Wakil negara-negara Asia Tenggara bertemu di Jakarta membahas masalah kabut asap yang menutupi kawasan itu setiap tahun. Kebakaran hutan di Indonesia mengakibatkan kabut asap yang mengganggu lalu lintas dan kesehatan.
Iklan
Para Menteri Lingkungan dari Indonesia, Singapura, Thailand, Brunei dan Singapura bertemu di Jakarta untuk membahas soal kabut asap dari kebakaran yang setiap tahun menjadi masalah bagi kawasan itu.
Sebagian besar kabut asap yang sering menyelimuti Asia Tenggara berasal dari pembakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan. Pembakaran hutan sering dilakukan untuk membuka lahan baru yang akan digunakan sebagai lahan perkebunan.
Sejak kebakaran hutan dan kabut asap yang parah tahun 2013 di Asia Tenggara, negara-negara di kawasan itu membuat kelompok konsultasi untuk meningkatkan efektivitas penanganannya.
Belum banyak kemajuan
Tapi, upaya ASEAN yang beranggotakan 10 negara itu belum berhasil menangani masalah kabut asap. Inisiatif Singapura yang menuntut sistem pemantauan dan pengawasan kabut asap baru membuat sedikit kemajuan.
Kebakaran Hutan di Sumatra 2014
Sumatra dan Kalimantan kembali dilanda kebakaran hutan. Kabut asap tebal dari kawasan kebakaran setiap tahun membahayakan penduduk dan melumpuhkan lalu lintas darat dan penerbangan. Situasi sangat parah pada 2013/2014.
Foto: NASA/Goddard, Lynn Jenner
Asap Tebal Kepung Sumatra
Citra satelit NASA akhir Februari menunjukkan besarnya kebakaran hutan di Sumatra. Di Riau saja terlacak 330 titik api. Pesawat pemadam kebakaran terhambat aktifitasnya akibat jarak pandang amat buruk.
Foto: NASA/Goddard, Lynn Jenner
Langganan Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah fenomena lazim saat musim kemarau melanda Indonesia. Tapi kebakaran terbaru di Sumatra, diduga dilakukan sengaja oleh para pembakar hutan yang dibayar oleh pengusaha perkebunan besar kelapa sawit, dengan tujuan membuka lahan hutan.
Foto: picture-alliance/dpa
Warga Kenakan Masker Asap
Warga di sekitar lokasi kebakaran hutan, bahkan di kota besar yang cukup jauh dari titik api, terpaksa memakai masker karena gangguan asap makin hebat. Diperkirakan hingga 50.000 orang mengidap penyakit saluran pernafasan akut. Juga penerbangan terganggu akibat asap tebal.
Foto: Getty Images
Komoditas Menguntungkan
Kelapa sawit diolah untuk menghasilkan minyak sawit. Komoditas ini amat diminati industri karena multi fungsi dan harganya murah. Minyak sawit adalah bahan dasar pembuat margarine, sabun, shampo, biskuit, kue dan kosmetika. Juga digunakan sebagai bahan bakar ekologis bagi mobil-mobil terbaru berlabel hijau.
Foto: picture alliance/dpa
Hutan Tropis Terus Dibabat
Hutan tropis di Sumatra yang kaya keragaman hayati dengan 10.000 jenis tanaman, menciut dengan cepat akibat pembalakan hutan dalam beberapa dekade terakhir. Kepentingan ekonomi dengan bisnis kayu dan aksi pembukaan lahan besar-besaran untuk perkebunan besar, berbenturan dengan aksi pelestarian biodiversitas.
Foto: Getty Images
Habitat Harimau Rusak
Akibat pembalakan hutan besar-besaran, habitat khas untuk harimau Sumatra juga makin sempit dan binatang unik itu makin terancam kemusnahan. Jika laju pembabatan hutan tetap seperti saat ini, dalam waktu cepat harimau Sumatra juga akan punah.
Foto: picture-alliance/dpa
Gajah Terancam Musnah
Gajah Sumatra secara resmi sudah dilindungi oleh aturan pemerintah. Tapi organisasi lingkungan WWF melaporkan, dalam 30 tahun terakhir, populasinya juga terus menciut, dan ditaksir hanya tinggal 2.500 ekor. Penyebabnya: habitat gajah yang juga terus mengecil seiring makin maraknya pembalakan hutan.
Foto: WWF-Indonesien/picture alliance/dpa
Orang Utan Masih Aman
Kebakaran hutan terbaru di Sumatra, menurut WWF sejauh ini belum mengancam habitat orang utan. Pasalnya, kawasan hunian primata ini relatif jauh dari lokasi titik api aktual. Tapi jika tidak dilakukan langkah pencegahan, hanya tinggal masalah waktu, habitat orang utan juga akan terancam, dan monyet besar ini pelan-pelan musnah akibat aktivitas manusia.
Foto: picture alliance/dpa
8 foto1 | 8
Sistem yang diusulkan Singapura akan menggunakan data satelit dan peta konsesi hutan untuk mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang bertanggung jawab atas kebakaran hutan. Data-data ini juga akan digunakan dalam pengusutan yang menuntut mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan.
Tapi Indonesia dan Malaysia, dua negara penghasil minyak sawit terbesar dunia, masih enggan memberi akses kepada peta konsesi hutan di daerahnya, karena ini berkaitan dengan bisnis besar.
Singapura: Semuanya sangat lamban
Dalam pertemuan dua hari di Jakarta, belum terlihat adanya kemajuan. Menteri Lingkungan Singapura Vivian Balakrishnan mengeluh, semuanya bergerak "sangat lamban" meskipun ada banyak pertemuan.
"Biaya bagi manusia, biaya sosial dan ekonomi dari kabut asap di kawasan kami ini sangat tinggi, dan sudah berlangsung terlalu lama," katanya kepada wartawan di Jakarta hari Rabu (29/07/15).
Dia menambahkan, Singapura sudah mengeluarkan undang-undang yang memungkinkan pemerintah memberikan denda untuk perusahaan yang menyebabkan atau memberikan kontribusi bagi kabut asap, terlepas dari apakah mereka memiliki kantor di negara itu atau tidak. Tapi para pejabat Singpura mengatakan, mereka masih membutuhkan bukti-bukti dari lokasi.
Jumlah titik api di Sumatera diberitakan naik tajam dalam beberapa hari terakhir. Menurut kantor berita Antara,sekarang ada lebih dari 300 titik api yang terdeteksi di pulau itu pada akhir pekan ini saja.