Australia Ingin Realisasi Perdagangan Bebas Dengan Indonesia
6 Maret 2017
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull berharap bisa membahas kesepakatan perdagangan bebas dengan Indonesia saat menghadiri IORA di Jakarta.
Iklan
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull akan datang ke Indonesia hari Selasa (7/3) untuk menghadiri pertemuan puncak Indian Ocean Rim Association (IORA) yang beranggotakan 21 negara.
Kunjungan sehari Turnbull ke Jakarta dilaksanakan sembilan hari setelah Presiden Joko Widodo mengakhiri kunjungan resmi pertamanya ke Australia.
Dalam pertemuan di Australia, kedua pemimpin sudah membahas tentang perampungan perjanjian perdagangan bebas Indonesia-Australia tahun ini juga, setelah berunding selama 17 tahun. Jokowi ketika itu mengatakan, perjanjian perdagangan bebas akan menghapus hambatan-hambatan di Australia, antara lain untuk impor minyak sawit dan kertas dari Indonesia.
Australia antara lain berharap dapat mengekspor lebih banyak gula dan sapi ke Indonesia.
"Kami membuat kemajuan yang sangat baik dan saya berharap untuk mendiskusikan itu lebih lanjut ketika berada di Jakarta," kata Turnbull kepada wartawan di Melbourne hari Senin (6/3).
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan kepada media Australia, pemerintahnya ingin melihat "langkah konkrit" dalam peningkatan perdagangan kelapa sawit, kertas dan produk kayu dari Indonesia.
Pengamat keamanan di Australian National University, David Brewster menerangkan, Turnbull ke Indonesia untuk memberi sinyal hubungan baik.
"Kehadirannya dalam pertemuan itu (IORA) terutama didorong oleh hubungan baik dengan Jakarta, untuk menunjukkan solidaritas dengan Jokowi," kata Brewster.
Sehubungan dengan KTT IORA di Jakarta, PM Australia Malcolm Turnbull mengatakan Australia memiliki kepentingan mendasar untuk memperkuat pembangunan ekonomi di kawasan Samudera Hindia dan meningkatkan dialog tentang masalah keamanan bersama.
KTT IORA di Jakarta ini akan menghasilkan antara lain deklarasi nilai-nilai bersama dan deklarasi melawan ekstremisme dan kekerasan.
Australia dalam lima tahun terakhir berusaha meningkatkan hubungan ekonomi denan negara-negara di kawasan, terutama dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi di Cina dan India. India adalah anggota kelompok IORA, sedangkan Cina memiliki status pengamat.
Barakuda Sirip Pendek, Kapal Selam Teranyar Australia
Australia membeli 12 kapal selam baru senilai 36 milyar Dollar AS dari Perancis. Produsennya mengklaim kapal selam tersebut adalah mesin perang berpenggerak konvensional paling mematikan dalam sejarah. Inilah wujudnya.
Foto: picture-alliance/dpa/DCNS Group
Pembunuh Bersirip Pendek
Selama dua dasawarsa terakhir Australia menggunakan enam kapal selam kelas Collin bertenaga diesel buat mengamankan wilayahnya. Namun dalam waktu dekat kapal selam buatan dalam negeri itu harus dibesituakan dan diganti dengan jenis teranyar dengan balutan teknologi paling mutakhir saat ini. Hasilnya adalah Barakuda Sirip Pendek buatan Perancis.
Foto: picture-alliance/dpa/DCNS Group
Senyap di Bawah Air
Menurut produsennya, DCNS, Barakuda akan menjadi kapal selam bertenaga konvensional paling mematikan dalam sejarah. Karena digerakkan oleh mesin jet air, monster laut sepanjang 90 meter itu mampu bergerak dalam senyap dan mengungguli kapal selam berpenggerak baling-baling. Dalam situasi perang, tulis DCNS, mesin hydrojet lebih unggul ketimbang jenis lainnya.
Foto: picture-alliance/dpa/AAP/DCNS GROUP
Teknologi Perang
Barakuda juga akan dilengkapi dengan teknologi termutakhir navigasi suara buatan Thales Underwater System yang saat ini sudah digunakan militer Inggris. Perpaduan antara keunggulan akustik, sistem pendeteksi teranyar dan kemampuan Barakuda menerima update untuk teknologi masa depan membuat Australia menjatuhkan pilihan pada produk buatan Perancis ini.
Foto: picture-alliance/dpa/AAP/DCNS GROUP
Beragam Misi, Satu Barakuda
Menurut DCNS, Barakuda dilengkapi dengan sistem pelontar torpedo yang juga mampu menembakkan peluru kendali jelajah dan menjangkau target pada jarak lebih dari 1.000 kilometer. Misi kapal selam itu mencakup misi anti kapal selam dan kapal perang, serangan darat, pengumpulan data intelijen, manajemen krisis dan operasi khusus.
Foto: picture-alliance/dpa/DCNS Group
Hujan Duit dari Canberra
Saat ini Barakuda baru digunakan oleh angkatan laut Perancis. Namun berbeda dengan Australia, Perancis memilih jenis kapal selam yang digerakkan oleh tenaga nuklir. Pemerintah Australia berencana akan melengkapi setiap unit dengan sistem persenjataan senilai 1,5 milyar Dollar AS yang diproduksi oleh Lockheed Martin.
Foto: Reuters/DCNS
Galangan Baru di Adelaide
Menurut perjanjian, DCNS akan mendapat waktu selama 30 tahun untuk memproduksi 12 unit Barakuda. Perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki negara itu juga diwajibkan membangun galangan kapal di Adelaide untuk mempercepat proses produksi. Selain itu pemerintah di Canberra meminta agar sistem elektronik dan piranti lunak dibuat oleh perusahaan Amerika Serikat.
Foto: picture-alliance/AP Images/T. Camus
Struktur Rumit
Namun lantaran desainnya, produksi Barakuda diyakini tidak akan sesederhana seperti yang dibayangkan. Sebagai perbandingan, satu unit Barakuda terdiri atas 350.000 komponen, sementara pesawat raksasa Airbus A380 cuma terdiri atas 100.000 komponen.