1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TerorismeGlobal

Australia Masukkan Hamas sebagai Organisasi Teroris

17 Februari 2022

Australia memasukkan Hamas dan Ordo Sosialis Nasional ke dalam daftar organisasi teroris yang dilarang. Menteri Dalam Negeri Karen Andrews mengatakan bahwa pemerintah Australia tidak akan menoleransi kekerasan.

Menteri Dalam Negeri Karen Andrews
Menteri Dalam Negeri Australia Karen Andrews telah menulis surat kepada pemerintah negara bagian untuk memasukkan Hamas ke dalam daftar sesegera mungkinFoto: Mick Tsikas/AAP/AP/picture alliance

Australia pada hari Kamis (17/02) mengatakan telah menambahkan kelompok ekstremis sayap kanan yang berbasis di Amerika Serikat, National Socialist Order (Ordo Sosialis Nasional) dan berencana untuk menambahkan kelompok Hamas ke dalam daftar organisasi teroris yang dilarang. Keputusan ini diambil menimbang munculnya kekhawatiran tentang anak-anak yang teradikalisasi.

Ordo Sosialis Nasional, sebelumnya dikenal sebagai Divisi Atomwaffen, kini sejajar dengan kelompok Islam Hay'at Tahrir al-Sham dan Hurras al-Din untuk ditambahkan ke dalam daftar organisasi teroris, kata Menteri Dalam Negeri Australia Karen Andrews.

Sayap militer Hamas, Brigade Izz al-Din al-Qassam Hamas, telah terdaftar sebagai organisasi teroris sejak tahun 2003. Sedangkan Ordo Sosialis Nasional, yang mendukung "perang ras" global dan runtuhnya masyarakat demokratis, dimasukkan dalam daftar organisasi terlarang pada hari Kamis (17/02), sehingga total ada 28 kelompok teroris.

Kedua kelompok Islam, yang aktif dalam perang saudara Suriah, akan terdaftar pada April 2022. Menteri Dalam Negeri Karen Andrews telah menulis surat kepada pemerintah Australia untuk memasukkan Hamas ke dalam daftar sesegera mungkin.

"Pandangan Hamas dan kelompok ekstremis, yang hari ini dimasukkan dalam daftar, sangat mengganggu dan tidak ada tempat di Australia untuk pandangan seperti itu,” kata Andrews.

"Sangat penting bahwa undang-undang kita tidak hanya menargetkan tindakan terorisme dan teroris, tetapi juga organisasi yang merencanakan, membiayai, dan melakukan tindakan ini,” tambahnya.

Israel sambut baik keputusan Australia

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengucapkan selamat kepada mitranya dari Australia, Scott Morrison atas keputusan soal Hamas ini.

"Saya berterima kasih kepada teman saya, PM Scott Morrison, karena bertindak terhadap masalah ini setelah percakapan kami tentang masalah penting ini. Ini adalah langkah penting lainnya dalam perang global melawan teror,” kata Bennett dalam sebuah pernyataan.

Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid juga berterima kasih kepada Duta Besar Australia untuk Israel Paul Griffiths atas apa yang dia gambarkan sebagai "langkah signifikan” dalam upaya internasional Israel untuk memerangi organisasi teroris.

Presiden Federasi Zionis Australia Jeremy Leibler mengatakan, masuknya Hamas ke dalam daftar organisasi teroris memperjelas "penolakan mutlak Australia terhadap kebencian dan terorisme.”

"Sama sekali tidak ada keraguan bahwa Hamas secara keseluruhan memenuhi definisi organisasi teroris," kata Leibler dalam sebuah pernyataan, dan  menambahkan bahwa keputusan tersebut sejalan dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan Kanada.

Penolakan dari koalisi pendukung Palestina

Jaringan Advokasi Palestina Australia, sebuah koalisi nasional Australia yang mendukung hak-hak Palestina, tidak setuju dengan sayap politik Hamas yang ditetapkan sebagai organisasi teroris.

"Pemerintah telah gagal dalam tugasnya mencari solusi damai dan telah menunjukkan bahwa mereka menerapkan satu set aturan untuk Palestina dan satu lagi untuk Israel,” kata Presiden Jaringan Bishop George Browning.

Keputusan itu tidak selaras dengan tujuan perdamaian dan hanya akan menciptakan lebih banyak penderitaan bagi 2 juta orang (Palestina) yang saat ini hidup di bawah blokade Israel selama 15 tahun, kata jaringan itu dalam sebuah pernyataan.

Aktivitas online meningkat saat pandemi

Mike Burgess, Direktur Jenderal Organisasi Intelijen Keamanan Australia, agen mata-mata domestik utama negara itu, menjadikan radikalisasi online meningkat dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terjadi, dikatakannya, karena orang-orang yang terisolasi menghabiskan lebih banyak waktu online.

Proporsi penyelidikan kontra-terorisme baru yang melibatkan anak di bawah umur telah meningkat dari ksebelumnya yang kurang dari 3% menjadi 15% hanya dalam beberapa tahun, kata Burgess dalam laporan penilaian ancaman tahunannya. Pada akhir 2021, anak di bawah umur mewakili lebih dari setengah investigasi kontra-terorisme prioritas badan mata-mata, katanya.

ha/yf (AP)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait