AS Tolak Visa Menlu Iran Untuk Hadir di Pertemuan PBB
7 Januari 2020
Tensi antara AS dan Iran semakin meningkat. Menteri Luar Negeri Iran sebut bahwa AS telah menolak visa yang diajukan untuk menghadiri pertemuan di PBB. Otoritas AS masih belum memberikan komentar terkait hal ini.
Iklan
Menteri Luar Negeri Iran Mohammed Javad Zarif mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) telah menolak visa yang ia ajukan untuk menghadiri pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa di New York, AS.
"Mereka takut jika seseorang datang ke AS dan mengungkap yang sebenarnya terjadi," ujar Zarif di ibu kota Iran, Teheran.
Departemen Luar Negeri AS belum memberikan komentar terkait masalah visa untuk Zarif. AS sebagai tuan rumah markas besar PBB seharusnya mengizinkan pejabat luar negeri untuk menghadiri pertemuan semacam ini.
Pertemuan Dewan Keamanan PBB yang dijadwalkan pada Kamis (09/01) seharusnya akan menjadi kesempatan pertama bagi Zarif untuk menyampaikan kepada komunitas internasional ihwal serangan udara AS yang menewaskan komandan militer tertingginya, Qasem Soleimani.
Utusan Iran untuk PBB, Majid Takht Ravanchi, telah mendesak Dewan Keamanan untuk mengutuk dan mengambil langkah-langkah perihal tindakan sepihak oleh AS.
Pembunuhan Soleimani adalah “contoh nyata terorisme negara dan, sebagai perbuatan kriminal, merupakan pelanggaran berat terhadap prinsip-prinsip dasar hukum internasional, termasuk secara khusus…Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,” katanya.
Sebelumnya, media media AS melaporkan bahwa AS telah menolak permohonan visa Menlu Iran untuk menghadiri pertemuan Dewan Keamanan PBB yang akan digelar pekan ini.
Berita penolakan visa Zarif itu muncul tidak lama setelah Pentagon pada Senin (06/01) mengambil jarak dari rencana Presiden AS Donald Trump yang mengatakan bahwa pasukan AS akan melancarkan serangan terhadap situs budaya Iran, meskipun ada larangan internasional.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan bahwa AS akan “mengikuti hukum konflik bersenjata” jika ada keterlibatan militer dengan Iran.
Pengamat secara luas percaya bahwa AS dan Iran telah berada di ujung tanduk terjadinya konfrontasi militer menyusul terbunuhnya Soleimani.
Para pejabat Iran juga sebelumnya telah bersumpah akan melakukan pembalasan, meskipun belum jelas seperti apa bentuk pembalasan tersebut.
Menanggapi pernyataan Trump pada Senin, Presiden Iran Hassan Rouhani memperingatkan melalui Twitter: “Jangan pernah ancam negara Iran.”
Rouhani juga merujuk pada penembakan maskapai penerbangan Iran oleh kapal perang AS pada 1988 yang menewaskan 290 orang.
Negara-negara Eropa termasuk Jerman menyerukan deeskalasi. Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas telah mendesak “semua pihak untuk menahan diri dan bertanggung jawab secara penuh.”
gtp/ae (AP, Reuters)
Pesan Damai dari Seluruh Dunia
Di tengah meningkatnya ketegangan global, beberapa perwakilan dari berbagai agama dan kepercayaan di seluruh dunia menyebarkan pesan perdamaian.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Kiran Kaur, Sikh, Inggris
“Pengampunan atau pemaafan mengarah pada rekonsiliasi. Rekonsiliasi mengarah pada perdamaian.”
Foto: DW/A. Purwaningsih
Raoni Metuktire, Ancestrais dari Kayapo Amazon, Brasil
“Untuk menghindari konflik, manusia harus berteman satu sama lain. Manusia tidak bisa menjadi musuh satu sama lain. Tuhan menciptakan gunung untuk setiap orang. Tuhan memikirkan semua hal baik untuk anak-anak-Nya, kita juga harus memikirkan hal-hal baik tentang satu sama lain."
Foto: DW/A. Purwaningsih
Paskarakurukkal, Hindu, Jerman
“Perdamaian sangat penting bagi semua orang di dunia. Kedamaian adalah keinginan setiap orang. Jika setiap orang berpikir tentang perdamaian, maka langkah demi langkah seluruh dunia akan membawa kedamaian."
Foto: DW/A. Purwaningsih
Alhaj Ishaq Kunle, Islam, Nigeria
“Saya ingin mengajak orang-orang beragama di dunia untuk menghindari ucapan kebencian, yang biasanya menjadi bola salju menuju krisis dan bahkan dapat menyebabkan perang. Sebaliknya, mereka harus mengkhotbahkan perdamaian dan hidup berdampingan secara damai setiap saat.”
Foto: DW/A. Purwaningsih
Haile Fudu, Baha'i, Afrika Selatan
"Perdamaian tidak hanya mungkin, tetapi dapat dihindari- Ini adalah tahap selanjutnya dalam evolusi planet ini. Bumi hanyalah ‘satu negara’ dan umat manusia adalah warga negaranya. Terserah kita untuk menentukan berapa lama untuk mencapai perdamaian. Dengan upaya kolektif dan komitmen terhadap nilai-nilai spiritual, kita dapat mempercepat proses kritis ini.”
Foto: DW/A. Purwaningsih
Rf.Rev's Jaques Boston, Anglikan, Guinea-Conakry
“Jika tdak ada kedamaian, maka tidak ada perkembangan. Jika tidak ada perkembangan, tidak ada manusia."
Foto: DW/A. Purwaningsih
Imam Essan Secundar, Islam, Belgia
“Damai berarti mencintai, menghormati, dan menerima perbedaan-perbedaan kita. Mari mengesampingkan perbedaan-perbedaan ini dan lebih menonjolkan kesamaan kita.”
Foto: DW/A. Purwaningsih
Kishor Thakrar, Hindu, Tanzania
"Kita harus saling memahami dan tetap bersama dalam damai untuk kemajuan masyarakat pada umumnya.”
Foto: DW/A. Purwaningsih
Mohamad Saiful, Islam, Singapura
"Kedamaian seharusnya tidak menjadi kemewahan, tetapi kenyataan bagi semua orang, hidup saat ini dan di masa depan."
Foto: DW/A. Purwaningsih
Rabi Marcelo Bater, Yahudi, Argentina
"Kerja sama dan dialog di antara orang-orang adalah satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian."
Foto: DW/A. Purwaningsih
Ayatollah Ahmad Moballeghi, Syiah, Iran
"Allah menyebutkan dalam Kitab Suci atau Al-Qur'an bahwa perdamaian itu benar-benar baik."
Foto: DW/A. Purwaningsih
Kosho Niwano, Buddha, Jepang
“Dunia kita kaya karena keberagaman. Kita harus membagikan kekayaan kita melalui keberagaman. Begitulah cara kita membangun perdamaian di dunia.”
Foto: DW/A. Purwaningsih
Antonysamy Thomai, Katolik, India
“Damai adalah suatu kerinduan bagi setiap manusia, yang dapat memberikan keamanan dan dapat membuat hidup menjadi bermakna. Begitulah cara kita membangun dunia yang damai.”
Foto: DW/A. Purwaningsih
Grand-Father Dominique Rankin, Algonquin, Kanada
"Kedamaian adalah sesuatu yang harus kamu kerjakan sebelumnya di dalam dirimu. Kenali siapa diri Anda, bicaralah pada diri sendiri terlebih dahulu jika Anda membutuhkan kedamaian dan kemudian Anda dapat membantu orang lain untuk membangun perdamaian. Kami menyebutnya untuk menemukan cinta."