Pemimpin dunia menuding Presiden Suriah Bashar al Assad jadi dalang serangan dengan senjata kimia yang menyebabkan lebih dari 70 orang tewas. Rusia sementara ini paparkan skenario berbeda.
Iklan
Tudingan terhadap Presiden Suriah Bashar al Assad sebagai dalang serangan mematikan tersebut disampaikan AS, Inggris dan Perancis. Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan, "Semua bukti yang sudah saya lihat menunjuk kepada rezim Assad, menggunakan senjata ilegal terhadap warganya sendiri," demikian dikatakan Johnson saat tiba di Brussel untuk menghadiri konferensi Suriah.
Boris Johnson menambahkan, jika Assad benar-benar berada di balik serangan, ini jadi bukti berikutnya bahwa rezim Assad adalah rezim barbar. Sehingga sulit membayangkan bagaimana Assad tetap memegang tampuk pimpinan Suriah di masa depan, setelah konflik berakhir.
Sementara itu Rusia menyampaikan skenario berbeda terkait serangan maut itu. Moskow membela mitranya di Damaskus, dengan menyebut "ada data obyektiv" dari pengawas udara Rusia, bahwa bahan beracun itu berasal dari gudang persenjataan milik pemberontak yang terkena serangan udara militer Suriah.
Kementrian pertahanan Rusia menyebutkan, gudang berisi bahan beracun digunakan pemberontak anti Assad untuk membuat senjata. Namun Moskow tak merinci, apakah serangan itu tidak disengaja menghantam gudang kimia, atau merupakan serangan terarah. Namun kaum pemberontak menolak paparan dari Moskow itu dan bersikeras bahwa bom gas kimia justru ditembakkan dari pesawat Suriah.
Konferensi kemanusiaan bagi Suriah
Konferensi di Brussel yang dipimpin Uni Eropa dan PBB adalah tindak lanjut pertemuan di London tahun lalu, di mana saat itu berhasil diperoleh dana 11 milyar Dolar berupa bantuan kemanusiaan bagi Suriah. Konferensi ini juga akan jadi langkah lanjutan dari pembicaraan perdamaian di Jenewa yang disponsori PBB, di mana penengah PBB Staffan de Mistura telah menyampaikan laporan tentang kemajuan kecil dalam mengakhiri konflik Suriah.
Konflik Suriah sejauh ini telah memakan korban lebih dari 320.000 jiwa dan menyebabkan jutaan penduduk Suriah mengungsi. Peran Assad di Suriah di masa depan jadi agenda utama pertemuan di Brussel. Kaum oposisi yang terdiri dari beragam faksi dan negara-negara yang mendukung oposisi menuntut agar Assad turun dari jabatan.
Assad sejauh ini menolak, dan sekutu utamanya yaitu Rusia mendukung agar ia terus melancarkan tekanan dan serangan terhadap pemberontak, tanpa mengurangi kecepatan langkah. Pejabat tinggi Uni Eropa urusan luar negeri Federica Mogherini mendesak dunia internasional untuk mempercepat proses perdamaian, yang terbukti sangat diperlukan, terutama setelah terjadinya serangan senjata kimia.
ml/as (afp,rtr, dpa)
Inilah Aktor Utama Perang Suriah
Konstelasi konflik Suriah kini makin rumit. Perang dipicu ketidakpuasan rakyat atas rezim di Damaskus. Tapi di belakang layar juga ada negara lain yang ikut terlibat, baik yang punya kepentingan atau tunggangi konflik.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Kots
Bashar al Assad
Presiden Suriah ini bersama rezim di Damaskus adalah penyebab utama pecahnya perang saudara yang dimulai 2011. Rakyat yang tak puas atas kepemimpinannya 4 tahun silam menggelar berbagai aksi protes yang dijawab dengan tembakan peluru tajam. Sumbu peledak perang adalah tewasnya beberapa remaja yang menggambar grafiti anti Assad di tahanan aparat keamanan.
Foto: AP
Pemberontak Suriah
Mereka menamakan diri kelompok oposisi. Dalam kenyataanya mereka adalah kelompok militan yang punya berbagai agenda, dan kebetulan punya satu sasaran, yaitu menumbangkan rezim Bashar al Assad. Kelompok paling menonjol adalah Free Syrian Army, serta Front al Nusra yang merupakan cabang al Qaida di Suriah. Akibat perang saudara, 300.000 tewas dan lebih 12 juta warga Suriah mengungsi.
Foto: Reuters
Islamic State (IS)
Walaupun baru muncul awal tahun 2014, IS merupakan kelompok bersenjata paling kuat dan ditakuti. Kelompok Sunni ini didukung pakar militer bekas pasukan elit Saddam Hussein dari Irak. Anggotanya berdatangan dari berbagai negara Eropa. Kebanyakan anak muda, militan, radikal, dan punya keahlian di bidang militer maupun teknologi informatika. IS kini menguasai kawasan luas di Suriah dan Irak.
Foto: picture-alliance/Balkis Press
Arab Saudi
Merupakan negara pendukung kelompok pemberontak Sunni di Suriah. Arab Saudi terutama ingin menumbangkan rezim Assad dan meredam hegemoni penunjang kekuasaanya, yaitu Iran. Mereka sekaligus juga memerangi IS agar tidak semakin kuat. Riyadh punya kepentingan agar Suriah tidak runtuh, yang akan menyeret Libanon dan Irak serta seluruh kawasan ke situasi chaos.
Foto: picture-alliance/AP/Manish Swarup
Iran
Sebagai negara pelindung kaum Syiah, Iran mendukung milisi Hisbullah di Libanon yang bertempur membela rezim Al Assad. Iran juga mengirim tentara serta penasehat milternya ke Damaskus. Mula-mula kehadiran Iran tidak dianggap. Tapi perkembangan situasi menyebabkan pemain besar lainnya kini mulai merangkul pemerintah di Teheran untuk solusi krisis Suriah.
Foto: AP
Turki
Ankara takut terbentuknya negara Kurdistan di Suriah. Karena itu dengan segala cara hal ini hendak dicegah. Turki juga "melatih" pemberontak Suriah dengan dibantu biaya AS. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga berseteru dengan Assad. Selain itu kaum Kurdi di Irak juga makin kuat karena mendapat dukungan Iran. Inilah yang membuat Turki mengerahkan militernya ke perbatasan atau melewatinya.
Foto: AP
Amerika Serikat
Keterlibatan Washington di kawasan dimulai 2003 dengan tumbangkan penguasa Irak, Saddam Hussein. Vakum kekuasaan picu runtuhnya Irak dan destabilisasi keamanan hingga ke Suriah. Kondisi ini yang juga ciptakan Islamic State (IS) yang mampu kuasai kawasan luas di Irak dan Suriah. AS juga membiayai pelatihan pemberontak "moderat" dengan dana 500 juta US Dolar, sebagian menyeberang ke Al Qaida.
Moskow dikenal sebagai pendukung rezim di Damaskus. Akhir 2015 Rusia memutuskan lancarkan serangan udara terhadap IS. Operasi militer ini memicu kecaman di kalangan NATO. AS dan Turki mengklaim serangan udara Rusia ditujukan ke kelompok pemberontak anti Assad. Insiden penembakan jet Rusia oleh militer Turki makin panaskan situasi.