Menampilkan simbol Nazi di hadapan publik dilarang di Jerman dan bisa diganjar sanksi sampai tiga tahun penjara. Tapi aturan pelarangan itu sering membingungkan.
Iklan
UU Jerman melarang penampilan simbol-simbol NAZI, SS dan swastika dihadapan publik. Juga penjualan barang-barang itu, serta penghormatan gaya NAZI di depan umum dilarang. Tapi simbol-simbol itu disa ditunjukkan jika digunakan untuk "pendidikan kewarganegaraan, kegiatan menentang tindakan anti-konstitusional, kegiatan seni dan sains, penelitian dan pendidikan, cakupan peristiwa bersejarah, atau tujuan serupa," demikian disebutkan dalam UU itu. Inilah yang sering membingungkan publik.
Film arahan Quentin Tarantino berjudul "Inglourious Basterds" (foto artikel) yang dibintangi Brad Pitt misalnya bisa didistribusikan di Jerman, sekalipun adegannya menampilkan simbol swastika dan simbol Nazi lainnya.
Tapi sampai minggu lalu, video game Wolfenstein di Jerman dilarang menampilkan foto-foto Hitler dan simbol NAZI. Karena itu, edisi Wolfenstein yang beredar di Jerman berbeda dengan versi internasionalnya.
Minggu yang lalu, Lembaga Pengawasan Piranti Lunak Hiburan Unterhaltungssoftware Selbstkontrolle (USK), mengubah regulasinya dan memperlakukan video game sama dengan film hiburan.
Bagaimana dengan media sosial?
Memposting gambar dengan swastika atau slogan Nazi di media sosial merupakan pelanggaran hukum di Jerman. Bulan Maret lalu, seorang pria berusia 45 tahun dijatuhi hukuman tiga bulan penjara setelah ia berulang kali memposting gambar seorang pria bertopeng dengan tato swastika dan simbol Nazi lainnya di Facebook.
Tapi di media sosial juga ada pengecualian. Memposting gambar swastika sebagai satir atau lelucon atau sebagai ilustrasi berita tidak dianggap pelanggaran hukum. Posting-posting itu dianggap tidak merupakan dukungan untuk "organisasi anti-konstitusional".
Apakah menyimpan simbol NAZI dan swastika ilegal?
Meskipun menampilkan simbol-simbol NAZI dilarang, Jerman membolehkan orang memiliki barang bersimbol swastika, SS dan lainnya, selama mereka memastikan bahwa hanya sejumlah kecil orang yang dapat melihatnya. Jadi orang misalnya bisa memiliki gudang kecil dan mengoleksi bendera NAZI dan simbol-simbol lainnya.
Bagaimana kalau memiliki bendera NAZI di rumah dan terlihat dari luar lewat jendela? Beberapa ahli hukum menganggap itu boleh saja, ahli yang lain mengatakan itu ilegal.
Menjual barang dengan simbol Nazi dilarang, tetapi ada pengecualian untuk memorabilia NAZI atau SS, dengan syarat simbol-simbolnya tidak diperlihatkan kepada publik. Artinya, helm SS bisa dijual di pasar lak, asal simbol SS ditutupi misalnya dengan tempelan kertas atau kain hitama. Tapi itu hanya berlaku untuk barang-barang yang diproduksi sampai 1945: Menjual seragam militer NAZI misalnya, tidak diizinkan.
Seniman Graffiti di Berlin Melawan Simbol Nazi di Dinding
Seniman Graffiti Berlin Ibo Omari terganggu dengan banyaknya gambar-gambar simbol Nazi yang dibuat pendukung ekstrem kanan. Dia lalu menggagas "PaintBack", proyek graffiti menutupi simbol-simbol itu dengan lukisan baru.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Kembowski
Ibo Omari, terganggu dengan gambar-gambar simbol Nazi
Seniman graffiti di Berlin ini merasa terganggu dengan munculnya gambar-gambar simbol Nazi yang dibuat pendukung ekstrem kanan di daerah tempat tinggalnya.
Foto: Reuters/H. Hanschke
Paintback: Merebut lagi ruang-ruang dinding dari tangan ekstrem kanan
Ibo Omari lalu menggagas proyek Paintback. Idenya: menutupi gambar-gambar simbol Nazi dengan gambar lain, sehingga simbol itu menghilang.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Kembowski
Makin banyak simbol Nazi bertebaran
Dengan masuknya arus pengungsi dari kawasan perang di Timur Tengah, makin banyak pula simbol Nazi muncul di Berlin.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Kembowski
Menciptakan simbol baru
Proyek seni Paintback berusaha mengembalikan tembok menjadi kanvas lukisan-lukisan lucu dan mencerahkan, bukan tempat untuk simbol-simbol politik radikal.
Foto: Legacy BLN - Graffiti Culture & Art Tools
Dari lambang swastika Nazi jadi gambar burung hantu
Dengan menggambari simbol-simbol Nazi yang disebar pendukung ekstrem kanan, para seniman ingin unjuk diri dan menegaskan kehadiran mereka sebagai penjaga perdamaian.
Foto: Legacy BLN - Graffiti Culture & Art Tools
Mengajak anak-anak melukis graffiti
Di proyek Paintback, anak-anak bisa belajar melukis graffiti. Pesertanya berusia 9 sampai 14 tahun. Mereka melihat dulu foto-foto simbol Nazi yang ada di tembok, lalu mengembangkan ide sendiri, gambar apa yang mau dilukis di atas simbol Nazi itu.
Foto: Legacy BLN - Graffiti Culture & Art Tools
Jadi sorotan internasional
Graffiti anak-anak Paintback ternyata menjadi perhatian media-media internasional. Sebuah video pendek yang memperkenalkan gambar-gambar mereka dalam waktu singkat mendapat perhatian dari ratusan ribu orang. Beritanya juga muncul di koran bergengsi "New York Times".
Proyek Paintback membuktikan, langkah sederhana pun cukup untuk berkiprah menentang ideologi ekstrem kanan. Dan hal itu bisa dilakukan oleh tua dan muda.
Foto: Reuters/H. Hanschke
8 foto1 | 8
Siapa yang memutuskan dan apa hukumannya?
Dalam kasus-kasus kontroversi, pengadilan akan memutuskan apakah penggunaan simbol NAZI memiliki manfaat pendidikan, ilmiah, jurnalistik atau artistik. Salah satu keputusan pengadilan paling disorot adalah keputusan penggunaan swastika dari tahun 2007 oleh Pengadilan Federal.
Ketika itu seorang aktivis anti NAZI dikenakan sanksi denda 3600 Euro oleh pengadilan lokal karena menjual dagangan anti NAZI di Internet dengan menampilkan simbol swastika. Tapi dalam proses banding, Pengadilan Federal menyatakan aktivis itu tidak bersalah. Bagaimanapun, keputusan hakim di pengadilan sering kali berbeda untuk kasus-kasus serupa dan sering malah kontradiktif.
Sanksi yang dijatuhkan adalah denda uang atau sampai tiga tahun penjara. Sedangkan untuk hasutan kebencian terhadap orang-orang dari ras atau agama tertentu – bisa dituntut sampai lima tahun penjara. Delik ini termasuk juga penyangkalan Holocaust.
Nasib Seni di Era Hitler
Sebelum ia berkuasa, Adolf Hitler adalah seorang pelukis. Saat ia memimpin Nazi, ia pun mengelompokkan karya seni sesuai seleranya. Karya yang dibencinya dilabeli sebagai "seni yang tak bermoral" dan disita dari museum.
Foto: picture-alliance/akg-images
Seni yang Bobrok
Karya seni modern yang gaya, subjek, dan senímannya tidak disetujui
Adolf Hitler dan kaum Sosialis Nasionalis dicap sebagai 'seni yang bobrok'. Dari tahun 1937, Nazi menyita karya seni semacam itu dari museum-museum di Jerman. Pameran keliling untuk "seni yang bobrok" digelar sebagai bahan olokan di publik. Menteri propaganda Joseph Goebbels dan Hitler menghadiri pameran di München (foto).
Foto: picture-alliance/dpa
Karya Seni Hilter
Hitler sangat menyukai karya seni era Romantisme dan karya abad ke-19. Ia paling suka pemandangan bernuansa damai khas pedesaan. Koleksi pribadinya adalah karya seni milik Cranach, Tintoretto dan Bordone. Mengikuti jejak tokoh idolanya Raja Bavaria Ludwig I. dan Frederick the Great, Hitler juga ingin menggelar pameran seni sesudah pensiun, di "Museum Führer" yang terletak di kota Linz, Austria.
Foto: picture-alliance/Everett Collection/Actual Films
Membuang karya seni
Nazi bukanlah pihak pertama yang menekan para seniman, namun mereka mengambil langkah yang lebih jauh dengan melarang karya mereka ditampilkan di museum. Pada tahun 1937, pihak berwenang memiliki lebih dari 20.000 karya seni yang dikeluarkan dari 101 museum milik negara Jerman. Apa pun yang menurut Nazi tidak 'memperbaiki moral' warga Jerman akan diasingkan.
Foto: Victoria & Alber Museum
Koleksi Nasional Hitler
Karya seni abstrak tidak mendapat tempat pada "koleksi nasional" Hitler. Pada saat "Pameran Seni Jerman Besar" digelar di München, 18 Juli 1937, karya yang dipajang hanya lukisan bergaya tradisional, bernuansa sejarah, dan gambar telanjang. Ketika karya mampu menggambarkan suasana persis seperti kondisi sebenarnya, maka karya tersebut semakin indah di mata Führer.
Foto: Bundesarchiv, Bild 183-C10110/CC-BY-SA
Karya seni apa yang dianggap bobrok?
Bahkan orang-orang di lingkaran terdekat Hitler tidak yakin seniman mana yang disetujui Sang 'Führer'. "Pameran Seni Terhebat Jerman" 1937 dan pameran "Seni Bobrok" yang digelar di München, setidaknya membawa sedikit kejelasan. Yang menarik perhatian Hitler adalah seniman pada periode modern seperti Max Beckmann, Otto Dix, Wassily Kandinsky, Paul Klee, Ernst Ludwig Kirchner dan Max Pechstein.
Foto: picture-alliance/akg-images
Menebar kebencian lewat pameran
Untuk pameran "Seni yang Bobrok", ada sekitar 650 karya seni yang disita dari 32 museum di Jerman. Pameran tersebut disandingkan dengan sketsa karya orang-orang cacat mental dan diperlihatkan bersamaan dengan foto orang lumpuh. Tujuannya: untuk memprovokasi kebencian dan keengganan di antara pengunjung. Lebih dari dua juta pengunjung melihat pameran tersebut dalam tur keliling di berbagai kota.
Foto: cc-by-sa/Bundesarchiv
Dasar hukum
"Undang-Undang Penyitaan Karya Seni yang Bobrok" yang diterbitkan tanggal 31 Mei 1938 menjadi dasar hukum bagi negara untuk menyita karya seni tanpa perlu ganti rugi. Karya seni tersebut dianggap sebagai sumbangan untuk mengisi pundi negara. Saat ini, seni yang dulunya dilabeli sebagai "karya bobrok" oleh Nazi dapat diperdagangkan secara bebas.
Foto: CC by Österreichische Nationalbibliothek
Memperjualbelikan "karya seni yang bobrok"
Seni yang telah disita akan dibawa ke fasilitas penyimpanan di Berlin dan Istana Schönhausen. Banyak karya yang dijual oleh empat pedagang seni era Hitler: Bernhard A. Böhmer, Karl Buchholz, Hildebrand Gurlitt, dan Ferdinand Möller. Pada tanggal 20 Maret 1939, terjadi kebarakan di Berlin. Sekitar 5.000 artefak yang tidak terjual hangus terbakar. Peristiwa itu disebut sebagai "latihan".
Lebih dari 21.000 karya seni yang dicap "seni yang bobrok" disita selama Hilter berkuasa. Namun angka karya seni yang terjual di pasaran berbeda-beda, berkisar
6.000 hingga 10,000. Sebagin lainnya dihancurkan atau hilang. Ratusan karya seni belakangan ditemukan di apartemen milik Cornelius Gurlitt, putra dari ahli sejarah seni ternama di Jerman.