1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialBrasil

Aturan Baru Brasil: Platform Digital Wajib Awasi Konten

Emmy Sasipornkarn | Jenipher Camino Gonzalez (sumber: AP, Reuters)
12 Juni 2025

Putusan MA di Brasil membuat perusahaan media sosial terancam denda jika gagal menghapus konten tertentu di platform mereka. Langkah ini memicu kekhawatiran munculnya praktik sensor berlebihan.

Inggris Raya 2018 | Survei tentang Larangan Ponsel di Sekolah
Mahkamah Agung Brasil belum mencapai kesepakatan mengenai jenis konten yang dianggap ilegalFoto: Yui Mok/empics/picture alliance

Mahkamah Agung Brasil memutuskan pada Rabu (11/06) bahwa perusahaan media sosial dapat dimintai pertanggungjawaban atas beberapa jenis konten yang dipublikasikan oleh pengguna di platform mereka.

Keputusan ini berpotensi membuka jalan bagi pengenaan denda terhadap perusahaan yang tidak menghapus unggahan pengguna tertentu di Brasil.

Mayoritas tipis, yaitu enam dari sebelas hakim Mahkamah Agung, mendukung putusan tersebut. Namun, mereka belum mencapai kesepakatan mengenai jenis konten apa saja yang akan dianggap ilegal.

Isu regulasi media sosial semakin mendesak di Brasil setelah kerusuhan 8 Januari 2023, ketika para pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro menyerbu gedung-gedung pemerintah di ibu kota, Brasília.

Ancaman terhadap kebebasan berekspresi

Meskipun putusan Mahkamah Agung Brasil dipuji karena memperkuat tanggung jawab hukum platform digital, sejumlah pengamat memperingatkan bahwa langkah ini juga bisa membuka jalan bagi praktik sensor berlebihan. Tanpa definisi yang jelas mengenai jenis konten yang dianggap ilegal, platform mungkin akan memilih untuk menurunkan konten secara masif demi menghindari sanksi hukum.

"Dalam upaya melindungi ruang digital dari konten berbahaya, kita jangan sampai melemahkan kebebasan berpendapat,” kata Camila Rocha, peneliti di Pusat Studi Media dan Demokrasi São Paulo. "Platform bisa terdorong melakukan overblocking, menghapus konten yang sebenarnya sah atau penting secara sosial karena takut terkena denda.”

Kekhawatiran ini semakin menonjol karena hakim dalam putusan tersebut belum mencapai konsensus tentang kategori konten apa yang secara hukum dianggap ilegal. Hal ini meninggalkan ruang abu-abu yang cukup besar bagi perusahaan untuk menafsirkan sendiri apa yang harus dihapus.

Pengamat memperingatkan bahwa tanpa batasan dan sistem kontrol yang jelas, platform bisa menjadi "penyensor swasta” yang menentukan sendiri apa yang layak dikatakan di ruang publik digital.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Kapan putusan ini berlaku?

Proposal hukum terkait media sosial ini akan resmi menjadi undang-undang setelah seluruh hakim selesai memberikan suara. Masih ada empat hakim yang belum memberikan suara.

Secara teknis, hakim yang telah memberikan suara masih bisa mengubah pilihan mereka, namun hal tersebut jarang terjadi.

Sejauh ini, hanya satu hakim Andre Mendonça yang menyatakan tidak setuju untuk mengubah undang-undang yang berlaku saat ini. Suaranya diumumkan minggu lalu.

Mendonça menekankan bahwa kebebasan berpendapat di media sosial penting untuk memastikan adanya publikasi informasi guna "mengawasi dan meminta pertanggungjawaban lembaga publik yang berkuasa, termasuk pemerintah, elit politik, dan juga platform digital."

Undang-undang yang berlaku saat ini menyatakan bahwa perusahaan media sosial hanya dapat dimintai pertanggungjawaban atas konten pihak ketiga di platform mereka jika mereka tidak menghapus konten tersebut setelah adanya perintah pengadilan.

Sejalan dengan tren global, tapi tantangan tetap ada

Putusan Mahkamah Agung Brasil ini mencerminkan tren global yang makin mendorong akuntabilitas platform digital, mengikuti jejak regulasi seperti Digital Services Act (DSA) di Uni Eropa yang mengharuskan platform untuk menangani konten ilegal secara cepat dan transparan.

Namun, Brasil menghadapi tantangan besar dalam implementasinya. Selain keterbatasan infrastruktur digital dan kapasitas moderasi lokal, proses hukum dan politik di negara tersebut juga menambah kompleksitas. Sampai saat ini, putusan belum bersifat final karena masih menunggu empat suara hakim lainnya. Selain itu, perumusan teknis di parlemen, seperti definisi konten ilegal, batas tanggung jawab, dan mekanisme banding, belum ditetapkan.

Lucas Carvalho, analis kebijakan digital di Fundação Getulio Vargas, mengatakan "Brasil mengambil langkah penting menuju regulasi digital yang lebih bertanggung jawab. Tapi jika tidak dirancang secara hati-hati, kebijakan ini bisa menciptakan celah hukum atau bahkan memperburuk ketimpangan kekuasaan antara negara, platform, dan pengguna.”

Ia menambahkan bahwa proses selanjutnya perlu melibatkan masyarakat sipil dan pakar independen untuk memastikan keadilan, transparansi, dan perlindungan hak asasi manusia dalam ekosistem digital Brasil.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Rahka Susanto

Editor: Prihardani Purba

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait