Korban pasal penistaan agama di Pakistan, Asia Bibi, resmi bebas setelah Mahkamah Agung menolak kasasi yang diajukan pemerintah. Kini perempuan beragama Kristen yang sempat divonis mati itu akan mengungsi dari negaranya
Iklan
Mahkamah Agung Pakistan "menolak permohonan kasasi" terkait kasus penistaan agama terhadap Asia Bibi lantaran dinilai cacat hukum. Putusan tersebut sekaligus mengakhiri kasus yang telah berlangsung selama hampir satu dekade tersebut. Kini Asia Bibi bebas untuk menentukan nasibnya.
Perempuan Kristen itu divonis mati atas dugaan penistaan agama pada 2010 silam. Buntutnya kaum konservatif berdemonstrasi mendesak agar eksekusi mati dipercepat. Pemerintah Pakistan lalu mencekal Asia agar tidak pergi ke luar negeri. Namun vonis mati terhadap korban dibatalkan oleh Mahkamah Agung Pakistan pada Oktober tahun lalu.
Kasus penistaan agama mendekap Pakistan dalam pertarungan politik antara kaum moderat dan konservatif. Ulama garis keras Khadim Rivzi dari Partai Tehreek-e Labbaik Pakistan (TLP) misalnya mendesak agar hakim MA dipecat dan eksekusi mati terhadap Asia tetap dilaksanakan. Sebagai buntutnya aksi demonstrasi kaum konservatif berubah menjadi bentrokan berdarah dengan aparat keamanan.
Kisruh di Pakistan baru mereda setelah pemerintah membuat kesepakatan dengan TLP yang antara lain mewajibkan pemerintah mengajukan kasasi atas putusan Mahkamah Agung.
Arus berbalik arah ketika Imran Khan memenangkan pemilu dan menjabat perdana menteri Pakistan. Sejak itu pemerintah menangkap 3.000 simpatisan dan fungsionaris TLP, termasuk Khadim Rizvi, atas dugaan memicu kerusuhan. Islamabad juga mengirimkan ribuan aparat keamanan untuk menghalau aksi demonstrasi terkait Asia Bibi ke seluruh negeri.
Aksi protes lanjutan, demikian kata Menteri Informasi di Punjab, Fayyaz Chohan, tidak akan dibiarkan terjadi.
Penolakan kasasi oleh Mahkamah Agung Pakistan memungkinan Asia mengungsi dari Pakistan. Di sana nyawanya diyakini terancam. Saat ini Asia Bibi hidup bersama orangtuanya di sebuah tempat yang dirahasiakan di Pakistan. Dia dipastikan bakal mencari suaka ke luar negeri, kemungkinan besar Kanada, di mana putrinya sudah menetap.
rzn/hp (rtr,ap)
Menikmati Kesenian Feminin dari Pakistan
Shehzil Malik ingin mendorong perombakan dalam masyarakat patriarkal Pakistan. Karya-karyanya mencerminkan analisa tajam, provokatif dan eksplosif.
Foto: Shehzil Malik
Perempuan di Mata Publik I
Bagaimana seorang perempuan menghadapi hidup? Menurut Shehzil Malik, untuk pertanyaan ini tidak ada jawaban. Setelah ia beberapa kali mengalami pelecehan seksual di sebuah tempat parkir umum, ia membuat lukisan ini untuk mengolah pengalamannya. "Sebagai perempuan, orang tidak bisa begitu saja menjelaskan secara rasional dan melupakan, apa yang terjadi di luar", demikian dikatakan Malik.
Foto: Shehzil Malik
Perempuan di Mata Publik II
Malik merasa kenyataan bahwa perempuan tidak punya hak-hak sama, terutama di Pakistan, tidak adil. "Kita hanya hidup sekali saja, itu terlalu singkat." Dan dunia terlalu indah, untuk tidak dinikmati, demikian pendapatnya. "Saya ingin menikmati hari-hari di luar, di bawah matahari."
Foto: Shehzil Malik
Coklat Yang Cantik
Banyak perempuan Pakistan menganggap warna kulit yang gelap tidak cantik. Ketika remaja, Shehzil menderita akibat tidak percaya diri, karena membandingkan diri dengan orang lain yang berkulit terang. Ia menggunakan krem kulit yang mengandung zat berbahaya. Baru ketika di universitas dan bertemu perempuan dari banyak negara, ia sadar, kecantikan tidak tergantung warna kulit.
Foto: Shehzil Malik
Wonder Woman
Karya seni yang menampilkan gambaran siapa kita, atau seperti apa kita ingin berkembang, mengubah cara pandang kita atas diri sendiri. Malik berpendapat, ia kemungkinan sudah memahami potensinya sejak dulu, jika punya panutan perempuan berkulit gelap. "Jika orang tidak punya jagoan perempuan berkulit gelap, bagaimana orang tahu bahwa ada perempuan seperti itu?"
Foto: Shehzil Malik
Pengendara Sepeda Motor Berjilbab
Sumber inspirasi bagi lukisan ini adalah seorang perempuan tetangganya, yang baru belajar mengendarai sepeda motor. Gambar ini ia perbesar hingga berukuran 3,5 meter dan ditempatkan pada sebuah tembok di Lahore. "Saya ingin tahu reaksi orang. Tapi baru sehari lewat, gambar itu sudah hilang", kata Malik. "Itu menyulut pertanyaan baru tentang gambaran perempuan dan seni jalanan di Pakistan."
Foto: Shehzil Malik
Perempuan Penggemar Buku
Ini salah satu karya kesayangan Malik. Ini gambaran adik perempuannya, yang baginya jadi sumber ilmu pengetahuan, inspirasi dan sikap bersahabat. "Karya ini saya peruntukkan bagi perempuan yang gemar membaca dan memperdalam diri dalam ilmu pengetahuan, dan mengajar kita untuk jadi lebih baik."
Foto: Shehzil Malik
Wadah Proyeksi Pandangan Politik
"Walaupun tidak perlu, tubuh kami jadi pernyataan politik", keluh Malik. Karya ini dibuatnya, setelah di Perancis ditetapkan larangan mengenakan Burkini. "Jika saya menatap teman saya, yang mengenakan hijab, saya melihat seorang perempuan yang percaya diri, dan sepenuhnya menyadari keputusannya, tetapi menerima pandangan saya, yang bertentangan, dengan sikap terbuka."
Foto: Shehzil Malik
Step Out!
Setelah menyelesaikan gambar-gambarnya tentang perempuan di mata publik, ia memulai proyek berjudul "Step Out!" (melangkah ke luar). Isinya lukisan dan foto perempuan yang menunjukkan kepercayaan diri di kota tempat tinggalnya. Untuk foto ini, berpose model asal Pakistan Eman Suleman. Penulis: Farhad Mirza (ml/hp)