1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Atheisme di Turki

26 Juni 2014

Tidak mudah muncul di hadapan publik sebagai atheis di Turki. Tapi para penganutnya bisa mendirikan Asosiasi Atheisme, walaupun menghadapi berbagai tekanan. Mereka ingin menghilangkan stigmatisasi.

Istanbul Fußgängerzone
Foto: DW

"Tidak mudah menjadi seorang atheis di Turki", kata Sinem Koroglu, perempuan anggota Asosiasi Atheisme. Ini adalah organisasi atheis pertama yang ada di Turki. Organisasi itu didirikan awal 2014 di Istanbul. Tujuannya untuk mewadahi para penganut atheis di negara itu.

Sejak beberapa tahun terakhir, para penganut atheisme memang merasakan tekanan lebih besar dari partai konservatif AKP yang saat ini memerintah. Tahun lalu, salah satu tokoh AKP, Mahmut Macit melalui Twitter menyebutkan, "para psikopat yang berpura-pua jadi atheis… sebaiknya dimusnahkan saja".

Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan menyebut para demonstran yang menentangnya sebagai "atheis dan teroris".

"Mereka benar-benar merendahkan kami", kata Koroglu. Tapi ia mengakui, mayoritas warga Turki memang berpandangan seperti itu. "Ini mentalitas mayoritas warga Turki, dan itulah yang perlu kita lawan," tukasnya.

Makin banyak tekanan

Mustafa Akyol, penulis Turki yang mempromosikan Islam yang toleran menerangkan, para atheis sering dilihat sebagai "orang luar" di Turki. "Dalam kesadaran publik, terutama umat beragama yang konservatif, penganut atheisme dilihat sebagai tidak bermoral dan kotor. Pokoknya, semua hal negatif yang bisa dibayangkan."

Barbaro Sansal, seorang perancang busana terkenal, secara terbuka mengaku dirinya seorang atheis. "Saya sering menerima ancaman, karena saya atheis. Mereka mau membunuh saya, menyiksa saya, mereka minta saya pergi dari negara ini, dan seterusnya", tutur Sansal.

Anggota Asosiasi Atheisme mengaku sering menerima ancaman lewat telepon. "Saya tidak terlalu menanggapi dengan serius", kata Tolga Inci, salah seorang pendiri organisasi itu.

Stigmatisasi

"Mereka melakukan stigmatisasi, menganggap kami tidak bernilai dan tidak bermoral", kata penulis Mustafa Akyol.

Tolga Inci menambahkan, media-media yang berlatar belakang agama sering menyerang mereka. "Mereka bahkan mengatakan bahwa kami sedang menyebarkan atheisme dan melakukan perang terhadap agama", ujarnya sambil tersenyum.

Sinem Koroglu menekankan, organisasinya tidak berusaha menyebarkan atheisme. "Kami tidak mencoba menjauhkan seseorang dari agamanya. Kami hanya membela para atheis", kata Koroglu dan menambahkan, publik harus mengetahui bahwa para atheis juga adalah manusia.

Dari sekitar 74 juta penduduk Turki, 99,8 persen beragama Islam, 80 sampai 85 persen beraliran Islam Sunni, yang lain adalah pengikut kelompok Syiah, Alevit. Ada juga komunitas kecil warga Kristen, Yahudi dan kelompok atheis.

hp/ab (ips)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait