Di era media sosial, dimana hoaks dijadikan aset dalam politik, keterbatasan bersosialisasi para penyandang autis dan Asperger's Syndrome malah menjadi satu keuntungan. Simak opini Ananda Sukarlan.
Iklan
Setelah berjam-jam menulis musik di pesawat menuju Eropa, saya butuh menonton film yang memang membuat saya "malas mikir" sebelum mendarat, jadi saya pilih "The Predator” keluaran 2018. Ternyata ceritanya Sang Predator yang datang dari luar angkasa mempunyai misi membunuh dan menghisap semua makhluk di bumi, kecuali satu: anak dengan Asperger's Syndrome (penyandang sindrom ini biasa kita panggil "Aspie").
Predator itu bilang, Aspie adalah "the next stage of the human evolution" sehingga harus hidup-hidup diculik dan dibawa ke kapal luar angkasanya untuk menjadi bahan penelitian untuk kelangsungan hidup di planet mereka.
Saya jadi berpikir. Anak-anak dengan Asperger's Syndrome yang diselamatkan itu bukan hanya fiksi loh. Waktu Hitler sedang sibuk-sibuknya dengan kamar gas dan berbagai eksperimen cara membunuh pelan-pelan, anak-anak Aspie justru diselamatkan, dan sang penelitilah yang menaruh namanya, Dr. Hans Asperger, untuk sindrom yang termasuk dalam spektrum autisme ini pada tahun 1944.
Ciri-ciri sindrom ini yang paling utama adalah kemampuan para penyandangnya untuk satu/dua bidang yang sangat maju dan cemerlang, tapi ketidakmampuan melakukan hal-hal yang sering dianggap "biasa" (dalam kasus saya sendiri, misalnya mengendarai kendaraan, mengikat simpul/tali) selain sintoma autisme yang cukup umum seperti fobia terhadap keramaian, cara berkomunikasi / menginterpretasi berbagai hal yang berbeda dari orang non-autis dan/atau terlalu peka terhadap suara/sinar yang ekstrem.
Justru merupakan anugerah
Profesor Tony Attwood, seorang psikolog klinis terkemuka Australia, percaya bahwa proses pemikiran "out of the box" dari orang-orang dari spektrum autisme akan memecahkan berbagai masalah besar dunia. Ia dianggap sebagai psikolog klinis pertama yang menghadirkan sindrom Asperger bukan sebagai sesuatu yang harus "disembuhkan" tetapi justru sebagai anugerah, yang terbukti dalam banyak penemu dan seniman hebat sepanjang sejarah. Ia memandang Aspies sebagai aset bangsa dan akhirnya aset kelangsungan hidup manusia.
Michael Fitzgerald, profesor psikiatri anak dan remaja pertama di Irlandia yang berspesialisasi dalam gangguan spektrum autisme, dengan berani mengklaim di sebuah wawancara tahun 2006 bahwa "proses evolusi manusia didorong oleh orang-orang dari spektrum autisme khususnya Asperger's Syndrome. Umat manusia masih akan tinggal di dalam gua jika bukan karena mereka."
Saya sebagai seorang Aspie walaupun bukan ahlinya, juga setuju bahwa tanpa "autisme" di antara kita, kita mungkin tidak akan berada di sini hari ini. Ingat saja para Aspie yang telah membawa kita "melompat" dari zamannya: sebut saja Alan Turing (penemu komputer) dan Greta Thunberg (sekarang 16 tahun, aktivis dan pemikir tentang perubahan iklim).
Kita tahu melalui penelitian genetik bahwa spektrum autisme hanya ada di spesies kita, membedakan kita dari hewan sejak lama. Beberapa gen kunci autisme hanya ada di primata, yang mendorong memisahkannya dan membawanya ke spesies baru yang menjadikan kita manusia saat ini.
Patah Hati Bisa Membunuhmu
Hati remuk karena ditinggal orang yang dicintai? Patah hati bisa berujung pada kematian. Penelitian menunjukkan, seseorang yang ditinggal pasangan bisa mengalami gangguan atrial fibrilasi (AF) ataupun sindrom Takotsubo.
Foto: picture-alliance/dpa/V. Bonn-Meuser/
Risiko stroke dan kematian
Dalam dua dekade terakhir, atrial fibrilasi (AF) atau denyut jantung tidak teratur, menjadi penyebab peningkatan risiko stroke dan kematian. Di Amerika Serikat, prevalensi AF diprediksi meningkat dari 5.2 juta pasien pada tahun 2010 menjadi 12.1 juta kasus pada tahun 2030.
Foto: Fotolia/Dmytro Tolokonov
Faktor lain yang memicu
Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan jurnal online Open Heart, tim peneliti Denmark berbasis di Aarhus University melaporkan temuan hubungan kematian pasangan dengan peningkatan resiko atrial fibrilasi. Pemicu lainnya, bisa saja dari penyakit lain, kelelahan, alkohol, kafein dan stres emosional.
Foto: Fotolia/lassedesignen
Satu bulan setelah berkabung
Penelitian ini menyelidiki catatan rumah sakit di Denmark, antara tahun 1995.-2014, ditemukan lebih dari 80 ribu pasien mengidap sindrom ini. Hasil penelitian menunjukkan, mulai dari 1 hingga 30 hari setelah kematian pasangan, risiko terkena AF bisa meningkat hingga 41% lebih tinggi dari rata-rata. Risiko tertinggi muncul 8-14 hari setelah pasangan pergi (90% lebih tinggi dari rata-rata).
Foto: Fotolia/Doreen Salcher
Lebih beresiko pada usia bawah 60 tahun
Risiko ini lebih tinggi di antara orang-orang di bawah usia 60 dan di antara mereka yang pasangannya meninggal tak terduga. Dalam penelitian ini, gangguan jantung atau hormon stres pasien dipantau sejak pasien masuk rumah sakit.
Foto: Fotolia/Kitty
Mendukung temuan di Jepang
Temuan ilmiah selama 25 tahun terakhir ini tampaknya mendukung penelitian “broken heart syndrome" sebelumnya, yang juga dikenal sebagai kardiomiopati akibat stres atau Takotsubo cardiomyopathy. Pertama kali gejala ini diteliti tahun 1990 di Jepang dan baru-baru ini secara global diakui sebagai kondisi medis yang nyata.
Foto: Fotolia/ lassedesignen
Gejala sindrom patah hati
Takotsubo cardiomyopathy terjadi tiba-tiba dan tak terduga, bahkan bisa menimpa orang yang tadinya sehat). Gejalanya termasuk nyeri dada dan sesak napas. Gejala ini menyerupai serangan jantung tetapi tidak terjadi pemblokiran pembuluh darah jantung. Sindrom Takotsubo menyumbang sekitar 2-5% dari kasus serangan jantung.
Foto: Fotolia
Perempuan di atas 50 tahun lebih beresiko
Jumlah penderita Takotsubo cardiomyopathy lebih tinggi menimpa perempuan di atas usia 50 tahun. Takotsubo cardiomyopathy biasanya dipicu oleh peristiwa stres emosional atau fisik seperti berkabung atau bencana besar seperti gempa bumi.
Foto: picture-alliance/dpa
Melemahkan fungsi jantung
Mekanisme yang tepat mengarah ke Takotsubo cardiomyopathy tidak diketahui tetapi beberapa bukti menunjukkan pelepasan berlebihan hormon stres, seperti adrenalin, bertindak sebagai pemicu awal yang menyebabkan melemahnya otot jantung. Gangguan jantung bisa berakibat sangat berbahaya.
Foto: Fotolia
8 foto1 | 8
Saat hoaks jadi aset politik
Di era media sosial, dimana hoaks dijadikan aset dalam politik(lihat saja Pemilu terbaru di Amerika, Brazil, Brexit, Prancis, Turki, Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019) justru karena lancarnya sosialisasi dan komunikasi, keterbatasan bersosialisasi para penyandang autis dan Asperger's Syndrome malah menjadi satu keuntungan. Mungkin segala fitnah dan pembodohan yang terjadi di dua pemilu itu tidak akan sukses kalau saja masyarakat kita dipenuhi mereka yang autis. Ah, mungkin? Sudah pasti, menurut saya.
Anak perempuan saya juga pacaran dengan seorang cowok penyandang Asperger's Syndrome. Beda dengan saya, dia unggul di bidang matematika. Dia juga bisa "menghabisi" kubus Rubik dalam beberapa menit, kadang 1 menit. Waktu saya minta diajarkan caranya, dia hanya bisa memberi teori-teori dasar dan metode yang (bagi saya) cukup rumit; dengan mempelajari metode itu masih mustahil kita bisa menyelesaikannya dalam waktu yang sesingkat dia.
Mulai dari Batik Hingga Boneka, Inilah Karya Para Penyandang Disabilitas Indonesia
Lihat karya-karya dalam galeri foto ini. Mulai dari kain batik hingga boneka. Pembuatnya, adalah para penyandang disabilitas. Di balik kekurangan mereka, terdapat kelebihan yang mengundang decak kagum.
Foto: Monique Rijkers
Karya si Mata Kucing
Salah satu bentuk pendidikan yang bisa diberikan adalah pelatihan keterampilan kriya tekstil. Kain-kain jumputan dengan teknik celup dan ikat ini merupakan karya 12 penyandang autisme. Para orang tua kedua belas anak itu menggagas wadah Kriya Mata Kucing yang baru lahir Maret 2018 lalu setelah para orang tua dan anak-anak berlatih selama setahun.
Foto: Monique Rijkers
Autis aktif
Menurut Yuyun, anaknya yang berusia 27 tahun termasuk penyandang autisme yang hiperaktif sehingga dalam satu jam Anton sanggup menyelesaikan delapan hiasan seperti tampak pada bantal yang dijual dalam pameran Inacraft 2018. Ketut (berjilbab) tertarik membeli dua bantal karena bagus dan belakangan ia baru tahu bantal itu adalah karya penyandang autisme, sama seperti anaknya yang berusia 10 tahun.
Foto: Monique Rijkers
Melatih motorik
Paul Gamaliel Tambunan mewarnai motif batik dengan cat air. Johny Tambunan, ayah Paul, mengaku keterampilan Paul yang berusia 23 tahun dalam berkreasi dengan jumputan sudah baik sehingga ia ingin memperkenalkan membatik agar melatih motorik Paul yang menderita autisme (kelainan syaraf). Paul bergabung dalam Komunitas Kriya Mata Kucing dan Komunitas Peduli Anak Spesial di Bandung, Jawa Barat.
Foto: Monique Rijkers
Bantal batik
Andhika (30 tahun) adalah satu dari 15 orang disabilitas yang memproduksi batik dengan merek Zola Indonesia. Andhika, yang mengalami ‘cerebral palsy’ atau gangguan gerakan atau otot akibat perkembangan abnormal di otak, sudah mampu membuat batik sarung bantal dengan motif bunga atau naga. Ketika ditanya, “mana karya Adhika?”, dengan bangga Andhika menunjuk bantal seperti yang tampak dalam foto.
Foto: Monique Rijkers
Kain batik
Agus (23 tahun) tidak bisa mendengar. Hobinya: membatik. Ia suka motif parang rusak. Saat tanya-jawab lewat tulisan, Agus mampu mengerjakan kain dua meter selama dua pekan. Kain motif batik yang dikerjakan Agus didesain oleh TKI di Malaysia yang mengalami kecelakaan kerja hingga kakinya harus diamputasi. Menurut Riri, pendamping disabilitas, orang berkebutuhan khusus dapat bekerja dengan baik.
Foto: Monique Rijkers
Insentif bagi perusahaan swasta
Meski tersedia insentif bagi perusahaan swasta yang mempekerjakan orang berkebutuhan khusus sesuai aturan dalam UU No 8 (2016) tentang Penyandang Disabilitas, masih banyak perusahaan yang belum mengetahuinya. Salah satu perusahaan ini misalnya, belum mempekerjakan penyandang disabilitas meski produk kerajinan tangan asal Yogyakarta itu sudah merambah pasar ekspor ke Jerman dan Amerika Serikat.
Foto: Monique Rijkers
Bersedia menerima disabilitas
Pemilik Norrisa Miliarta Bordir, Pasuruan, Jawa Timur, mengaku belum mempekerjakan penyandang disabilitas. Namun Ibu Yun bersedia menerima penyandang disabilitas yang bisa membordir. Pemerintah, pemda, BUMN, BUMD dan swasta wajib mempekerjakan penyandang disabilitas sesuai UU No 8 Tahun 2016 atas dasar HAM. Bagi perusahaan swasta, jumlah pekerja disabilitas minimal 1% dari jumlah seluruh pekerja.
Foto: Monique Rijkers
13 tahun ekspor ke Jerman
Ekawati, pemilik Piviko Homedeco, sudah dua tahun mempekerjakan karyawan berkebutuhan khusus. Pemasok Zara House dan pengekspor ke Jerman selama 13 tahun ini memiliki dua tempat produksi yakni di Bekasi dan Yogyakarta. Kementerian Tenaga Kerja diharapkan menyediakan pelatihan kerja bagi penyandang cacat sehingga perusahaan siap menerima pencari kerja disabilitas.
Foto: Monique Rijkers
Boneka kertas
Sesungguhnya ajang seperti Inacraft bisa promosikan karya penyandang disabilitas. Namun tak semua perusahaan kecil mampu menyewa ruang pameran seperti dialami Precious One yang mempekerjakan penyandang tunarungu yang dilatih menjahit, membordir, membuat aksesoris dan boneka kertas. Boneka kertas dalam foto ini adalah karya penyandang disabilitas tunarungu yang bisa diarahkan dengan bahasa isyarat.
Foto: Monique Rijkers
Karena kamu bisa
Ratna Sutedjo, inisiator Precious One, membuktikan orang dengan kebutuhan khusus dapat dilatih dan menghasilkan karya yang baik dan berkualitas. Deretan boneka kertas ini adalah figur disabilitas yang berhasil di bidang mereka masing-masing. Precious One yang sudah bergeliat bersama para tuna rungu sejak 14 tahun lalu menjadi bukti penyandang disabilitas itu bisa berdaya dan berkarya.
Foto: Monique Rijkers
10 foto1 | 10
Tahu-tahu, tahu
Ada "elemen x" yang dia tidak dapat sampaikan ke orang lain. Mungkin "elemen x" itu bisa diterjemahkan sebagai "tahu-tahu tahu" (you just know it). Saya juga tidak punya murid piano tetap yang bisa saya limpahkan ilmu saya (atau "tahu-tahu tahu" saya itu tadi), dan banyak sekali hal dalam komposisi musik saya yang tidak bisa saya jelaskan ke para mahasiswa musik. Bukannya saya pelit berbagi ilmu, tapi memang saya tidak tahu bagaimana saya menuliskannya. Tahu-tahu, tahu. Karena pacar anak saya itulah saya menyadari bahwa "keahlian" kami bukanlah suatu prestasi akademis yang bisa diajarkan.
Mungkin memang seorang manusia tidak perlu tahu segala nya. Mungkin setiap diri kita memang harus tahu sedikit hal saja, tapi sangat mendalam. Apalagi kita tahu, lawan dari pengetahuan dan kepandaian itu bukanlah kebodohan tapi ... ke"sok-tahu"an. Dan orang sok tahu itulah yang lebih berbahaya daripada orang yang mengaku tidak tahu. Lagipula.... bisa bayangkan betapa bahagia dan damainya hidup ini jika tidak ada orang lain yang selalu repot ingin tahu tentang apa saja tentang kita, menghakimi kita, mengajari kita untuk "harusnya anda melakukan ini, itu" karena dia "tahu segalanya", bukan? Mungkin sudah waktunya kita bahagia dengan hanya mengetahui sesedikit-sedikitnya.
@anandasukarlan
Selain sebagai komponis & pianis, A.Sukarlan juga aktif sebagai blogger di Andy Skyblogger's Log, dan membuat vlog di Youtube channelnya Ananda Sukarlan. Twitter & Instagramnya @anandasukarlan bukan hanya mengulas tentang musik, tapi masalah sosial, budaya dan politik pada umumnya. Ia membagi waktunya antara Spanyol (di rumahnya di perbukitan di Cantabria) dan Indonesia (di apartemennya di Jakarta).
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Zat Paling Berbahaya di Dunia Bagi Otak
Hati-hati, beberapa jenis bahan kimia beracun sangat berbahaya bagi perkembangan otak janin dan anak-anak. Studi Project TENDR tujukkan mulai dari gangguan perkembangan syaraf, autisme, hinga hiperaktivitas (ADHD).
Foto: Colourbox
Pestisida
Pestisida organofosfat digunakan dalam pertanian dan perkebunan, untuk membasmi hama tanaman. Udara yang tercemar pestisida, jika dihirup dalam jangka panjang bisa merusak sistem saraf otak dan menyebabkan parkinson. Paparan pestisida pada ibu hamil berpotensi mengganggu struktur otak janin yang berpengaruh pada kecerdasan. Pastikan kebersihan bahan makanan sebelum dikonsumsi.
Foto: M. Frolow
PBDE
Paparan senyawa Polybrominated diphenyl ether (PBDE) -yang digunakan untuk produk tahan api, termasuk tekstil, furnitur atau karpet - bisa menurunkan kecerdasan anak & memicu hiperaktivitas. Senyawa retardan tersebut menguap dan menyebar lalu mengendap dalam tubuh manusia. PBDE yang terakumulasi dalam tubuh manusia dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan otak & saraf.
Foto: imago/Science Photo Library
Polusi udara
Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH) dari emisi gas buang kendaraan, pembakaran batu bara, atau asap rokok merupakan racun polusi udara. Anak yang memiliki tingkat kadar PAH tinggi kemungkinan bisa menderita depresi, kecemasan berlebihan dan sukar berkonsentrasi. Kemungkinan lainnya adalah, anak yang memiliki tingkat PAH tinggi tingkat IQ-nya juga cenderung lebih rendah.
Foto: picture-alliance/dpa
Timbal
Timbal (Pb) lazimnya digunakan dalam industri baterai, karet, kabel, zat pewarna atau cat, sebagai imbuhan zat anti "knocking" pada bensin, solder atau penyambung pipa air tahan korosi. Perempuan hamil yang pada tulangnya terakumulasi cemaran timbal, dapat memicu gangguan pertumbuhan otak pada anak yang dikandung. Timbal dapat menurunkan tingkat kecerdasan.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Gambarini
Merkuri
Merkuri sering digunakan dalam krim pemutih atau krim antiseptik dan juga di pertambangan emas tradisional. Penggunaan merkuri dapat memicu cacat pada janin, mengganggu saluran darah ke otak, bahkan menyebabkan kerusakan otak permanen seperti Kasus Minamata. Kini penggunaan merkuri di seluruh dunia sangat dibatasi.
Foto: picture alliance/WILDLIFE/D. Harms
PCB
Polychlorinated biphenyls (PCB) mengubah cara sel-sel otak berkembang. PCB digunakan dalam berbagai macam komponen elektronik dan pestisida. PCB menjadi salah satu penyebab beragam gangguan perkembangan saraf, termasuk ADHD, ketidakmampuan belajar, defisit sensorik, keterlambatan perkembangan dan retardasi mental.