1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Asian Winter Games Arab Saudi dan Potensi Bencana Lingkungan

7 Oktober 2022

Hanya karena sesuatu digerakkan oleh energi terbarukan tidak lantas membuatnya jadi berkelanjutan atau ramah lingkungan. Ada banyak faktor lain yang menentukan.

Ilustrasi olahraga musim dingin
Ilustrasi olahraga musim dinginFoto: Ralf Kuckuck/imago images

Keputusan untuk menganugerahkan penyelenggaraan Asian Winter Games 2029 atau pesta olahraga musim dingin se-Asia kepada Arab Saudi disambut dengan heran oleh banyak pihak.

Wilayah Arab Saudi sebagian besar terdiri dari gurun pasir hanya mengalami hujan salju yang jarang dan tanpa infrastruktur atau tradisi olahraga musim dingin. Ini juga berarti semua atau sebagian besar tempat yang dibutuhkan untuk acara multiolahraga musim dingin itu harus dibangun dari awal.

Arab Saudi telah ditunjuk sebagai penyelenggara untuk tahun 2029. Sulit membayangkan perbedaan yang lebih kontras antara wilayah bersalju alami di Sapporo, Jepang, yang telah berkali-kali menjadi tuan rumah olahraga musim dingin, dengan butiran pasir di proyek Trojena, yang berjarak sekitar 50 kilometer dari pantai Laut Merah.

"Ini buruk bagi olahraga kami," kata peraih medali perak Olimpiade, Johan Clarey, kepada sebuah radio Prancis. Sedangkan Sekretaris Jenderal Federasi Ski dan Snowboard Internasional, Michel Vion, mengatakan dia "terkejut" dengan keputusan Dewan Olimpiade Asia (OCA).

Ini bukan kali pertama terjadi  di wilayah Teluk. Pada tahun 2021, Dubai menjadi tuan rumah sebuah kualifikasi untuk Olimpiade Musim Dingin di Beijing, Cina. Acara itu diadakan dalam kubah berpendingin di sebuah pusat perbelanjaan besar dengan suhu di luar ruangan mencapai 30 derajat Celcius.

Namun proyek Saudi, terlebih lagi di era pemanasan global, menimbulkan sejumlah masalah. Mulai dari energi untuk mengatur suhu untuk pertandingan, termasuk jalan memutar sumber daya air lokal dan pembangunan lereng ski buatan. 

Bencana lingkungan mengintai

Arab Saudi belakangan ini banyak berinvestasi di bidang olahraga, menjadi tuan rumah Formula Satu, Reli Dakar, tur bersepeda, dan sedang mempersiapkan tawaran untuk menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2030. Investor Saudi bahkan telah membeli klub sepak bola Inggris Newcastle dan mendanai tur golf LIV.

Namun untuk masalah olahraga musim dingin ini beda. Kelompok lingkungan Greenpeace pada hari Rabu (05/10) mengecam pembangunan resor ski besar di barat laut Arab Saudi dan mengatakannya "berbahaya".

Berita bahwa kompetisi 47 event akan diadakan di kerajaan tengah gurun ini telah membuat dunia olahraga mengernyit dan mempertanyakan proyek megacity futuristik NEOM senilai 500 miliar dolar AS yang disebut sebagai proyek kesayangan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Pesta olahraga ini akan berlangsung di Trojena, sebuah area di proyek NEOM yang menurut para pejabat bersuhu "umumnya 10 derajat lebih dingin daripada wilayah lainnya."

Arab Saudi berencana untuk membangun sebuah resor pegunungan di proyek NEOM senilai $ 500 miliar. Pengembangan Trojena diharapkan selesai pada 2026 dan akan menawarkan fasilitas ski luar ruangan, danau air tawar buatan dan cagar alam, menurut situs web proyek tersebut. Di wilayah itu para pengembang merencanakan akan membangun fasilitas ski yang bisa dipakai sepanjang tahun, danau air tawar buatan, penginapan, mansion dan hotel ultramewah.

Terletak 50 kilometer ke pedalaman dari Laut Merah, situs Trojena secara alami menerima curah hujan yang sangat sedikit. Ini tentu menimbulkan pertanyaan praktis tentang bagaimana tempat itu bisa menjadi resor ski.

"Anda mengubah ekosistem alami yang dapat memiliki dampak yang rumit. Jika Anda mengubah sesuatu di satu tempat, itu dapat mengubah sesuatu yang lain di tempat lain, dan begitu seterusnya, dan itu dapat berdampak pada ekosistem di sekitarnya," kata Ahmed El Droubi, manajer kampanye regional untuk Greenpeace.

Mengisi danau buatan dengan air desalinasi juga akan sangat menguras energi, dan ini tidak hanya akan berlangsung dalam jangka pendek, ujar Ahmed El Droubi.

"Harus secara konsisten diisi air dan karena itu akan terus menggunakan sejumlah besar energi dalam jangka panjang. Bahkan jika didukung melalui energi terbarukan, itu adalah pemborosan energi," katanya.

"Hanya karena sesuatu ditenagai oleh energi terbarukan tidak membuatnya berkelanjutan atau ramah lingkungan... Ada banyak faktor lain."  

Komite Olimpiade Internasional tidak dilibatkan?

Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada hari Rabu (05/10) mengatakan bahwa mereka tidak dikonsultasikan dalam keputusan Dewan Olimpiade Asia untuk memilih Arab Saudi sebagai tuan rumah Asian Games musim dingin 2029.

"IOC tidak diajak berkonsultasi tentang keputusan OCA terkait Asian Winter Games dan tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan," kata juru bicara IOC.

"Yang menjadi keprihatinan IOC adalah bahwa keberlanjutan menjadi pilar utama Agenda Olimpiade 2020+5," kata juru bicara tersebut. Ia mengacu pada rencana reformasi Olimpiade IOC yang bertujuan mengurangi biaya dan ukuran Olimpiade agar lebih menarik bagi kota-kota yang berpotensi menjadi tuan rumah di masa depan.

"Untuk Olimpiade, IOC menjelaskan dengan gamblang dalam Agenda Olimpiade 2020+5 bahwa ada prioritas yang jelas untuk venue yang telah ada. Jika tidak ada, penggunaan venue sementara akan didorong," kata juru bicara IOC.

"Jika tidak satu pun dari (keputusan) ini yang mendukung dari sudut pandang keberlanjutan,… IOC juga mewajibkan komite penyelenggara untuk mencapai Olimpiade yang positif iklim paling lambat pada tahun 2030."

ae/pkp (AFP, reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait