AS tuduh Rusia lancarkan tindakan "barbar" di Suriah, setelah jet tempur Rusia yang mendukung Assad terus gempur kubu pemberontak di Aleppo. Moskow tegaskan, diakhirinya perang saudara hampir "tidak mungkin."
Iklan
Harapan sebuah solusi diplomatik untuk mengakhiri pertempuran dan konflik di Suriah tampaknya semakin pudar. Diplomat AS dan Rusia terus tidak sependapat dan saling tuduh dalam sidang khusus Dewan Keamanan PBB untuk membahas eskalasi kekerasan di Suriah setelah ambruknya kesepakatan gencatan senjata pekan lalu.
Pemberontak yang melawan Presiden Bashar al Assad di Aleppo menyatakan, proses perdamaian apapun tidak akan ada gunanya, jika pemboman yang meluluh-lantakkan kota tidak segera dihentikan. Assad bertekad merebuit kembali bagian kota Aleppo yang dikuasai pemberontak. Di lokasi itu, lebih dari 250.000 warga sipil terperangkap.
Sebaliknya, pemberontak tampaknya yakin mampu menguasai kembali kota kedua terbesar di Suriah tersebut. Hal ini menyebabkan para pemimpin negara-negara yang ikut terlibat dalam konflik Suriah semakin terdesak untuk menemukan solusi.
Rusia dituding lancarkan serangan barbar
Di depan Dewan Keamanan PBB, Duta Besar AS untuk PBB Samantha Power menuduh Moskow melakukan serangan barbar, berupa pemboman Aleppo sebagai dukungan kepada Presiden Bashar al Assad.
"Bukannya mengupayakan perdamaian, Rusia dan Assad malah melanjutkan perang, kata Power di depan Dewan Keamanan PBB. Power menyatakan, pihaknya akan terus mengupayakan penghentian kekerasan, tetapi sudah jelas kekerasan sepihak tidak akan bisa dicegah.
Warga Aleppo dan pemberontak menyatakan, akibat serangan terbaru di kota itu, ratusan orang tewas. Di samping itu suplai air bersih ke kawasan yang yang dikuasai emberontak, yang dihuni sekitar dua juta orang diputus oleh pemerintah.
"Perdamaian hampir tidak mungkin"
Namun Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin menepis semua tudingan Amerika dan mengatakan di depan DK PBB bahwa negaranya ingin diadakannya gencatan senjata dan negosiasi antara semua pihak yang berperang di Suriah. Tapi "mencapai perdamaian sekarang hampir tidak mungkin."
Ia menuduh AS gagal mengontrol pemberontak, dan membedakan antara apa yang disebut moderat dan kelompok teroris, terutama kelompok yang menyebut diri Levant Conquest Front, yabg dulunya adalah Front al Nusra, yang berkaitan dengan Al Qaeda.
Menteri Luar Negeri Perancis dan Inggris juga mengarahkan serangan verbal terhadap Rusia, dan menekankan, Rusia bisa dituduh bersalah melakukan kejahatan perang.
Pertempuran besar-besaran di Aleppo dan pemboman konvoi truki pembawa bantuan kemanusiaan pekan lalu langsungng menghentikan kesepakatan gencatan senjata. Akibatnya, Moskow dan Washington, yang mendukung pihak berlawanan dalam konflik Suriah saling tuduh tidak mematuhi kesepakatan gencatan senjata.
ml/as(rtr,afp,ap,dpa)
Inilah Aktor Utama Perang Suriah
Konstelasi konflik Suriah kini makin rumit. Perang dipicu ketidakpuasan rakyat atas rezim di Damaskus. Tapi di belakang layar juga ada negara lain yang ikut terlibat, baik yang punya kepentingan atau tunggangi konflik.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Kots
Bashar al Assad
Presiden Suriah ini bersama rezim di Damaskus adalah penyebab utama pecahnya perang saudara yang dimulai 2011. Rakyat yang tak puas atas kepemimpinannya 4 tahun silam menggelar berbagai aksi protes yang dijawab dengan tembakan peluru tajam. Sumbu peledak perang adalah tewasnya beberapa remaja yang menggambar grafiti anti Assad di tahanan aparat keamanan.
Foto: AP
Pemberontak Suriah
Mereka menamakan diri kelompok oposisi. Dalam kenyataanya mereka adalah kelompok militan yang punya berbagai agenda, dan kebetulan punya satu sasaran, yaitu menumbangkan rezim Bashar al Assad. Kelompok paling menonjol adalah Free Syrian Army, serta Front al Nusra yang merupakan cabang al Qaida di Suriah. Akibat perang saudara, 300.000 tewas dan lebih 12 juta warga Suriah mengungsi.
Foto: Reuters
Islamic State (IS)
Walaupun baru muncul awal tahun 2014, IS merupakan kelompok bersenjata paling kuat dan ditakuti. Kelompok Sunni ini didukung pakar militer bekas pasukan elit Saddam Hussein dari Irak. Anggotanya berdatangan dari berbagai negara Eropa. Kebanyakan anak muda, militan, radikal, dan punya keahlian di bidang militer maupun teknologi informatika. IS kini menguasai kawasan luas di Suriah dan Irak.
Foto: picture-alliance/Balkis Press
Arab Saudi
Merupakan negara pendukung kelompok pemberontak Sunni di Suriah. Arab Saudi terutama ingin menumbangkan rezim Assad dan meredam hegemoni penunjang kekuasaanya, yaitu Iran. Mereka sekaligus juga memerangi IS agar tidak semakin kuat. Riyadh punya kepentingan agar Suriah tidak runtuh, yang akan menyeret Libanon dan Irak serta seluruh kawasan ke situasi chaos.
Foto: picture-alliance/AP/Manish Swarup
Iran
Sebagai negara pelindung kaum Syiah, Iran mendukung milisi Hisbullah di Libanon yang bertempur membela rezim Al Assad. Iran juga mengirim tentara serta penasehat milternya ke Damaskus. Mula-mula kehadiran Iran tidak dianggap. Tapi perkembangan situasi menyebabkan pemain besar lainnya kini mulai merangkul pemerintah di Teheran untuk solusi krisis Suriah.
Foto: AP
Turki
Ankara takut terbentuknya negara Kurdistan di Suriah. Karena itu dengan segala cara hal ini hendak dicegah. Turki juga "melatih" pemberontak Suriah dengan dibantu biaya AS. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga berseteru dengan Assad. Selain itu kaum Kurdi di Irak juga makin kuat karena mendapat dukungan Iran. Inilah yang membuat Turki mengerahkan militernya ke perbatasan atau melewatinya.
Foto: AP
Amerika Serikat
Keterlibatan Washington di kawasan dimulai 2003 dengan tumbangkan penguasa Irak, Saddam Hussein. Vakum kekuasaan picu runtuhnya Irak dan destabilisasi keamanan hingga ke Suriah. Kondisi ini yang juga ciptakan Islamic State (IS) yang mampu kuasai kawasan luas di Irak dan Suriah. AS juga membiayai pelatihan pemberontak "moderat" dengan dana 500 juta US Dolar, sebagian menyeberang ke Al Qaida.
Moskow dikenal sebagai pendukung rezim di Damaskus. Akhir 2015 Rusia memutuskan lancarkan serangan udara terhadap IS. Operasi militer ini memicu kecaman di kalangan NATO. AS dan Turki mengklaim serangan udara Rusia ditujukan ke kelompok pemberontak anti Assad. Insiden penembakan jet Rusia oleh militer Turki makin panaskan situasi.