1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Asuransi terhadap Perubahan Iklim?

Kristie Pladson
24 Juli 2021

Kebakaran hutan di Australia, badai salju di Texas, banjir bandang di Eropa: Meningkatnya kemungkinan cuaca ekstrem membuat perusahaan asuransi dan pemilik properti bertanya-tanya bagaimana cara terbaik mengelola risiko.

Dua bersaudara berpelukan setelah kehilangan rumah mereka karena bencana banjir di Altenahr, Jerman
Dua bersaudara berpelukan setelah kehilangan rumah mereka karena bencana banjir di Altenahr, JermanFoto: picture alliance/dpa

Banyak orang di Jerman dikejutkan oleh hujan lebat dan banjir mematikan yang melanda beberapa bagian negara itu pada pertengahan Juli. Setelahnya, ketika pemilik rumah memperhitungkan kerusakan, kejutan kedua bisa terjadi saat mereka mengklaim asuransi.

Asuransi rumah yang standar di Jerman mencakup kerusakan air, namun mencakup kerusahakan yang disebabkan oleh hujan lebat atau banjir alami. Untuk itu pemilik properti perlu asuransi khusus yang disebut "kerusakan elementar".

Perihal yang sama juga terjadi di banyak tempat lain, menimbulkan masalah karena cuaca makin tidak dapat diprediksi. Pemanasan Bumi menyebabkan peningkatan curah hujan, membuat banjir ekstrem lebih sering terjadi.

Asuransi terhadap cuaca buruk "sangat dibutuhkan" sebagai tambahan pada asuransi pemilik rumah standar, kata Sascha Straub, seorang pengacara keuangan yang bekerja untuk sebuah konsultan konsumen di Bayern.

"Kerusakan yang disebabkan oleh banjir sangat besar sehingga pada akhirnya dapat menjadi bencana ekonomi bagi individu tersebut," kata Straub kepada DW. "Dan sekarang kita melihat kemungkinan bahwa itu juga akan mempengaruhi mereka yang belum pernah memperhitungkan banjir sebelumnya."

Biaya untuk perlindungan tambahan ini bervariasi menurut lokasi dan jenis properti, Straub menjelaskan, dan dapat berkisar 30% hingga 300% dari polis asuransi pemilik rumah standar, terlebih bagi properti yang sangat berisiko. Kurang dari setengah pemegang asuransi di Jerman saat ini memiliki asuransi tambahan tersebut.

Siapa yang harus membayar asuransi?

Tidak semua orang siap menerima biaya ini, khususnya mereka yang mungkin tidak membutuhkan.

"Asuransi menjadi kurang menarik bagi rumah tangga atau petani berisiko tinggi ketika premi menunjukkan risiko yang mendasarinya," tulis Komisi Eropa dalam laporan tahun 2018 tentang asuransi dan perubahan iklim. "Meskipun pemegang polis berisiko rendah memiliki insentif yang lebih sedikit untuk mengurangi risiko, tetapi mereka membeli asuransinya karena premi yang terjangkau."

Mereka yang tak terdaftar asuransi sedang bertaruh. Dan jika terjadi bencana alam, negara juga masih bisa diharapkan untuk turun tangan. Pemerintah Jerman telah menjanjikan bantuan cepat kepada mereka yang terkena dampak banjir.

Tetapi mendapatkan bantuan darurat semacam itu bisa menjadi masalah. Di negara bagian Bayen, warga yang mandapat bantuan hanya yang bisa membuktikan bahwa mereka telah mencoba dan gagal mendapatkan klaim asuransi, menurut laporan surat kabar Frankfurter Allgemeine Zeitung. Juga jadi pertanyaan, sejauh mana bantuan tersebut dapat menutupi biaya rekonstruksi yang sangat besar.

Apakah adil untuk membebankan pemilik rumah dengan biaya asuransi terhadap cuaca yang semakin tidak menentu? Ini adalah pertanyaan yang sedang coba dijawab oleh perusahaan asuransi dan regulator.

Iklim yang berubah menimbulkan teka-teki bagi perusahaan asuransi, yang model bisnisnya bergantung pada kemampuan mereka untuk mengukur risiko suatu peristiwa yang terjadi dan menanggung biaya jika itu benar-benar terjadi. Ini berarti mengumpulkan cukup uang premi untuk menutupi biaya klaim. Dan mengelola ini tidak akan sesederhana menaikkan premi untuk mencerminkan risiko yang lebih tinggi.

"Kita berada di dunia di mana risiko semakin meningkat dari hari ke hari karena lebih banyak karbon yang dihasilkan," kata Dickon Pinner, mitra senior di perusahaan konsultan global McKinsey, dalam podcast perusahaannya Reimagine Insurance. "Jadi, memindahkan risiko saja tidak cukup."

Lebih dari 100 orang telah dilaporkan tewas dan banyak yang masih hilang setelah hujan besar dan banjir melanda Eropa Barat, dimana Jerman menanggung beban salah satu bencana alam terbesar dalam beberapa dekade terakhirFoto: Ferdinand Merzbach/AFP/Getty Images

Prospek premi yang tidak jelas

Meningkatnya ketidakpastian cuaca ekstrem membuat perusahaan asuransi lebih sulit untuk menilai risiko. Perhitungan historis tidak lagi menjadi indikator yang dapat diandalkan seperti dulu.

"Sifat risiko iklim yang berubah berarti bahwa kemungkinan peristiwa ini benar-benar terulang di Eropa tengah selama 50 tahun ke depan akan meningkat tujuh kali lipat," kata Antonio Grimaldi, mitra McKinsey lainnya, berbicara di podcast tentang kekeringan parah yang terlihat baru-baru ini di Eropa.

Perubahan ini membuat premi asuransi dalam jangka pendek dan panjang tidak jelas. Kemungkinan kehancuran yang lebih tinggi dapat berarti perusahaan asuransi menaikkan harga untuk mengimbangai peningkatan risiko. Tetapi harga yang terlalu tinggi dapat membuat orang enggan untuk mendapatkan perlindungan tepat pada saat mereka sangat membutuhkannya.

Di sisi lain, kepekaan yang meningkat terhadap risiko perubahan iklim mungkin mendorong lebih banyak orang untuk mengasuransikan properti mereka dari bencana cuaca buruk.

"Semakin banyak orang yang mengambil asuransi, semakin rendah biaya iurannya, dan semakin besar ruang lingkup bagi perusahaan asuransi untuk menghitung premi," kata Straub. Untuk alasan ini, ia percaya asuransi bencana akibat cuaca adalah wajib.

Setelah banjir besar, partai-partai kiri dan kiri-tengah Jerman serta Federasi Organisasi Konsumen Jerman (vzbv) telah menyerukan agar asuransi bencana cuaca dijadikan hal wajib, seperti halnya asuransi kesehatan di Jerman. Mereka menambahkan bahwa itu adalah tugas industri asuransi untuk menyediakan pemilik rumah tawaran yang terjangkau untuk melindungi diri mereka dari cuaca ekstrem.

Pasacabanjir yang memorak-porandakan rumah di Jerman, muncul seruan agar asuransi bencana cuaca dijadikan hal wajibFoto: Olga Tikhomirova/DW

Perusahaan asuransi dapat secara aktif menciptakan masa depan yang baik

Dengan model bisnis yang mengandalkan prediktabilitas, perusahaan asuransi juga dapat menggiring masyakarat untuk melakukan transisi dari sumber energi berbasis karbon, para ahli percaya.

"Pada skala makro, ini tentang alokasi dan realokasi modal besar-besaran," kata Pinner. Perusahaan asuransi dapat memperhitungkan harga dengan penentuan risiko aset yang berhubungan dengan bahan bakar fosil, lanjutnya. 

Dalam laporannya, Komisi Eropa telah menyarankan banyak cara agar industri dapat membantu memulihkan stabilitas. Data dan pengetahuan perusahaan asuransi dapat dimanfaatkan untuk membantu mengembangkan peraturan pembangunan yang lebih baik berdasarkan penilaian mereka terhadap risiko suatu area. Atau, polis asuransi dapat mencakup klausul yang mengharuskan bangunan yang rusak diperbaiki ke standar yang lebih tinggi, agar mengurangi risiko kerusakan di masa depan.

Tetapi sampai perubahan seperti itu diterapkan, orang harus mempersiapkan diri untuk cuaca yang semakin sulit diprediksi.

"Tidak mungkin untuk memperkirakan di mana banjir atau tanah longsor berikutnya akan terjadi," kata Straub. "Siapa pun bisa terdampak. Semakin banyak orang yang ikut asuransi, semakin mudah, dan semakin murah bagi semua orang dalam jangka panjang." (yp/hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait