Australia Ingin Ekspor Listrik Hijau ke Asia Tenggara
15 Maret 2022
Dua manusia terkaya Australia ingin memasok Singapura dan Indonesia dengan listrik ramah lingkungan. Proyek ambisius ini menyaratkan pembangunan taman surya terbesar di dunia dan pemasangan kabel laut sepanjang 5.000 km.
Iklan
Rencana mengekspor listrik hijau melalui kabel laut dirintis oleh perusahaan Australia Sun Cable. Kini, dukungan finansial datang dari pengusaha tambang, Andrew Forrest, dan pengusaha software Australia, Mike Cannon-Brookes.
Kedua manusia terkaya di Australia itu mengumumkan bakal memadukan modal sebesar USD 152 juta untuk Sun Cable. Tidak jelas seberapa besar kontribusi atau keterlibatan kedua miliarder di dalam proyek yang ditaksir bakal menghabiskan USD 14,5 miliar itu.
Rencananya, pada 2027 Sun Cable akan mulai mengekspor listrik dari taman surya raksasa di Northern Territory, melalui kabel bawah laut sepanjang 5.000 km ke Singapura dan Indonesia.
Jiran Indonesia itu diprediksi akan mampu menyerap 15 persen kebutuhan energinya dari Sun Cable. Sementara Indonesia, September 2021 silam, memberi izin cepat bagi survey bawah laut, karena dijanjikan akan mendapat jatah investasi senilai USD 2,5 miliar.
Energi Surya di Lokasi yang Tidak Biasa
Dari luar angkasa hingga ransel olahraga, modul sel surya dapat digunakan hampir di mana saja. Berikut adalah beberapa lokasi tidak lumrah yang ternyata dapat memproduksi listrik bersih dari energi matahari.
Foto: picture-alliance/J. Heeneman
Katamaran surya dalam tur keliling dunia
"Catamaran Race for Water" adalah kapal pesiar dengan pembangkit tenaga surya terbesar di dunia dan beroperasi sepenuhnya tanpa bahan bakar fosil. Modul sel surya di dek kapal menyuplai energi ke motor listrik dan mengisi baterai untuk kebutuhan di malam hari. Tidak menggunakan tiang dan layar, kapal pesiar menggunakan layang-layang yang bisa dikendalikan.
Foto: Race for Water/Peter Charaf
Modul dalam perjalanan
Gembala di Turki ini mengisi daya ponselnya dengan modul sel surya portabel. Modul portabel seperti ini populer di kalangan penjelajah alam bebas. Panel sel surya juga tersedia untuk ransel atau tenda. Mereka yang melakukan perjalanan namun dari jaringan listrik, kini lebih siap untuk hadapi keadaan darurat.
Foto: Halil Fidan/AA/picture alliance
Terbang tanpa bahan bakar fosil
Pesawat "Solar Impulse" terbang keliling dunia dalam beberapa tahapan dan sama sekali tanpa menggunakan bahan bakar fosil. Sel surya di badan pesawat dan sayap memberi daya pada mesin dan mengisi baterai pesawat. Dengan penerbangan keliling dunia, pionir penerbangan ini mempromosikan energi matahari dan menunjukkan apa yang mungkin dilakukan.
Foto: Solar Impulse/Revillard/Rezo.ch
Di luar angkasa dengan layar surya
Sel surya memungkinkan penerbangan luar angkasa yang lebih lama. Modul sel surya dapat dibuka di luar angkasa seperti di ISS atau satelit dan kapsul tak berawak. Para peneliti bahkan merancang taman sel surya di luar angkasa. Wahana eksplorasi matahari telah terbang hingga ke Jupiter. Namun, radiasi matahari di sana 25 kali lebih lemah daripada di orbit Bumi karena matahari sangat jauh.
Foto: NASA SPACEX/HO/dpa/picture alliance
Panggilan telepon bertenaga matahari pertama
Pada tahun 1955, modul sel surya perdana dipasang di negara bagian selatan AS untuk memberikan penguatan daya ke jaringan telepon. Setelah itu menyusul terobosan teknologi untuk perjalanan luar angkasa. Sejak itu, energi surya telah digunakan untuk hampir semua aplikasi energi.
Foto: AP Images/picture alliance
Revolusi energi matahari di bidang pertanian
Bekerja di ladang memang melelahkan. "Farmdroid" robot digerakan energi surya dari Denmark ini bekerja mandiri, otomatis dan tanpa merusak lingkungan. Robot dapat menabur bibit tanaman dan menyiangi gulma. Robot tidak butuh hari libur. Energinya berasal dari modul sel surya di atap dan dikendalikan dengan GPS.
Foto: Nikolai Tuborg/Farmdroid
Energi di atas air
Para pekerja ini bangga dengan pembangkit listrik tenaga surya terapung pertama di Kenya. Instalasi memasok listrik untuk pertanian bunga di bagian utara ibu kota Nairobi. Modul sel surya dipasang pada ponton khusus. Di lokasi lain, modul sel surya terapung di danau terkadang digabungkan dengan budidaya ikan.
Foto: ecoligo GmbH
Memasok energi pulau dengan panel surya di laut
Tahun 2019, panel surya terapung dibangun di laut di Maldives untuk memproduksi listrik buat tempat wisata. Sistem berkapasitas 680-kilowatt memang kecil, tetapi sejauh ini jadi salah satu instalasi sel surya terbesar di laut. Penelitian masih dilakukan untuk pembangkit di lepas pantai karena badai, gelombang kuat dan air asin menyerang modul lebih ganas dibanding di lokasi air tawar.
Foto: Swimsol
Listrik untuk semua
Tidak ada jaringan listrik di desa Tukul di Sudan Selatan. Tapi panel sel surya sekarang memproduki listrik secara lokal untuki ponsel dan lampu. Kemiskinan energi adalah masalah besar. Tahun 2016, di seluruh dunia 840 juta orang tidak punya akses listrik. Jumlahnya diharapkan turun menjadi 650 juta pada tahun 2030, terutama berkat modul sel surya yang terdesentralisasi.
Foto: picture-alliance/J. Heeneman
Memanen sinar matahari di pegunungan tinggi
Muttsee dekat Basel adalah reservoir tertinggi di Swiss. Sebuah instalasi panel surya raksasa dipasang di dinding bendungan. Menghasilkan listrik berlimpah, terutama di musim dingin, karena modul lebih efisien dalam cuaca dingin dan salju memantulkan tambahan sinar matahari. Sinar matahari jauh lebih kuat di ketinggian, karena kabut tetap berada di lembah. (sc/as)
Foto: Axpo
10 foto1 | 10
"Visi Sun Cable adalah menambah kapabilitas Australia untuk menjadi pionir dan eksportir terbesar listrik hijau yang memungkinkan dekarbonisasi,” tulis Andrew Forrest, dalam keterangan persnya. "Penambahan modal ini adalah langkah kritis,” bagi kelangsungan proyek, imbuhnya.
David Griffin, Direktur Sun Cable, mengatakan suntikan kapital oleh kedua miliarder akan digunakan untuk membangun proyek pembangkit listrik tenaga surya di Northern Territory, dan "mendukung kemajuan pembangunan sejumlah aset dan fasilitas kunci,” kata dia.
Iklan
Keterlibatan Indonesia
Rencana itu termasuk pengadaan lahan seluas 12.000 hektar untuk pembangunan pembangkit surya berkapasitas 20 gigawatt, beserta fasilitas penyimpanan energi sebesar 42 GW/jam. Investasi raksasa itu dinilai akan menguntungkan seiring meningkatnya kebutuhan energi di Asia Tenggara.
Panel Surya Pangkas Emisi Karbon
04:00
Namun begitu, pemerintah di Jakarta sejauh ini belum mengindikasikan bakal membeli listrik dari Sun Cable. Izin survey yang dikeluarkan September silam hanya berlaku bagi pembangunan kabel bawah laut ke Sungapura melalui wilayah Indonesia.
Dukungan Jakarta pun tidak didapat tanpa kompensasi. Sun Cable berjanji akan mengucurkan dana investasi langsung senilai USD 1 miliar untuk perlengkapan dan jasa selama proses konstruksi, serta dana perawatan sebesar USD 1,5 miliar sesudah kabel beroperasi.
"Kami mengharapkan proyek ini akan memiliki dampak berkelanjutan terhadap perekonomian kita, melalui beragam program pengadaan yang akan menguntungkan industri nasional dan pemasukan negara,” kata Menteri Koordinasi Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, September silam.