Assad: Trump Bisa jadi Sekutu Dalam Menggempur Militan
16 November 2016
Presiden Suriah Presiden Suriah Bashar al Assad mengatakan Donald Trump bisa menjadi sekutu jika tindakannya sesuai retorika kampanyenya.
Iklan
Dalam sebuah wawancara, Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, presiden AS terpilih Donald Trump bisa menjadi "sekutu alami", jika ia memenuhi janjinya melawan "teroris" dan mengatasi "kekuatan lobi" di pemerintahan AS.
Assad mengatakan ia tidak yakin jika presiden baru itu akan tetap setia pada retorika kampanyenya yakni lebih fokus memerangi kelompok ISIS dan mengurangi permusuhan dengan rezim Suriah. Oleh sebab itu, kini Assad "menunggu dan melihat" apakah Trump akan mengubah kebijakan Washington atas Suriah. Namun Assad menyatakan kesiapannya untuk bekerjasama dengan dia dalam menggempur kaum militan.
'Armagedon' di Aleppo
Kota Aleppo di Suriah jadi "neraka" diluluhlantakkan serangan udara pasukan pemerintah Suriah dibantu Rusia bulan September 2016. Kehancuran luar biasa yang ditimbulkan dapat disimak dalam galeri foto ini:
Foto: Reuters/A. Ismail
Luluh lantak
Seorang pria berjalan di antara reruntuhan gedung-gedung di kawasan al Qaterji, Aleppo yang hancur luluh akibat serangan udara saat pecah pertempuran antara pasukan pemerintah melawan kaum pemberontak..
Foto: Reuters/A.Ismail
Kota membara
Seorang pria berjalan melewati kepulan asap dari sebuah bis yang terbakar, akibat serangan udara di kawasan Salaheddin yang dikuasai pemberontak. Perserikatan Bangsa-bangsa menyatakan, dalam tahun-tahun terakhir, ini adalah serangan terburuk yang pernah dilakukan dalam menghancurkan sebuah kota.
Foto: GettyImages/AFP/A. Alhalbi
Korban cedera dan tewas terus berjatuhan
Pekerja bantuan Suriah bersama warga setempat bergotong royong mengangkut tubuh korban serangan di Salaheddin..
Foto: GettyImages/AFP/A. Alhalbi
Apa yang tersisa?
Usai serangan, warga di distrik Bustan al Qasr memeriksa kerusakan yang terjadi akibat pertempuran dan mencari sesuatu yang masih bisa diselamatkan. Foto diambil anggota Helm Putih.
Foto: Picture-Alliance/dpa/Syrian Civil Defense White Helmets
Lahan pun amblas
Anak-anak melewati lahan yang amblas di kawasan Muyeser setelah pasukan Suriah dan Rusia melancarkan serangan udara.
Foto: picture-alliance/abaca/J. Al Rifai
Lubang menganga
Sebuah gedung masih berdiri tanpa atap dan didingnya berlubang besar akibat serangan udara. Penghuni gedung terpaksa menyingkir, karena bangunan senmacam ini pasti akan jadi sasaran serangan berikutnya.
Foto: picture-alliance/abaca/J. Al Rifai
Kemana mencari air?
Nyaris seluruh infrastruktur di kota kedua terbesaar Suriah itu hancur karena pertempuran sengit. Warga kini kesulitan mendapat air bersih, karena bansyak pipa air bersih hancur terkena ledakan.
Foto: Reuters/A. Ismail
Keluarga yang terporak-poranda
Makin banyak warga terpaksa meninggalkan rumah kediaman mereka yang remuk redam dihantam bom dan tak ada lagi yang tersisa. Keluarga cerai berai dan kota porak poranda.
Foto: Getty Images/AFP/T. Mohammed
Nyawa tak ada harganya
Pekerja bantuan Suriah bersama warga setempat bergotong royong mengangkut jenazah korban serangan tanggal 23 September 2016 di Al Marja. Di ajang pertempuran di Aleppo nyawa manusia nyaris tak ada harganya lagi.
Foto: Getty Images/AFP/A. Alhalbi
Masihkah ada masa depan?
Seorang anak di Tariq al Bab hanya mampu memandangi kerusakan di lingkungan tempat tinggalnya. Sulit membayangkan bagaimana masadepan mereka. Bahkan harapan untuk gencatan senjata-pun kini nyaris musnah.
Foto: Reuters/A. Ismail
10 foto1 | 10
Apakah Trump penuhi janjinya?
Dalam pernyataan pertamanya atas kemenangan Trump di pemilu AS, Assad meningatkan bahwa pemimpin Partai Republik telah mengeluarkan pernyataan menjanjikan atas kebutuhan dalam menggempur kelompok militan di Suriah, namun Assad mempertanyakan kembali: "Bisakah Trump melakukannya?"
Dipertanyakan Assad lewat saluran televisi Portugal yang dirilis oleh televisi negara Suriah: "Bagaimana dengan kekuatan lobi dalam pemerintahan AS?" Pertanyaan itu merujuk pada banyaknya "lobi-lobi dan kekuatan" para lawan Trump dalam pemerintahan yang biasanya dapat mempengaruhi kebjiakan setiap presiden AS.
Amerika Serikat saat ini memimpin sebuah koalisi internasional dalam melakukan serangan udara terhadap IS di Suriah dan Irak. Mereka mendukung pemberontak yang memerangi pemerintah Assad. Pada hari Selasa (15/11), pesawat pemerintah Suriah membom kota yang dikuasai pemberontak yang terkepung di Aleppo untuk pertama kalinya dalam tiga minggu terakhir, demikian informasi dari aktivis.
Sebelumnya, Trump telah menyerang kebijakan AS di berbagai aspek atas konflik Suriah, di mana Amerika Serikat bersekutu dengan Turki dan Arab Saudi, telah membantu kaum pemberontak yang telah berjuang menggulingkan Assad selama lebih dari lima tahun.
Assad: Trump could be 'natural ally'
00:34
Pendekatan dengan Rusia
Dalam sebuah wawancara dengan The New York Times pada bulan Maret, Trump mengatakan, dia berpikir "pendekatan melawan Assad dan (IS) secara bersamaan adalah kegilaan, dan kebodohan". Ditambahkahnnya: "Anda tidak bisa melawan dua orang yang berkelahi satu sama lain, dan melawan mereka bersama-sama. Anda harus memilih satu atau yang lain," kata Trump.
Trump juga telah berjanji untuk meningkatkan hubungan dengan sekutu utama Assad, Rusia. Pada hari Senin (14/11), Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan kontak telepon dengan Trump di mana keduanya berjanji untuk menggabungkan upaya dalam mengatasi terorisme internasional dan ekstremisme.
Trump telah mempertanyakan dukungan AS terhadap kaum pemberontak tersebut, yang tujuannya menumbangkan Assad dari pucuk kekuasaan. "Oleh sebab itulah kini kami tidak yakin, apakah Trump dapat mewujudkan janjinya atau tidak," ujar Assad.
"Inilah mengapa kita harus hati-hati dalam menilainya. Namun, katakanlah jika ia ingin memerangi teroris, tentu saja kita harus menjadi sekutunya. Menjadi sekutu dengan Rusia dan Iran," tandasnya.
ap/vlz (afp/ap)
Tantangan Politik Presiden Baru AS
Siapapun presiden Amerika Serikat yang terpilih, ia harus berhadapan dengan sederet isu politik yang tidak mudah untuk dituntaskan. Berikut daftarnya.
Foto: Reuters/M. Segar
Perang Dingin Jilid Dua
Kebangkitan Rusia bersama Vladimir Putin menjadi tantangan terbesar presiden baru Amerika Serikat. Moskow tidak cuma menyaplok bagian timur Ukraina dan mulai mengancam Eropa, tetapi juga ikut mengusik kepentingan AS di Timur Tengah dan Asia. Apapun isu luar negeri yang bakal dihadapi penguasa baru Gedung Putih, Amerika akan berurusan dengan Rusia.
Foto: Reuters/H. Hanschke
Perang Suriah & Irak
Perang melawan Islamic State berubah menjadi titian panas diplomasi buat AS. Selain Rusia yang aktif di Suriah, Washington mulai kewalahan menghadapi sikap acuh dua sekutunya, Turki dan Arab Saudi. Presiden baru AS nantinya harus mencari jalan tengah untuk mengalahkan ISIS dan mengamankan pengaruhnya di kawasan tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/N. Al.Khatib
Laut Cina Selatan
Presiden Barack Obama pernah mendeklarasikan poros baru di Asia Tenggara buat menghadang ambisi Cina di Laut Cina Selatan. Kini poros tersebut tinggal sejarah. Filipina dan Malaysia, sekutu terdekat AS di kawasan, saat ini telah berpaling dan mendekat ke Beijing. Harapan terbesar Washington saat ini terletak pada Vietnam dan Jepang.
Menurut Perjanjian Iklim Paris, Amerika Serikat berkomitmen mengurangi emisi CO2 sebanyak 28% dari level 2005 pada tahun 2020. Untuk itu presiden baru AS harus memperkuat pondasi ekonomi hijau dan mengekang jejak karbon perusahaan-perusahaan domestik. Langkah tersebut dipastikan bakal mengundang pergolakan di Washington yang dikuasai lobi industri.
Foto: Getty Images/L. Maree
Krisis Pengungsi di Eropa
Hingga saat ini krisis pengungsi hanya menjadi isu abstrak yang cuma digunakan sebagai alat kampanye jelang pilpres. Tapi cepat atau lambat, krisis yang menghinggapi Eropa itu bakal menjadi realita di Amerika Serikat. Presiden Barack Obama sudah berjanji akan menampung hingga 200.000 pengungsi Suriah tahun 2017. Tidak jelas apakah presiden baru akan melanjutkan kebijakan pendahulunya itu.
Foto: Getty Images/M. Turner
Kekerasan Bersenjata
Sebanyak 375 penembakan massal terjadi di AS tahun 2015. Pada tahun yang sama 13,286 orang tewas oleh senjata api. Maraknya tindakan kekerasan bersenjata menjadi isu politik yang sulit ditanggulangi Presiden Barack Obama lantaran posisinya yang melemah oleh dominasi Partai Republik di Kongres dan Senat. Fenomena muram tersebut bakal diwariskan kepada presiden baru AS.
Foto: Reuters
Brutalitas Polisi & Rasisme
Warga kulit hitam berpeluang tiga kali lipat lebih besar untuk menjadi korban penembakan polisi. Statistik yang dirilis Washington Post itu menunjukkan masalah rasisme yang masih mengakar di institusi pemerintahan dan pengadilan. Brutalitas aparat keamanan saat ini tidak cuma memicu ketegangan sosial di AS, tetapi juga merusak citra AS di luar negeri.
Foto: Getty Images/S.Platt
Kemiskinan
Sekitar 14% penduduk dan 20% anak-anak di Amerika Serikat hidup dalam himpitan kemiskinan. Jumlahnya mencapai 50 juta orang. Setiap tahun kemiskinan di AS menciptakan kerugian senilai 500 milyar Dollar AS dalam bentuk potensi produktivitas, kriminalitas dan biaya kesehatan. Presiden baru AS harus menginvestasikan dana senilai 77 milyar Dollar AS per tahun untuk mengatasi masalah tersebut.