Australia Berencana Produksi 100 Juta Dosis Vaksin per Tahun
14 Desember 2021
Pemerintah Australia dan produsen vaksin asal AS, Moderna, sepakat membangun pabrik yang akan memproduksi jutaan dosis vaksin setiap tahun untuk potensi pandemi di masa depan dan juga masalah kesehatan musiman.
Iklan
Pemerintah Australia mengatakan pada hari Selasa (14/12) bahwa mereka berencana untuk mulai memproduksi vaksin mRNA di dalam negeri dengan pabrik baru yang dapat menghasilkan hingga 100 juta dosis setiap tahun.
Pabrik baru akan dibangun di negara bagian Victoria dalam kemitraan antara produsen vaksin asal Amerika Serikat (AS), Moderna, dan pemerintah federal dan negara bagian. Diperkirakan pabrik akan mulai beroperasi pada tahun 2024. Pabrik ini akan jadi salah satu fasilitas produksi vaksin terbesar di luar AS dan Eropa.
Pengumuman ini muncul ketika angka kasus COVID-19 di Sydney dan sekitarnya melonjak, yang sebagian dikarenakan varian Omicron. Dalam 24 jam terakhir, negara bagian New South Wales melaporkan lebih dari 800 kasus baru COVID-19, yang menjadikan angka tersebut angka harian tertinggi dalam lebih dari dua bulan terakhir.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan bahwa adalah kepentingan nasional negara itu untuk memproduksi vaksin secara lokal.
"Vaksin mRNA telah terbukti, menurut saya, penemuan ilmiah terbesar selama pandemi ini," kata Morrison. "Dan itu berarti bahwa mereka adalah bagian besar dari masa depan vaksin, tidak hanya di sini di negara ini, tetapi di seluruh dunia."
Iklan
Pabrik vaksin masa depan
Lebih lanjut Morrison mengatakan bahwa pabrik itu nantinya akan memproduksi vaksin untuk potensi pandemi di masa depan dan juga masalah kesehatan musiman seperti flu. Dia mengatakan vaksin yang diproduksi secara lokal dapat membantu tidak hanya Australia, tetapi juga kawasan Pasifik, yang telah dipasok oleh Australia.
Morrison tidak merinci berapa nilai kesepakatan yang dicapai pihaknya dengan Moderna, tetapi media Australia melaporkan kesepakatan itu bisa bernilai sekitar US$1,43 miliar (Rp20 triliun).
Moderna pada Oktober lalu mengatakan bahwa pihaknya berencana menginvestasikan hingga US$500 juta (Rp7 triliun) untuk membangun pabrik di Afrika untuk membuat hingga 500 juta dosis vaksin mRNA setiap tahun, termasuk vaksin COVID-19.
Presiden Asosiasi Medis Australia Omar Khorshid mengatakan vaksin buatan lokal akan menjadi tambahan yang signifikan untuk stok dunia selama pandemi di masa depan.
"Ini adalah berita bagus, tidak hanya untuk pengelolaan pandemi ini, tetapi untuk cakrawala luas yang dimiliki teknologi mRNA dalam hal mengobati penyakit lain yang tidak kami sangka dapat diobati dengan vaksin, seperti kanker," ungkap Khorsid dilansir kantor berita Associated Press.
Vaksinasi COVID-19 Hingga ke Daerah Terpencil di Dunia
Tim medis menempuh perjalanan panjang dan sulit untuk memvaksinasi orang-orang di seluruh dunia. Pekerjaan itu membawa mereka melintasi pegunungan dan sungai, menaiki pesawat, perahu, bahkan juga berjalan kaki.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Mendaki gunung
Dibutuhkan fisik yang bugar bagi tenaga medis untuk memvaksinasi penduduk di daerah pegunungan di tenggara Turki. "Orang sering tinggal berdekatan dan infeksi bisa menyebar dengan cepat," kata Dr. Zeynep Eralp. Orang-orang di pegunungan tidak suka pergi ke rumah sakit, jadi "kita harus pergi ke mereka," tambahnya.
Foto: Bulent Kilic/AFP
Melintasi daerah bersalju
Banyak orang lanjut usia tidak dapat melakukan perjalanan ke pusat vaksinasi. Di Lembah Maira di Alpen Italia barat, dekat perbatasan dengan Prancis, dokter mendatangi rumah ke rumah untuk memberi suntikan COVID-19 kepada penduduk yang berusia lebih dari 80 tahun.
Foto: Marco Bertorello/AFP
Penerbangan ke daerah terpencil
Dengan membawa botol berisi beberapa dosis vaksin, perawat ini sedang dalam perjalanan ke Eagle, sebuah kota di Sungai Yukon di negara bagian Alaska, AS, daerah dengan penduduk kurang dari 100 orang. Masyarakat adat diprioritaskan dalam banyak program imunisasi.
Foto: Nathan Howard/REUTERS
Beberapa warga perlu diyakinkan
Setiap hari, Anselmo Tunubala keluar masuk pemukiman di pegunungan Kolombia barat daya untuk meyakinkan warga tentang pentingnya vaksinasi. Banyak warga meragukan vaksin dan cenderung mengandalkan pengobatan tradisional, serta bimbingan para pemuka agama.
Foto: Luis Robayo/AFP
Jalan kaki selama berjam-jam
Pria dan wanita dalam foto di atas berjalan hingga empat jam untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 di desa terpencil Nueva Colonia di Meksiko tengah. Mereka adalah penduduk asli Wixarika, atau lebih dikenal dengan nama Huichol.
Foto: Ulises Ruiz/AFP/Getty Images
Vaksinasi di sungai
Komunitas Nossa Senhora do Livramento di Rio Negro di Brasil hanya dapat dijangkau melalui sungai. "Cantik! Hampir tidak sakit," kata Olga Pimentel setelah disuntik vaksin. Dia tertawa dan berteriak "Viva o SUS!" - "panjang umur pelayanan kesehatan masyarakat Brasil!"
Foto: Michael Dantas/AFP
Hanya diterangi cahaya lilin
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menentang vaksinasi COVID-19. Namun, di sisi lain kampanye itu telah berjalan. Penduduk asli keturunan budak Afrika, termasuk di antara yang kelompok pertama yang divaksinasi. Raimunda Nonata yang tinggal di daerah tanpa listrik, disuntik vaksin dibantu penerangan cahaya lilin.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Rela mendayung jauh
Setelah vaksinasi, seorang wanita tua dan putrinya mendayung menjauhi Bwama, pulau terbesar di Danau Bunyonyi di Uganda. Pemerintah negara Afrika tengah sedang mencoba untuk memasok daerah terpencil dengan vaksin COVID-19.
Foto: Patrick Onen/AP Photo/picture alliance
Medan yang berat
Perjalanan lain melintasi perairan tanpa perahu. Dalam perjalanan menuju desa Jari di Zimbabwe, tim medis harus melewati jalan yang tergenang air. Menurut badan kesehatan Uni Afrika, CDC Afrika, kurang dari 1% populasi di Zimbabwe telah divaksinasi penuh.
Foto: Tafadzwa Ufumeli/Getty Images
Dari rumah ke rumah
Banyak orang di Jepang tinggal di desa terpencil, seperti di Kitaaiki. Warga yang tidak bisa ke kota, dengan senang hati menyambut dokter dan tim medis di rumah mereka untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19.
Foto: Kazuhiro Nogi/AFP
Barang yang sangat berharga
Indonesia meluncurkan kampanye vaksinasi pada Januari 2021. Di Banda Aceh, tim medis melakukan perjalanan menggunakan perahu ke pulau-pulau terpencil. Vaksin di dalam kotak pendingin merupakan barang yang sangat berharga sehingga perjalanan tim medis didampingi petugas keamanan.
Foto: Chaideer Mahyuddin/AFP
Tanpa masker dan tidak menjaga jarak
India menjadi negara terdampak parah pandemi COVID-19. Pada pertengahan Maret 2021, petugas medis mendatangi desa Bahakajari di Sungai Brahmaputra. Sekelompok wanita mendaftar untuk mendapatkan vaksin. Tidak ada yang memakai masker atau menjaga jarak aman. (ha/hp)
Foto: Anupam Nath/AP Photo/picture alliance
12 foto1 | 12
Negara mana saja yang akan memproduksi vaksin mRNA secara lokal?
Dikutip dari Reuters, Korea Selatan yang memiliki kesepakatan dengan Moderna untuk menyediakan pekerjaan pembotolan untuk vaksin COVID-19 mereka, juga berusaha menarik pembuat vaksin mRNA asal AS tersebut untuk memulai produksi lokal.
Sebelumnya pada bulan Mei, produsen vaksin asal Jerman, BioNtech, mengumumkan rencana untuk mendirikan pabrik baru di Singapura yang akan memiliki perkiraan kapasitas tahunan beberapa ratus juta dosis vaksin mRNA yang akan beroperasi pada tahun 2023 mendatang.
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Moderna dan Pfizer-BioNTech menggunakan teknologi mRNA (messenger ribonucleic acid), suatu teknik genetika khusus yang dibuat dengan memberikan suatu potongan protein spike yang biasa terletak di permukaan luar virus. Setelah vaksin disuntikkan, sistem kekebalan tubuh akan merespon dan menciptakan antibodi terhadap protein spike. Sistem kekebalan tubuh akan merespon dan mengenalinya sebagai penghuni asing dan bersiap menyerang agar tidak terjadi infeksi. Demikian, vaksin akan memicu reaksi kekebalan tubuh layaknya virus yang dilemahkan pada vaksin.