AS Sumbangkan Lebih dari Setengah Persediaan Vaksinnya
4 Juni 2021
Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana negaranya untuk menyumbangkan tiga perempat dari vaksin yang tidak digunakan untuk negara-negara miskin.
Iklan
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan pada Kamis (03/06) bahwa AS akan menyumbangkan 75% vaksin virus corona yang tidak terpakai ke aliansi COVAX. AS akan membagikan 80 juta dosis vaksin secara global pada akhir Juni.
"Selama pandemi ini berkecamuk di seluruh dunia, rakyat Amerika akan tetap rentan," ungkap Biden dalam sebuah pernyataan. "Dan Amerika Serikat berkomitmen untuk membawa urgensi yang sama pada upaya vaksinasi internasional yang telah kami tunjukkan di dalam negeri."
Sementara sisa 25% dari dosis vaksin yang tidak digunakan akan disimpan untuk keadaan darurat dan untuk dibagikan AS dengan mitranya.
Iklan
Ke mana vaksin akan disumbangkan?
Washington meyampaikan akan tetap pada keputusan terkait ke mana vaksin akan dikirim.
"Kami tidak mencari konsesi, kami tidak memeras, kami tidak memaksakan kondisi seperti yang dilakukan negara lain yang menyediakan dosis, kami tidak melakukan hal-hal itu," ujar penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan.
"Ini adalah dosis yang diberikan, disumbangkan secara gratis dan jelas ke negara-negara ini, dengan satu tujuan untuk meningkatkan situasi kesehatan masyarakat dan membantu mengakhiri pandemi," tambahnya.
Dari 25 juta dosis pertama yang disumbangkan, sebanyak 19 juta akan diberikan ke COVAX, yang mana sekitar 6 juta untuk Amerika Selatan dan Tengah, 6 juta untuk Asia, dan 5 juta untuk Afrika.
Sisa 6 juta dosis akan dibagikan kepada antara lain Meksiko, Kanada, Korea Selatan, Tepi Barat dan Gaza, India, Ukraina, Kosovo, Haiti, Georgia, Mesir, Yordania, Irak, dan Yaman, serta untuk pekerja garis depan PBB.
Melalui cuitannya di Twitter, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador menyambut baik sumbangan 1 juta dosis vaksin Johnson & Johnson.
Kekuasaan produsen vaksin berkurang
Sebagai bagian dari rencana, Gedung Putih juga akan menghapus kuasa khusus Undang-Undang Produksi Pertahanan (DPA) untuk produsen vaksin tertentu yang menerima dana bantuan AS tetapi tidak disetujui untuk digunakan di AS, antara lain AstraZeneca, Sanofi SA/GlaxoSmithKline Plc, dan Novavax Inc.
Undang-undang DPA memungkinkan akses prioritas produsen vaksin AS ke persediaan dan peralatan. Penghapusan ini bisa membebaskan bahan baku bagi produsen vaksin di negara lain, khususnya Serum Institute of India (SII).
Vaksinasi COVID-19 Hingga ke Daerah Terpencil di Dunia
Tim medis menempuh perjalanan panjang dan sulit untuk memvaksinasi orang-orang di seluruh dunia. Pekerjaan itu membawa mereka melintasi pegunungan dan sungai, menaiki pesawat, perahu, bahkan juga berjalan kaki.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Mendaki gunung
Dibutuhkan fisik yang bugar bagi tenaga medis untuk memvaksinasi penduduk di daerah pegunungan di tenggara Turki. "Orang sering tinggal berdekatan dan infeksi bisa menyebar dengan cepat," kata Dr. Zeynep Eralp. Orang-orang di pegunungan tidak suka pergi ke rumah sakit, jadi "kita harus pergi ke mereka," tambahnya.
Foto: Bulent Kilic/AFP
Melintasi daerah bersalju
Banyak orang lanjut usia tidak dapat melakukan perjalanan ke pusat vaksinasi. Di Lembah Maira di Alpen Italia barat, dekat perbatasan dengan Prancis, dokter mendatangi rumah ke rumah untuk memberi suntikan COVID-19 kepada penduduk yang berusia lebih dari 80 tahun.
Foto: Marco Bertorello/AFP
Penerbangan ke daerah terpencil
Dengan membawa botol berisi beberapa dosis vaksin, perawat ini sedang dalam perjalanan ke Eagle, sebuah kota di Sungai Yukon di negara bagian Alaska, AS, daerah dengan penduduk kurang dari 100 orang. Masyarakat adat diprioritaskan dalam banyak program imunisasi.
Foto: Nathan Howard/REUTERS
Beberapa warga perlu diyakinkan
Setiap hari, Anselmo Tunubala keluar masuk pemukiman di pegunungan Kolombia barat daya untuk meyakinkan warga tentang pentingnya vaksinasi. Banyak warga meragukan vaksin dan cenderung mengandalkan pengobatan tradisional, serta bimbingan para pemuka agama.
Foto: Luis Robayo/AFP
Jalan kaki selama berjam-jam
Pria dan wanita dalam foto di atas berjalan hingga empat jam untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 di desa terpencil Nueva Colonia di Meksiko tengah. Mereka adalah penduduk asli Wixarika, atau lebih dikenal dengan nama Huichol.
Foto: Ulises Ruiz/AFP/Getty Images
Vaksinasi di sungai
Komunitas Nossa Senhora do Livramento di Rio Negro di Brasil hanya dapat dijangkau melalui sungai. "Cantik! Hampir tidak sakit," kata Olga Pimentel setelah disuntik vaksin. Dia tertawa dan berteriak "Viva o SUS!" - "panjang umur pelayanan kesehatan masyarakat Brasil!"
Foto: Michael Dantas/AFP
Hanya diterangi cahaya lilin
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menentang vaksinasi COVID-19. Namun, di sisi lain kampanye itu telah berjalan. Penduduk asli keturunan budak Afrika, termasuk di antara yang kelompok pertama yang divaksinasi. Raimunda Nonata yang tinggal di daerah tanpa listrik, disuntik vaksin dibantu penerangan cahaya lilin.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Rela mendayung jauh
Setelah vaksinasi, seorang wanita tua dan putrinya mendayung menjauhi Bwama, pulau terbesar di Danau Bunyonyi di Uganda. Pemerintah negara Afrika tengah sedang mencoba untuk memasok daerah terpencil dengan vaksin COVID-19.
Foto: Patrick Onen/AP Photo/picture alliance
Medan yang berat
Perjalanan lain melintasi perairan tanpa perahu. Dalam perjalanan menuju desa Jari di Zimbabwe, tim medis harus melewati jalan yang tergenang air. Menurut badan kesehatan Uni Afrika, CDC Afrika, kurang dari 1% populasi di Zimbabwe telah divaksinasi penuh.
Foto: Tafadzwa Ufumeli/Getty Images
Dari rumah ke rumah
Banyak orang di Jepang tinggal di desa terpencil, seperti di Kitaaiki. Warga yang tidak bisa ke kota, dengan senang hati menyambut dokter dan tim medis di rumah mereka untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19.
Foto: Kazuhiro Nogi/AFP
Barang yang sangat berharga
Indonesia meluncurkan kampanye vaksinasi pada Januari 2021. Di Banda Aceh, tim medis melakukan perjalanan menggunakan perahu ke pulau-pulau terpencil. Vaksin di dalam kotak pendingin merupakan barang yang sangat berharga sehingga perjalanan tim medis didampingi petugas keamanan.
Foto: Chaideer Mahyuddin/AFP
Tanpa masker dan tidak menjaga jarak
India menjadi negara terdampak parah pandemi COVID-19. Pada pertengahan Maret 2021, petugas medis mendatangi desa Bahakajari di Sungai Brahmaputra. Sekelompok wanita mendaftar untuk mendapatkan vaksin. Tidak ada yang memakai masker atau menjaga jarak aman. (ha/hp)
Foto: Anupam Nath/AP Photo/picture alliance
12 foto1 | 12
AS dituduh timbun vaksin
AS yang memiliki lebih dari cukup vaksin untuk menyuntik penduduknya, memicu munculnya tuduhan bahwa negeri Paman Sam ini telah berperan dalam ketidakadilan kontribusi vaksin. AS pun menghadapi tekanan agar membagikan persediaan vaksinnya.
Lebih dari 63% orang dewasa Amerika telah menerima setidaknya satu dosis vaksin virus corona, dan permintaan domestik dilaporkan mulai menurun.
Kebijakan terbaru AS ini pun akan sangat memperluas operasi COVAX, yang telah mengirimkan hampir 80 juta dosis vaksin ke 127 negara.
COVAX didirikan bersama oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dengan tujuan mengamankan cukup vaksin untuk 30% populasi di 92 negara anggota termiskin.