS di Suriah.
Pemerintah Damaskus mengaku telah diberitahu Washington mengenai serangan udara yang dimulai pada Selasa pagi.
“Kemarin (Senin), Amerika memberitahu perwakilan Suriah di PBB bahwa serangan akan dilakukan terhadap para teroris ISIS di Raqa,“ yang merupakan basis kuat kelompok tersebut, demikian pernyataan kementerian luar negeri yang dikutip oleh stasiun televisi milik pemerintah.
TV milik pemerintah itu melaporkan sejumlah serangan terjadi di provinsi Raqa, di lembah Eufrat sebelah timur laut ibukota.
Bukan Jumlah Anggota yang Jadikan IS Kuat
Melihat aksi Islamic State, banyak orang heran tentang bagaimana kelompok jihad kecil itu bisa merajalela.
Foto: picture alliance / AP Photo
Kekuatan IS kecil
Kelompok jihadi itu masih relatif merupakan kekuatan kecil dan kekuatannya tidak terletak dalam jumlah. Berikut alasan yang diidentifikasi oleh para ahli militer mengenai kenapa IS sukses.
Foto: Imago/Xinhua
Punya senjata baru
Islamic State menggunakan peralatan militer yang mereka rebut dari para musuh yang mereka taklukkan, termasuk tank-tank, Humvees, rudal dan berbagai senjata berat lainnya. Sejumlah perlengkapan, sebagian besar buatan Amerika, yang ditinggal kabur pasukan Irak yang melarikan diri ketika para jihadis meluncurkan serangan pertama mereka lebih dari dua bulan lalu, telah mengubah kemampuan IS.
Foto: picture alliance/AP Photo
Pengalaman Suriah
IS telah lama memiliki pijakan di Irak – yang bahkan menjadi tempat inkarnasi pertama kelahiran kelompok itu pada 2004 – namun apa yang membuat mereka kuat seperti hari ini adalah berkat pertempuran di negara tetangga Suriah. Mereka telah memerangi rezim Suriah dan kelompok pemberontak saingannya sejak 2011, kelihatan tidak takut mati dan mengadopsi taktik yang sangat agresif.
Foto: picture alliance/AP Photo
Memilih perang dengan cerdik
IS telah memilih perang dengan kecerdikan yang tajam, mefokuskan diri pada wilayah-wilayah Sunni di mana mereka bisa mendapatkan dukungan, infrastruktur-infrastruktur kunci atau tempat-tempat yang tidak dijaga dengan baik, serta pada saat bersamaan menghindari kekalahan yang tidak perlu untuk tetap memelihara momentum dan kesatuan di dalam organisasi.
Foto: Reuters
Propaganda efektif
IS menggunakan faktor ketakutan untuk menaklukkan seluruh kota tanpa perlawanan. Mereka menggunggah berbagai foto mengerikan orang-orang yang dipenggal dan dimutilasi, untuk merekrut dan meradikalisasi anak muda dan pada saat bersamaan membuat musuh ketakutan.
Foto: picture-alliance/dpa
Musuh yang lemah
Satu-satunya faktor tunggal terbesar yang membuat para jihadis itu kelihatan kuat adalah lemahnya para lawan mereka. “Angkatan bersenjata Kurdi relatif baik menurut standar Irak, tapi mereka betul-betul prajurit infantri yang “ringan”. Mereka yang berpengalaman memerangi Saddam Hussein telah pergi dan digantikan oleh orang-orang yang lebih muda,” kata Cordesman, mantan pejabat pertahanan AS.
Foto: Reuters
6 foto1 | 6
“Pesawat-pesawat tempur AS mulai melakukan serangan udara atas sejumlah posisi kelompok teroris Daesh di Raqa,“ demikian dilaporkan. tidak cuma pesawat tempur, AS juga mengirimkan "pesawat pembom dan rudal Tomhawk" yang ditembakkan dari kapal perang di Teluk Persia, kata Laksamana Muda John Kirby.
CNN mengabarkan, pesawat tempur yang dilibatkan adalah pesawat paling modern yang dimiliki militer AS, yakni F-22 Raptor.
Ini adalah untuk pertama kalinya Washington melancarkan serangan udara atas para jihadis di Suriah, setelah sebelumnya memulai perang udara atas ISIS di Irak pada 8 Agustus lalu.
Washington, yang mendukung kelompok oposisi dalam perang saudara tiga setengah tahun melawan pemerintahan presiden Bashar al-Assad, sebelumnya telah menolak kerjasama dalam bentuk apapun dengan rezim Damaskus, dalam menghadapi ISIS.
Media AS melaporkan bahwa lima sekutu mereka dari negara Arab telah bergabung dalam serangan – Bahrain, Yordania, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.