Pemerintah AS akan segera mengadili tiga tersangka yang diduga terlibat dalam pemboman di Indonesia pada 2002 dan 2003. Saat ini ketiganya masih mendekam di Teluk Guantanamo, Kuba.
Iklan
Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengumumkan rencana untuk menggelar persidangan terhadap tiga pria yang ditahan di Teluk Guantanamo. Ketiganya merupakan tersangka dalam tindak kejahatan pemboman di Indonesia tahun 2002 dan 2003 yang mengakibatkan banyak korban tewas.
"Tuduhan (kepada mereka) meliputi persekongkolan, pembunuhan, percobaan pembunuhan, dengan sengaja menyebabkan luka tubuh yang serius, terorisme, menyerang warga sipil, menyerang objek sipil, perusakan properti, dan aksesori setelah fakta, semuanya melanggar hukum perang," kata Pentagon dalam pernyataan Kamis (21/01).
Ketika Biden menjadi wakil presiden Barack Obama, mereka berusaha menutup penjara Guantanamo namun gagal. Sementara di pemerintahan Donald Trump, ia tidak menunjukkan "minat" pada Guantanamo termasuk tahanan di dalamnya, seperti tokoh Al Qaeda dan perencana serangan 9/11, Khalid Sheikh Mohammed.
Aksi bom Bali terjadi tahun 2002, menargetkan beberapa lokasi yang biasa didatangi turis dan menewaskan hingga 202 orang, yang mayoritas korban merupakan turis asing. Setahun kemudian, pemboman terjadi di Hotel J.W. Marriott Jakarta dan menewaskan 12 orang.
Menyibak Misteri Neraka Guantanamo
Meski kisah penyiksaan di penjara ini mendunia, belasan tahun lamanya penjara AS di Guantanamo masih menjadi misteri. Fotografer Reuters menyibak misteri kamp penjara kontroversial itu lewat foto-fotonya.
Foto: Reuters/L. Jackson
Tak Ada Pengunjung
Fotografer Reuter Lucas Jackson melakukan perjalanan ke pangkalan Amerika Serikat Camp Delta di Teluk Guantanamo, Kuba. Di sana ia diizinkan untuk memotret Camp VI. Foto menunjukkan ruang makan dan beberapa sel penjara.
Foto: Reuters/L. Jackson
Membunuh Waktu
Tahanan di Camp VI diperbolehkan menonton televisi. Penjara militer AS di Guantanamo dihujani kritik sejak dibuka pada tahun 2002, karena di sini orang-orang ditahan sewenang-wenang, tanpa surat perintah penahanan, surat dakwaan atau peluang diadili.
Foto: Reuters/L. Jackson
Ruang Hidup
Tempat tidur sederhana, toilet terbuka: Beginilah gambaran kamar tahanan di kamp Guantanamo. Tapi tak jelas apa semua tahanan hidup di ruangan seperti ini. Presiden AS, Barack Obama sudah berusaha sekian lama untuk menutup penjara kontroversial ini, tapi gagal.
Foto: Reuters/L. Jackson
Perpustakaan Penjara
Di sini para tahanan boleh membaca. Di perpustakaan terdapat buku-buku berbahasa Arab dan berbahasa Inggris. Perpustakaan ini di bawah pengawasan ketat. Tak jelas, sejauh mana perpustakaan ini digunakan, dan apakah para tahanan Guantanamo benar-benar boleh menikmati “kemewahan" ini.
Foto: Reuters/L. Jackson
Perawatan Medis
Bahkan di rumah sakit penjara, Jackson diizinkan untuk memotret. Hasil jepretannya misalnya rak yang dipenuhi dengan obat-obatan ini. Tidak Jelas, obat ini untuk tahanan atau untuk anggota militer.
Foto: Reuters/L. Jackson
Hidup Anonim di Guantanamo
Tahanan tidak boleh difoto di depan lensa secara terbuka. Gambar penghuni penjara ini, yang diambil Jackson dari luar jendela penjara, adalah pengecualian.
Foto: Reuters/L. Jackson
Di Bawah Pengawasan Ketat
Kondisi yang paling buruk - seperti kandang terbuka di bawah terik matahari di Camp X-Ray ini - tampaknya sudah ditiadakan. Tapi bahkan hingga kini para penghuni penjara hampir tidak memiliki ruang privat, karena pengawasan ketat dilakukan terus menerus.
Foto: Reuters/L. Jackson
Akan Dikemanakan?
Meskipun awalnya jumlah orang yang ditahan di pangkalan militer Guantanamo mencapai sekitar 800-an, saat ini jumlahnya berkurang di bawah seratus orang. Aktivis hak asasi manusia berharap agar penjara ini ditutup sesegera mungkin. Namun, belum jelas akan dipindahkan kemana para tahanan yang tersisa ini dan negara mana yang akan menerima mereka.
Foto: Reuters/L. Jackson
8 foto1 | 8
Persidangan yang tertunda
Ketiga tersangka pemboman di Bali dan Jakarta ditangkap di Thailand pada tahun 2003. Hingga saat ini mereka telah menghabiskan lebih dari 14 tahun di fasilitas penahanan militer AS di Teluk Guantanamo.
Mereka adalah Encep Nurjaman atau Hambali diduga bertindak sebagai pemimpin Jemaah Islamiyah, afiliasi utama Al Qaeda di Asia Tenggara. Warga negara Malaysia yang merupakan pembantu Hambali, Mohammed Nazir Bin Lep dan Mohammed Farik Bin Amin juga telah dituntut merencanakan dan membantu serangan tersebut.
Tidak diketahui jelas apa alasan penundaan persidangan terhadap ketiganya, tetapi proses militer di penjara yang dikelola angkatan laut tersebut kerap kali tertunda karena kesulitan logistik dan tantangan hukum lainnya.
Sebelumnya pada tahun 2016 jaksa menolak membebaskan Hambali dari Guantanamo karena dia masih merupakan "ancaman signifikan bagi keamanan Amerika Serikat."
Pada puncak "Perang Melawan Teror" Washington, penjara Guantanamo menahan sekitar 780 orang. Setelah didesak pemerintahan Obama, hanya 40 tahanan yang tersisa di Guantanamo.