AS Pasok Senjata ke Arab Saudi
7 Juli 2011Ini adalah bisnis persenjataan terbesar AS. Tetapi bisnis berjumlah 68 milyar Dolar itu tidak menyebabkan protes apapun, baik dari pihak Barack Obama dan Partai Demokrat, maupun dari Partai Republik.
Mempersenjatai Diri
84 jet tempur paling modern tipe F 15 SA akan diserahkan AS dalam beberapa tahun mendatang ke Arab Saudi. Kongres telah menyetujui penjualan pesawat tempur tersebut. 70 pesawat tipe F15 lainnya, yang kini sudah dimiliki angkatan udara Arab Saudi, sekarang akan dilengkapi dengan roket tipe Hellfire. Kerajaan Arab Saudi juga menginginkan 190 helikopter tempur tipe Black Hawk, Apache dan Little Bird. Di samping itu juga 12.667 roket, 18.350 bom dan sejumlah besar alat penglihatan malam.
Hanya dalam satu hal Kongres AS ragu. Arab Saudi ingin mempersenjatai jet tempur F15 nya dengan 1.000 bom yang dikendalikan lewat satelit. Di seluruh kawasan Timur Tengah, hanya angkatan udara Israel yang memiliki persenjataan itu. Monopoli Israel itu tidak ingin diganggu oleh pemerintahan Obama. Selain itu, bagi parlemen AS dan Gedung Putih yang menjadi patokan adalah, pasokan senjata AS ke Arab Saudi menjamin pemasokan minyak bumi bagi Amerika.
Kepentingan Negara
Andrew Shapiro, pakar militer dalam pemerintahan Obama menyatakan dengan jelas kepentingan negaranya. "Kita melengkapi kemampuan Arab Saudi untuk menangkis dan membela perbatasannya dan infrastruktur minyaknya, yang sangat menentukan bagi kepentingan ekonomi kita," demikian Shapiro
Bagi AS yang penting adalah sekutu eratnya Israel menyetujui penjualan senjata dengan Arab Saudi itu. Setiap jet tempur dan roket yang dikirim ke pemerintah di Riyadh, baik bagi Israel maupun AS, dipandang sebagai ancaman kepada Iran. Juga sebagai pernyataan perang bagi rencana untuk memiliki senjata nuklir yang ditempuh Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad.
Pakar militer AS Shapiro menekankan, "Kita akan mengirimkan pesan kuat ke kawasan itu, bahwa kita bertekad untuk membantu penjagaan keamanan sekutu kunci kita di Teluk Iran dan Timur Tengah."
Persaingan Senjata
Tidak ada satupun yang lebih ditakuti AS di Timur Tengah selain persaingan persenjataan antara Arab Saudi dan Iran. Jika Iran memiliki senjata nuklir konsekuensinya akan dramatis. Demikian ancaman Pangeran Turki al Faisal, mantan Duta Besar Arab Saudi di Washington yang juga menjadi politisi berpengaruh di negaranya, dalam pertemuan rahasia dengan pakar militer AS.
Pemerintahan Obama jelas ingin mencegah agar Arab Saudi tidak menjadi negara bersenjata nuklir, karena negara itu dapat menggunakan minyaknya untuk membeli senjata nuklir dari Pakistan.
Dengan penjualan senjata berjumlah milyaran ke Arab Saudi, AS ingin memperoleh kembali kepercayaan dari mitranya itu. Tetapi Arab Saudi sudah tidak percaya lagi kepada AS, sejak pergolakan terjadi di negara-negara Arab, tidak peduli, berapapun jet tempur yang dikirimkan industri senjata AS ke Riyadh.
Ralph Sina / Marjory Linardy
Editor: Vidi Legowo