Para astronom sedang mengamati Planet AB Aurigae b yang masih dalam tahapan “kelahiran“. Massanya 9 kali planet Jupiter dan terbentuk dalam proses yang tidak lazim.
Iklan
Planet gas raksasa AB Aurigae b dikategorikan sebagai planet yang masih bayi, sesuai tahapan kehidupan sebuah planet. Ini adalah planet yang masih dalam formasi sangat awal, ketika ditemukan para pakar astronomi. Massanya sembilan kali planet Jupiter, jarak ke bintang induknya sangat jauh, dan membuka tantangan baru terkait pemahaman selama ini tentang bagaimana terbentuknya planet.
Jupiter adalah planet terbesar dalam sistem Tata Surya dengan massa sekitar 320 kali massa planet Bumi. Jupiter punya massa sangat besar di dalam Tata Surya. Bahkan jika semua massa planet yang ada di dalam sistem digabung, bobotnya masih sekitar dua setengah kali lipat total massa planet itu.
Namun, temuan planet gas raksasa AB Aurigae b membuat planet Jupiter seperti balon gas kecil.
"Kami menduga planet ini masih dalam tahapan awal proses kelahirannya,” ujar pakar astrofisika Thayne Currie dari Subaru Telescope and the NASA Ames Research Center kepada Reuters. Currie adalah pimpinan tim penulis riset penemuan planet itu, yang sudah dipublikasikan dalam jurnal Nature Astronomy.
Inilah Siklus Hidup dan Kematian Bintang
03:25
"Bukti menyiratkan, ini adalah tahapan paling awal dari formasi sebuah planet gas raksasa yang pernah diamati,” ujar pakar astrofisika itu. Planet gas raksasa memiliki inti padatan yang kecil, dan terbentuk dari massa gas amat besar, biasanya hidrogen dan helium yang berotasi mengelilingi intinya.
Para peneliti mendeteksi planet gas raksasa itu dengan bantuan dua teleskop, satu berada di Bumi dan yang lainnya berada di orbit Bumi. Masing-masing teleskop terrestrial Subaru, yang berlokasi di puncak sebuah gunung berapi yang tidak aktif di Hawaai dan teleskop antariksa Hubble yang berada di orbiter rendah Bumi.
Seperti lazimnya sebuah planet, AB Aurigae b juga memiliki sebuah bintang induk, yang oleh para peneliti diberi nama AB Aurigae. Bintang ini juga tergolong berusia muda, sekitar dua miliar tahun. Sebagai bandingan, matahari yang jadi bintang induk di Tata Surya berumur sekitar 4,6 miliar tahun, juga tergolong bintang muda.
Biasanya planet berada dalam cakram berisi gas dan debu kosmik yang merupakan ekpansi orbital dari bintang induknya. Planet-planet terbentuk dari materi yang ada dalam cakram kosmik ini, di mana debu kosmis berpusar dan saling bertabrakan membentuk batuan lebih besar.
Begitu normalnya sebuah sistem planet dan bintang induknya tercipta. Namun, ada yang tidak lazim dalam formasi planet gas raksasa AB Aurigae b.
Citra Fantastis Jagad Raya Dari Teleskop Ruang Angkasa Hubble
Teleskop Luar Angkasa Hubble selama lebih 30 tahun mengirimkan gambar-gambar menakjubkan dari sudut terjauh alam semesta. Mari kita lihat kembali beberapa foto-foto terbaiknya.
Foto: NASA/Newscom/picture alliance
Gangguan Komputer Berhasil Diatasi
Teleskop Luar Angkasa NASA, Hubble, tidak dapat mengirim gambar antara 13 Juni sampai 15 Juli 2021. Sistem memori komputer yang rusak telah menghentikan operasi teleskop tersebut. Namun pensiunan ahli NASA berhasil membuatnya berfungsi kembali. Selama lebih dari tiga dekade, Hubble telah mengirimkan gambar menarik dari bintang dan galaksi yang jauh di alam semesta.
Foto: ESA
Pendar Cahaya Bintang Baru Lahir
Bintik-bintik cahaya berwarna biru ini adalah bintang-bintang muda di pusat Nebula Doradus yang disebut kawasan R136. Spektrum warna biru menunjukan bintang muda yang baru berumur beberapa juta tahun. Banyak diantaranya adalah bintang amat masif dengan ukuran 100 kali matahari.
Foto: NASA/ESA/TScI
Jauh Lebih Indah dari 'Star Wars'
Seperti episode "Star Wars" yang tayang di bioskop pada tahun 2015, Hubble mengambil gambar lightsaber kosmik dari kompleks awan Orion B sekitar 1.300 tahun cahaya dari Bumi. Ini adalah lokasi lahirnya sistem bintang. Dua pancaran kosmik yang keluar dari bintang yang baru lahir dan beberapa debu antarbintang membentuk gelombang kejut bercahaya. Hubble selalu mengambil citra yang fantastis.
Foto: NASA/ESA/Hubble
Mata di Luar Angkasa
Sejak 1990, dijuluki raja teleskop luar angkasa, Hubble mengitari orbit bumi pada kecepatan 27.000 km/jam di ketinggian 600 km. Hubble panjangnya 11 meter dan berbobot 11 ton - sebanding dengan berat dan ukuran sebuah bus.
Foto: NASA/Getty Images
Mencari Gelembung Kosmik
Hubble telah membantu kita memahami kelahiran bintang dan planet, memperkirakan usia alam semesta, dan mempelajari sifat ‘Dark Matter’ atau materi gelap. Di sini kita melihat bola gas raksasa yang diciptakan oleh ledakan supernova.
Foto: AP
Sepintas Jejak Warna Ruang Angkasa
Gas yang berbeda memancarkan spektrum warna-warna yang berbeda pula. Merah, misalnya, adalah pertanda adanya unsur belerang. Hijau adalah hidrogen. Dan biru adalah oksigen.
Citra pertama yang dikirimkan Hubble adalah sebuah bencana. Tapi ini karena lensa utamanya memiliki bentuk yang salah. Tahun 1993, Space Shuttle Endeavor membawa para pakar untuk memperbaikinya dan memberikannya 'kacamata baru'. Ini perbaikan pertama dari lima perbaikan yang dijalani teleskop ruang angkasa itu dalam 30 tahun.
Foto: picture-alliance/dpa/Nasa
Taman Kanak-Kanak Luar Angkasa
Hubble mengambil gambar yang menakjubkan ini pada bulan Desember 2009. Titik-titik biru adalah bintang yang sangat muda, hanya beberapa juta tahun umurnya. Ibaratnya taman kanak-kanak bintang ini ditemukan di Awan Magellan Besar, galaksi terdekat dari satelit Bima Sakti kita.
Foto: picture-alliance/dpa/Nasa
Kupu-Kupu Alam Semesta?
Bagaimana dengan potret dari luar angkasa ini? Citra yang terlihat seperti sayap kupu-kupu ini sejatinya pancaran gas berpusar bersuhu lebih 20.000°C. Gas panas ini meluncur di alam semesta dengan kecepatan 1.000.000 km/jam. Gambar ini hanyalah salah satu dari 30.000 lebih citra yang telah dikirimkan teleskop Hubble selama lebih tiga dekade.
Foto: NASA/ESA/ Hubble Heritage Team
Sombrero yang Istimewa
Foto yang hampir translusens ini, seperti kebanyakan potret dari Hubble, merupakan komposisi dari banyak sekali bidikan gambar. Galaksi Sombrero Messier 104 adalah galaksi spiral yang berlokasi di konstelasi Virgo dan berjarak 28 juta tahun cahaya dari Bumi.
Foto: NASA/ESA/ Hubble Heritage Team
Hubble dalam Wujud Manusia
Nama Hubble diambil dari nama ilmuwan AS, Edwin Powell Hubble. Ia merupakan astronom pertama yang mengamati bahwa alam semesta mengalami pemuaian dan penemu hukum Hubble. Ini salah satu hukum dalam astronomi yang menjadi landasan ilmu kosmologi modern untuk memahami Dentuman Besar serta terbentuknya alam semesta.
Foto: picture-alliance/dpa
Pilar-Pilar Kreasi
Struktur berbentuk kolom bak jari tangan di alam seesta ini ditemukan di Eagle Nebula, sekitar 7.000 tahun cahaya dari Bumi. Formasi gas dan debu bintang ini didokumentasikan Hubble dan dikenal di seluruh dunia dengan nama "Pilar-Pilar Kreasi".
Foto: NASA, ESA/Hubble and the Hubble Heritage Team
Blok-Blok Permulaan
Hubble menjadi lebih kuat, sekali lagi. Namun, karena orbitnya terus turun, teleskop diperkirakan kembali memasuki atmosfer bumi pada tahun 2024 dan terbakar. Tapi penggantinya sudah disiapkan: James Webb, di sini sedang diuji di dalam ruang vakum termal. Teleskop dijadwalkan akan diluncurkan tahun ini. Tempat kerjanya akan berada sekitar 1.5 juta kilometer di atas Bumi.
Foto: picture-alliance/dpa/Nasa/Chris Gunn
‘Smiley Face’ di Luar Angkasa
Ini adalah salah satu kreasi Hubble, ‘smiley face’ luar angkasa! Bagaimana penjelasan yang paling mudah? Itu dibuat dengan membengkokkan cahaya. (kp/as)
Foto: PD/NASA/J. Schmidt
14 foto1 | 14
Planet dan bintang induk terpisah sangat jauh
Planet AB Aurigae b dan bintang induknya AB Aurigae diamati terpisah terlalu jauh untuk sebuah sistem planet yang berada dalam orbital cakram debu kosmik seputar bintang untuk bisa membentuk sebuah planet.
Jarak planet AB Aurigae b ke bintang induknya tiga kali lebih jauh dibanding jarak Neptunus ke Matahari. Seperti diketahui, Neptunus adalah planet terluar dalam Tata Surya dengan jarak sekitar 4,5 miliar kilometer dari matahari. Artinya, para pakar astronomi kini mengamati sebuah bintang yang tiga kali lebih jauh dari jarak terjauh normal yang biasanya mereka amati di Tata Surya.
"Proses semacam ini, lazimnya tidak bisa membentuk planet raksasa pada jarak orbital yang sangat jauh. Temuan planet ini menjadi tantangan baru dari pemahaman kami, tentang formasi sebuah planet," kata Olivier Guyon, pakar astronomi di Teleskop Subaru dan di University of Arizona, kepada Reuters.
Para peneliti meyakini planet tersebut kemungkinan terbentuk saat cakram kosmik di sekitar bintang induknya mendingin, gravitasi memicu fragmen materi membentuk massa lebih besar, dan salah satunya menjadi planet gas raksasa.
"Seperti peribahasa, banyak cara memasak telur, kelihatannya ada lebih dari satu bentuk proses di alam semesta, untuk membentuk planet gas raksasa mirip dengan Jupiter,” pungkas pakar astrofisika Currie.