AstraZeneca Bantah Tingkat Kemanjuran Vaksinnya Rendah
26 Januari 2021
Raksasa farmasi Inggris-Swedia, AstraZeneca mengatakan laporan media Jerman yang mengklaim vaksin mereka memiliki tingkat kemanjuran 8% pada orang di atas 65 tahun "sepenuhnya tidak benar."
Iklan
Raksasa farmasi AstraZeneca telah menepis laporan media Jerman yang melaporkan bahwa vaksin COVID-19 produksi mereka bersama Universitas Oxford sebagian besar tidak efektif kepada orang yang berusia di atas 65 tahun.
"Laporan bahwa kemanjuran vaksin AstraZeneca-Oxford serendah 8% pada orang dewasa di atas 65 tahun sepenuhnya tidak benar," kata juru bicara AstraZeneca kepada DW dalam pernyataan tertulisnya.
Perusahaan tersebut mengatakan bahwa Komite Bersama Vaksinasi dan Imunisasi Inggris (JCVI) dan Badan Pengatur Produk Kesehatan dan Obat-obatan Inggris (MHRA) mendukung penggunaan vaksin buatan mereka pada kelompok usia tertentu.
"Pada November, kami menerbitkan data di The Lancet yang menunjukkan bahwa lansia menunjukkan respons kekebalan yang kuat terhadap vaksin, dengan 100% orang lansia menghasilkan spike-khusus antibodi setelah dosis kedua," kata juru bicara AstraZeneca.
Tanggapan perusahaan ini menyusul laporan dua surat kabar harian Jerman, Handelsblatt dan Bild. Keduanya mengutip pernyataan pejabat pemerintah Jerman yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca memiliki tingkat kemanjuran yang rendah bagi orang-orang yang berusia di atas 65 tahun.
Bild menyebutkan angkanya "kurang dari 10%," sementara Handelsblatt menyebut 8%.
Lebih lanjut, pejabat tersebut berharap vaksin itu tidak mendapat persetujuan untuk digunakan kepada kelompok usia di atas 65 tahun oleh regulator Badan Obat Eropa sebagai hasilnya.
Bild dan Handelsblatt mengatakan bahwa pemerintah Jerman pada awalnya berencana menggunakan vaksin AstraZeneca untuk orang-orang yang tidak dapat datang ke pusat vaksinasi, karena vaksin tersebut relatif lebih mudah untuk didistribusikan dan disimpan. Tidak seperti vaksin berbasis mRNA seperti yang dibuat oleh BioNTech-Pfizer dan Moderna, vaksin AstraZeneca tidak perlu disimpan pada suhu minus 70 derajat Celcius.
Stella Kyriakides, Komisaris Eropa untuk Kesehatan dan Keamanan Pangan, mengatakan pada Selasa (26/01) bahwa pengembang vaksin harus menjunjung tinggi "tanggung jawab sosial dan kontrak" dalam hal pengiriman vaksin.
AstraZeneca meminta persetujuan peraturan Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) untuk vaksinnya bulan lalu. Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan Jerman mengatakan pada hari Senin (25/01) bahwa dia mengharapkan keputusan dari EMA pada akhir minggu ini.
Menurut jurnal medis Lancet, AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford untuk mengembangkan vaksinnya diklaim mempunyai tingkat efektivitas rata-rata 70%.
rap/pkp (Reuters)
Vaksin Covid-19 yang Sudah Siap Pakai dan Masuki Uji Fase Akhir
Ada 4 vaksin Covid-19 yang sudah berizin dan digunakan secara massal. Efikasinya diklaim antara 70% hingga 95%. Sedikitnya ada 7 kandidat vaksin lainnya yang masuk fase akhir uji klinis dan akan segera diluncurkan.
Foto: H. Pennink/AP Photo/picture-alliance
Vaksin BioNTech/Pfizer dari Jerman
Perusahaan Bio-farmasi BioNTech dari Jerman yang digandeng Pfizer dari AS menjadi yang pertama umumkan sukses memproduksi vaksin anti-Covid-19 yang diberi nama BNT162b2 dengan efektifitas 95%. Vaksinnya sudah mendapat izin. Vaksinasi massal di AS dan Jerman dimulai bulan Desember 2020. Satu-satunya kendala, vaksin harus didinginkan hingga minus 70°C sebelum dipakai.
Foto: SvenSimon/picture alliance
Vaksin Moderna dari Amerika Serikat
Perusahaan Bio-farmasi Moderna dari AS menyusul umumkan sukses dengan vaksin yang diberi nama mRNA-1273 dengan efektifitas 94,5%. Belum lama ini UE izinkan vaksin. Sama dengan BioNTech, vaksin dikembangkan dengan teknologi teranyar berbasis mRNA virus. Keunggulan vaksin Moderna adalah hanya perlu pendinginan minus 30° C dan tahan seminggu dalam lemari pendingin biasa.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/J. Porzycki
Vaksin AstraZeneca/Oxford dari Inggris
Perusahaan farmasi AstraZeneca dari Inggris menjadi yang ketiga umumkan sukses uji coba vaksin yang ampuh 70% hingga 90%. Pengembangan vaksin menggandeng para ilmuwan dari Oxford University. Unsur aktifnya AZD1222 berasal dari gen virus corona yang dilemahkan dan sudah diuji klinis pada 60.000 responden.
Foto: picture-alliance/Flashpic
Vaksin Janssen/Johnson&Johnson dari AS
AS dan Kanada sudah memberikan izin bagi vaksin Johnson & Johnson. Vaksin berasal dari vektor virus yang memicu jawaban imunitas perlindungan tubuh. Disebutkan pemberian satu dosis vaksin mencukupi untuk mengembangkan antibodi pencegah Covid-19.Juga penyimpanan vaksin relatif mudah pada kulkas yang lazim.
Foto: Michael Ciaglo/Getty Images
Vaksin Sinovac dari Cina
Perusahaan farmasi Sinovac Biotech dari Cina sedang menuntaskan fase tiga uji klinis vaksin Covid-19 dengan sekitar 29.000 responden. Uji klinis skala besar dilakukan di Brazil, Indonesia dan Turki. Vaksin dikembangkan dari virus corona yang inaktif.
Foto: Wang Zhao/AFP/Getty Images
Vaksin Sinopharm dari Cina
Perusahaan farmasi lain dari Cina, Sinopharm juga sudah masuki fase tiga uji klinis kandidat vaksinnya pada 55.000 responden. Uji klinis antara lain dilakukan di Uni Emirat Arab, Bahrain, Yordania, Maroko, Peru dan Argentina. Sinopharm menggunakan virus yang inaktif sebagai basis pembuatan vaksinnya.
Foto: picture-alliance/Photoshot/Z. Yuwei
Vaksin Sputnik V dari Rusia
Berdasar klaim sendiri, Rusia menyatakan vaksin Sputnik V buatan Gamaleya ampuh perangi Covid-19. Vaksin yang kini sudah mendapat izin regulasi dari Moskow itu dilaporkan baru melakukan uji klinis fase 1 dan 2 tanpa kejelasan berapa jumlah sampelnya. Vaksinnya berbasis vektor adenovirus manusia yang diizinkan WHO. Penulis: Agus Setiawan