Atlet senam ritmik Nabila Evandestiera berhasil menggondol satu medali emas dan satu medali perak pada kejuaraan di Berlin. Ia menjadi satu-satunya atlet dari luar Eropa yang berlaga pada olah raga asli Eropa tersebut.
Iklan
Sorak sorai disertai bentangan bendera merah putih dari suporter Indonesia memeriahkan suasana di gedung Olympiapark di Berlin, Jerman. Luapan rasa bangga warga Indonesia di Jerman tersebut terjadi akibat keberhasilan Nabila Evandestiera meraih satu medali emas dan satu medali perak pada kejuaraan 4th Diadem Cup Rhythmic Gymnastics.
Tak hanya berhasil meraih juara, Nabila juga menoreh nama karena menjadi satu-satunya atlet senam ritmik dari luar Eropa yang tampil pada kejuaraan yang berlangsung pada 24-25 November 2018 tersebut. Tak mudah untuk meraih juara pada cabang olah raga yang dikembangkan di Eropa sejak abad ke-18 tersebut.
"Terus terang bagi kami ini tidak mudah. Mengungguli para pesaing dari Eropa pada olah raga yang aslinya dari mereka adalah prestasi luar biasa yang patut disyukuri. Kami bangga bahwa ternyata kita bisa," ungkap Eko Pudjihariyanto, Ketua Umum Persani DKI Jakarta yang mendampingi Nabila.
Perguruan Silat Terbesar di Jerman
Perguruan silat terbesar di Jerman terletak di Berlin. Jurus dan gerakan dalam silat SiGePi diambil dari beberapa aliran pencak silat yang terkenal di Indonesia.
Foto: DW/C. Paramita
SiGePi (Silat Gerak Pilihan) di Berlin
Pendiri SiGePi Institut di Berlin, Octav Setiadji, menggabungkan gerak jurus pilihan yang diambil dari beberapa aliran pencak silat yang terkenal di Indonesia. Setiadji mulai memperkenalkan SiGePi (Silat Gerak Pilihan) pada tahun 1976 di Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Foto: DW/C. Paramita
Bermodalkan Uang Pensiun
Tahun 2011 Octav Setiadji mendirikan SiGePi Institut di daerah Berlin-Steglitz dengan modal uang pensiun dari pekerjaannya di bagian imigrasi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin. Setiadji sempat mendapat kendala dalam mendirikan perusahaan di Jerman dengan paspor Indonesia, namun niatnya untuk mendirikan perguruan silat pertama di Jerman akhirnya terwujud.
Foto: DW/C. Paramita
Duta Budaya Indonesia
Tahun 1981 Octav Setiadji berangkat ke Jerman untuk memperkenalkan pencak silat. "Jangankan pencak silat, Indonesia saja tidak dikenal, mereka tahunya Bali," ungkap Setiadji. Dengan bantuan PPI, Setiadji mendapat ruangan mengajar di TU Berlin dan 60 murid. "Dalam perkembangan selanjutnya Indonesia-nya semakin sedikit, Jerman-nya semakin banyak," lanjut Setiadji yang kini memiliki hingga 600 murid.
Foto: DW/C. Paramita
Foto Zaman Dahulu
Cikal bakal SiGePi Institut tahun 1991 di Berlin berfoto bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Akbar Tandjung, Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Hasjim Djalal, dan Konsul Jenderal Oetaryo.
Foto: DW/C. Paramita
Aliran Pencak Silat di Jerman
Setiap tahun SiGePi Institut menggelar ujian kenaikan sabuk sebagai motivasi belajar untuk bertanding dan kenaikan tingkat. Maret 2014, SiGePi Institut rencananya menggelar kejuaraan se-Jerman. Menurut Octav Setiadji, ada 10 aliran pencak silat di Jerman, seperti Tapak Suci, SiGePi dan Perisai Diri: "Yang penting setiap aliran itu maju dan bagus agar budaya Indonesia digemari orang Jerman."
Foto: DW/C. Paramita
Berawal dari Fight Choreographer
Octav Setiadji juga pernah menjadi Fight Choreographer untuk Perfilman Nasional Indonesia pada tahun 70-an. Ia pernah terlibat dalam 15 produksi film nasional, salah satunya "Si Buta dari Gua Hantu." Setiadji mengaku memanfaatkan kesempatan syuting film untuk belajar dan saling bertukar ilmu dengan para pendekar beladiri baik dari dalam maupun luar negeri.
Foto: DW/C. Paramita
Diplomasi Budaya
Pengurus dan anggota SiGePi Institut berfoto bersama Duta Besar Indonesia untuk Jerman 2009-2013, Eddy Pratomo. SiGePi Institut di Berlin mendapat dukungan KBRI karena dianggap sebagai bentuk diplomasi budaya Indonesia di Jerman. Tahun 2013, mereka sempat tampil di hadapan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat pameran turisme ITB di Berlin.
Foto: DW/C. Paramita
7 foto1 | 7
Mesin diplomasi Indonesia
Dari enam kategori yang diperlombakan, Nabila meraih medali emas untuk kelas Senior kategori Ball ApparatusRhythmic Gymnastics dan medali perak untuk kelas Senior kategori Clubs Apparatus Rhythmic Gymnastics. Ia berhasil mengalahkan lawan-lawannya dari Bulgaria, Latvia, Rusia, Jerman, Spanyol, Republik Ceko dan Cyprus. Bahkan untuk Jerman sendiri, wakil beberapa negara bagian juga menjadi pesaing Nabila, di antaranya tuan rumah Berlin.
Prestasi Nabila pun mendapat apresiasi saat ia dan tim pesenam Indonesia disambut di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin. Ia dianggap memberi harapan baru bahwa Indonesia bisa menjadi icon juara senam ritmik, meskipun cabang olah raga ini berasal dari Eropa.
"Saya ikut bangga dan berterima kasih kepada Nabila. Kamu secara konkrit telah menjadi bagian dari mesin diplomasi. Keberhasilan kamu ini, membantu misi KBRI untuk lebih mengenalkan Indonesia sebagai bangsa berprestasi kepada masyarakat Eropa khususnya Jerman," ungkap Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno.
Pada SEA Games 2017 lalu, Nabila memenangkan dua medali perunggu melalui nomor senam ritmik Hoop Apparatus dan Ball Apparatus. Kini, lewat prestasinya, Nabila dan pesenam Indonesia lainnya telah diundang kembali untuk hadir pada kejuaraan senam ritmik Diadem Cup Rhythmic Gymnastics tahun depan di Belanda.
Semaraknya Malam Indonesia di Konstanz
KBRI Berlin dan KBRI Bern bekerja sama susun strategi promosi budaya dan wisata di kawasan perbatasan. Untuk itu Malam Indonesia diselenggarakan di kota Konstanz (24/11). Konstanz dipilih karena lokasinya yang strategis.
Foto: DW/M. Hirschmann
Konstanz: Berbatasan dengan Swiss, tak jauh dari Austria dan Liechtenstein
Kawasan multinasional ini juga berbahasa Jerman. Malam Indonesia ini didahului dengan sebuah acara workshop bagi 11 tour operator dan agen perjalanan dari Jerman dan Swiss. Tujuannya tak lain untuk mempromosikan Indonesia sebagai destinasi wisata bagi negara negara yang berbahasa Jerman.
Foto: DW/M. Hirschmann
Diramaikan tarian dan musik
Pertunjukan Malam Indonesia sendiri diisi oleh berbagai tarian dan musik Nusantara yang dibawakan oleh WNI dan mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam beberapa grup budaya. Rampak Kendang yang dinamis membuka acara ini. Grup Angklung Orchestra Berlin khusus didatangkan ke Konstanz untuk pertunjukan ini. Sementara tari Saman Ratoeh Jaroe dibawakan oleh kelompok Swadaya Indonesia Muenchen e.V..
Foto: DW/M. Hirschmann
Makanan tradisional
Jeda acara ini diisi dengan menyajikan makan malam kuliner Indonesia. Sate dan Soto Ayam dengan nasi hangat membuat para penonton mengantri dengan tidak sabar.
Foto: DW/M. Hirschmann
Pemenang dapat hadiah tiket
Empat tiket Jerman Indonesia pulang pergi dari Singapore Airlines diberikan bagi dua pemenang undian. Ini merupakan juga strategi dalam mempromosikan pariwisata Indonesia dalam paket kompak yang memadukan elemen advertising, branding dan selling.
Foto: DW/M. Hirschmann
Gabungan modern dan tradisional
Kelompok Balawan Batuan Ethnic Fusion hadir sebagai penutup. Dengan permainan gitar double necknya yang khas, Balawan membuat penonton tidak beranjak dari kursinya hingga acara berakhir.
Foto: DW/M. Hirschmann
Lagu Indonesia dan Internasional
Lagu lagu seperti Cinta Indonesia Kota Baru dan Quando Quando Quando hadir dalam besutan fusion Jazz. Balawan pun berhasil mengajak penonton ikut menari kecak dan poco poco. Penulis: Miranti Hirschmann (Ed.: ml)