Junta militer Myanmar menyatakan tidak keberatan atas usulan gencatan senjata yang diajukan utusan ASEAN demi keamanan dan pengamanan pengiriman bantuan kemanusiaan bagi rakyat Myanmar.
Iklan
Junta militer Myanmar menyepakati seruan Association of Seoutheast Asian Nations (ASEAN) untuk melakukan gencatan senjata hingga akhir tahun, guna memastikan distribusi bantuan kemanusiaan dapat berlangsung.
Usulan gencatan senjata itu sebelumnya disampaikan utusan ASEAN, Eryawan Yusof, kepada Menteri Luar Negeri Myanmar Wunna Maung Lwin melalui sambungan video dan segera disepakati pihak junta militer.
Iklan
Bukan gencatan senjata politis
"Ini bukan gencatan senjata politis. Ini adalah gencatan senjata untuk memastikan keamanan, (dan) pengamanan pekerja kemanusiaan,” sebut Eryawan dalam laporan Minggu (5/9), merujuk pada upaya penyaluran bantuan kemanusiaan dengan aman.
"Mereka tidak keberatan dengan apa yang saya katakan terkait gencatan senjata itu,” ujarnya.
Eryawan juga meneruskan usulan tersebut secara tidak langsung kepada pihak oposisi yang menentang kepemimpinan junta militer Myanmar.
Menurut Eryawan, ASEAN dan sejumlah pihak lainnya telah berkomitmen menyalurkan bantuan kemanusiaan sebesar 8 juta dolar AS untuk Myanmar.
"Apa yang yang kami serukan saat ini adalah ... agar semua pihak menghentikan kekerasan, terutama jika berkaitan dengan penyaluran bantuan kemanusiaan,” terang Eryawan.
Komitmen ASEAN untuk Myanmar
Setelah kudeta yang menewaskan ratusan orang di bulan Februari lalu, ASEAN melalui utusannya terus berupaya mengakhiri situasi kekerasan di Myanmar dan membuka dialog antara junta militer dengan pihak oposisi.
Melalui wawancara yang dilakukan Reuters kepada utusan ASEAN untuk Myanmar Eryawan Yusof hari Sabtu (4/9), disebutkan bahwa Eryawan masih bernegosiasi dengan junta militer terkait persyaratan kunjungannya.
"Saya harus bisa mendapat gambaran jelas tentang apa yang harus saya lakukan, apa yang boleh saya lakukan ketika saya datang berkunjung,” ujar Eryawan.
Persyaratan tersebut diharapkan bisa disepakati sebelum akhir bulan Oktober, ketika para pemimpin ASEAN dijadwalkan bertemu.
"Ada keharusan untuk bisa datang ke Myanmar secepatnya. Tapi saya pikir, saya perlu mendapat kepastian sebelumnya,” imbuhnya.
Ingin bertemu Aung San Suu Kyi
Eryawan juga berharap mendapatkan izin untuk bertemu pemimpin Myanmar yang digulingkan oleh junta militer, Aung San Suu Kyi.
Perizinan itu disebut Eryawan telah diajukan kepada Dewan Tata Usaha Negara Myanmar yang diketuai langsung oleh pemimpin junta militer Min Aung Hlaing.
Namun demikian, pertemuan utusan ASEAN dengan Suu Kyi tidak termasuk dalam lima poin konsensus yang disepakati Myanmar dengan ASEAN April lalu. Tetapi salah satu poin konsensus tersebut mencakup hal mengakhiri kekerasan dan memulai pembicaraan damai dengan semua pihak.
"Saya sudah sampaikan kepada pemerintah Myanmar bahwa saya perlu berbicara dengan semua pihak terkait dan hal tersebut masih dalam tahap negosiasi,” jelas Eryawan.
th/hp (Reuters)
Potret Aksi Protes Nasional Menentang Kudeta Militer di Myanmar
Warga Myanmar melakukan protes nasional menentang kudeta militer. Berbagai kalangan mulai dari dokter, guru, dan buruh menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan pemulihan demokrasi Myanmar.
Foto: AFP/Getty Images
Dokter dan perawat di garda depan
Kurang dari 24 jam setelah kudeta militer, para dokter dan perawat dari berbagai rumah sakit mengumumkan bahwa mereka melakukan mogok kerja. Mereka juga mengajak warga lainnya untuk bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil.
Foto: REUTERS
Koalisi protes dari berbagai kalangan
Sejak ajakan pembangkangan sipil tersebut, para pelajar, guru, buruh dan banyak kelompok sosial lainnya bergabung dalam gelombang protes. Para demonstran menyerukan dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Berikan kekuatan kembali kepada rakyat!" atau "Tujuan kami adalah mendapatkan demokrasi!"
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
Para biksu mendukung gerakan protes
Para Biksu juga turut dalam barisan para demonstran. "Sangha", komunitas monastik di Myanmar selalu memainkan peran penting di negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha ini.
Foto: AP Photo/picture alliance
Protes nasional
Demonstrasi berlangsung tidak hanya di pusat kota besar, seperti Yangon dan Mandalay, tetapi orang-orang juga turun ke jalan di daerah etnis minoritas, seperti di Negara Bagian Shan (terlihat di foto).
Foto: AFP/Getty Images
Simbol tiga jari
Para demonstran melambangkan simbol tiga jari sebagai bentuk perlawanan terhadap kudeta militer. Simbol yang diadopsi dari film Hollywood "The Hunger Games" ini juga dilakukan oleh para demonstran di Thailand untuk melawan monarki.
Foto: REUTERS
Dukungan dari balkon
Bagi warga yang tidak turun ke jalan untuk berunjuk rasa, mereka turut menyuarakan dukungan dari balkon-balkon rumah mereka dan menyediakan makanan dan air.
Foto: REUTERS
Menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi
Para demonstran menuntut dikembalikannya pemerintahan demokratis dan pembebasan Aung San Suu Kyi serta politisi tingkat tinggi lain dari partai yang memerintah Myanmar secara de facto, yakni Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Militer menangkap Aung San Suu Kyi dan anggota NLD lainnya pada hari Senin 1 Februari 2021.
Foto: Reuters
Dukungan untuk pemerintahan militer
Pendukung pemerintah militer dan partai para jenderal USDP (Partai Solidaritas dan Pembangunan Persatuan), juga mengadakan beberapa demonstrasi terisolasi di seluruh negeri.
Foto: Thet Aung/AFP/Getty Images
Memori Kudeta 1988
Kudeta tahun 1988 selalu teringat jelas di benak warga selama protes saat ini. Kala itu, suasana menjadi kacau dan tidak tertib saat militer diminta menangani kondisi di tengah protes anti-pemerintah. Ribuan orang tewas, puluhan ribu orang ditangkap, dan banyak mahasiswa dan aktivis mengungsi ke luar negeri.
Foto: ullstein bild-Heritage Images/Alain Evrard
Meriam air di Naypyitaw
Naypyitaw, ibu kota Myanmar di pusat terpencil negara itu, dibangun khusus oleh militer dan diresmikan pada tahun 2005. Pasukan keamanan di kota ini telah mengerahkan meriam air untuk melawan para demonstran.
Foto: Social Media via Reuters
Ketegangan semakin meningkat
Kekerasan meningkat di beberapa wilayah, salah satunya di Myawaddy, sebuah kota di Negara Bagian Kayin selatan. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet.
Foto: Reuters TV
Bunga untuk pasukan keamanan
Militer mengumumkan bahwa penentangan terhadap junta militer adalah tindakan melanggar hukum dan ''pembuat onar harus disingkirkan''. Ancaman militer itu ditanggapi dengan bentuk perlawanan dari para demonstran, tetapi juga dengan cara yang lembut seperti memberi bunga kepada petugas polisi. Penulis: Rodion Ebbighausen (pkp/ gtp)