1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAmerika Serikat

AS sebut Tidak Ada 'Operasi Darat Besar-besaran' di Rafah

29 Mei 2024

Gedung Putih mengatakan AS tidak melihat Israel “melakukan operasi besar-besaran di Rafah”, di tengah protes internasional dan intensifnya pengeboman di kota Gaza selatan.

Warga Palestina melarikan diri dari kota Rafah, Gaza selatan
Warga Palestina melarikan diri dari kota Rafah, Gaza selatan, akibat serangan darat dan udara Israel di kota tersebut pada Selasa (28/5)Foto: Abdel Kareem Hana/AP Photo/picture alliance

Gedung Putih mengatakan Israel belum mencapai tahap "operasi darat besar-besaran” di Rafah yang akan mendorong perubahan kebijakan Amerika Serikat (AS).

"Kami belum melihat mereka masuk dengan kekuatan besar ke Rafah,” kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby, mengacu pada pasukan Israel.

"Kami belum melihat mereka masuk dengan unit besar, pasukan dalam jumlah besar dalam kolom dan formasi semacam manuver terkoordinasi terhadap berbagai sasaran di lapangan,” katanya.

"Itu adalah operasi darat yang besar. Kami belum melihatnya."

Kirby menegaskan, pasukan Israel tidak aktif di Rafah, melainkan di sepanjang koridor di luar perbatasan kota.

"Tank-tank bergerak di sepanjang koridor, dan ini telah mereka sampaikan kepada kami sebelumnya, bahwa mereka akan menggunakannya di pinggiran kota untuk mencoba menekan Hamas,” katanya.

Pernyataannya muncul di tengah laporan bahwa pasukan Israel terlihat di pusat Rafah. 

Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan Israel agar tidak melancarkan serangan besar-besaran di kota Rafah di Jalur Gaza selatan, dengan mengatakan Washington dapat menghentikan pengiriman senjata jika Israel melakukannya tanpa rencana yang kredibel untuk melindungi warga sipil.

Pada Minggu (26/05), serangan udara Israel menghantam tenda-tenda yang menampung pengungsi di pinggiran Rafah, menewaskan sedikitnya 45 orang, menurut pihak berwenang di Gaza. Serangan itu memicu kecaman internasional.

UNWRA: 'Pengeboman semakin intensif' setelah serangan mematikan di Rafah

Sam Cook, direktur perencanaan di badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNWRA mengatakan, kota Rafah di Gaza selatan mengalami pengeboman hebat setelah serangan mematikan Israel pada Minggu (26/05).

"Kami memperkirakan situasinya buruk… ketika terjadi insiden mengerikan yang melibatkan serangan terhadap kamp tenda di Rafah. Namun, selama 24 jam terakhir, pengeboman terus berlanjut [dan] meningkat,” katanya.

Otoritas kesehatan di wilayah Palestina yang dikuasai Hamas mengatakan, serangan pada Minggu menewaskan sedikitnya 45 orang. Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki "kesalahan tragis" tersebut.

Pada Selasa (28/05), militer Israel membantah menyerang kamp tenda lainnya, di sebelah barat Rafah, setelah otoritas kesehatan Gaza mengatakan penembakan tank Israel telah menewaskan sedikitnya 21 orang di sana.

"Dan kami memahami dari staf kami dan orang-orang lain di lapangan bahwa, memang benar, pasukan Israel telah bergerak lebih jauh ke pusat Rafah. Saya sendiri belum melihat mereka, tetapi dari laporan-laporan yang kami dengar,” kata Cook.

"Apa yang dapat saya sampaikan kepada Anda, tanpa ragu lagi, adalah bahwa pengeboman telah meningkat di daerah-daerah di sebelah barat Rafah, termasuk di pantai tempat saya berada sekarang.”

Israel Perintahkan Warga Rafah untuk Evakuasi

00:40

This browser does not support the video element.

Aljazair akan ajukan resolusi untuk mengakhiri 'pembunuhan' di Rafah

Aljazair akan menyampaikan rancangan resolusi PBB untuk menghentikan pertempuran di Rafah di jalur Gaza selatan, menurut duta besar negara Afrika Utara untuk PBB.

"Ini akan menjadi sebuah teks singkat, sebuah teks yang menentukan, untuk menghentikan pembunuhan di Rafah,” kata Duta Besar Amar Bendjama kepada wartawan setelah pertemuan darurat Dewan Keamanan mengenai situasi di Gaza.

Aljazair meminta sidang tersebut setelah serangan Israel menghantam daerah dekat kota Rafah di mana para pengungsi berlindung di tenda-tenda.

Usulan Dewan Keamanan menyerukan 'penghentian segera' serangan Rafah

Rancangan resolusi yang diajukan Aljazair kepada Dewan Keamanan PBB menyerukan "gencatan senjata segera” di Jalur Gaza, lapor sejumlah kantor berita.

Rancangan resolusi tersebut "memutuskan bahwa Israel, kekuatan pendudukan, harus segera menghentikan serangan militernya, dan tindakan lainnya di Rafah,” menurut dokumen yang beredar.

Teks tersebut "menuntut gencatan senjata segera yang dihormati oleh semua pihak, dan juga menuntut pembebasan segera terhadap semua sandera dan tanpa syarat.”

Utusan Cina untuk PBB, Fu Cong, menyatakan harapannya agar dapat dilakukan pemungutan suara terhadap resolusi tersebut pada minggu ini. "Kami berharap hal ini bisa dilakukan secepatnya karena kehidupan berada dalam keseimbangan,” kata Fu.

Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield mengatakan: "Kami menunggu untuk melihatnya dan kemudian kami akan bereaksi."

Para diplomat mengatakan, beberapa anggota dewan berencana mengadakan pemungutan suara paling cepat pada Rabu.

Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera dan pembebasan tanpa syarat semua sandera pada akhir Maret dalam sebuah resolusi yang mendapat 14 suara mendukung dan AS abstain. Washington telah memveto upaya resolusi gencatan senjata sebelumnya.

rs/pkp/as (AFP, AP, Reuters, dpa, EFE)