Indonesia menggugat negeri jiran lantaran menerapkan aturan kemasan netral pada produk tembakau. Namun gugatan tersebut ditolak oleh WTO. Pemerintah kini mengkaji opsi pengajuan banding.
Iklan
Australia memenangkan kasus gugatan seputar kemasan rokok berdesain netral di Badan Perdagangan Dunia (WTO). Gugatan tersebut sebelumnya diajukan oleh negara produsen terbesar di dunia, yakni Indonesia, Kuba, Honduras dan Republik Dominika.
WTO mengatakan aturan baru di Australia ihwal kemasan netral untuk produk tembakau diniatkan untuk meningkatkan kesehatan publik. Lembaga itu menolak argumen Indonesia bahwa kebijakan lain juga bisa menghasilkan dampak serupa, yakni mengurangi konsumsi tembakau. WTO juga menepis gugatan bahwa Australia melanggar hak atas kekayaaan intelektual dengan menghilangkan desain kemasan dan logo produsen rokok.
Geir Ulle, Direktur perdagangan internasional di asosiasi produsen rokok Jepang, mengatakan keputusan tersebut merupakan langkah mundur dalam melindungi hak atas kekayaan intelektual. "Ini menciptakan preseden yang berbahaya dan bisa mendorong negara lain melarang sebuah merek tanpa perlu membuktikan dampaknya bagi kesehatan publik," ujarnya.
Sejak 2010 Australia telah melarang logo dan kemasan rokok berwarna mencolok. Sebagai gantinya pemerintah mewajibkan semua produsen mengemas rokok dalam bungkus berwarna hijau keabu-abuan dengan merek produsen tertulis kecil.
Inilah Negara Surga Perokok di Dunia
Satu miliar manusia saat ini tercatat sebagai perokok aktif. Uniknya, negara yang mencatat konsumsi rokok tertinggi kebanyakan berada di kawasan Eropa Timur dan Balkan. Sementara Indonesia berada di urutan tengah.
Foto: Colourbox/A. Armyagov
1. Serbia - 2.861 Batang per Kepala/Tahun
Badan Kesehatan Dunia, WHO, mencatat 41% penduduk Serbia merokok secara berkala. Jumlahnya mencapai 3,3 juta orang. Jika program anti rokok oleh pemerintah terus berlanjut, badan dunia itu memperkirakan jumlah perokok di Serbia akan berkurang menjadi 35% atau 2,7 juta penduduk pada tahun 2025. Tapi untuk sementara ini, rata rata konsumsi rokok di Serbia mencapai tiga bungkus per minggu
Foto: Getty Images/C. Hondros
2. Bulgaria - 2822 Batang per Kepala/Tahun
Lima tahun silam jumlah perokok aktif di Bulgaria mencapai 35% dari total populasi, atau sekitar 2,2 juta orang. Sepuluh tahun ke depan, WHO memperkirakan jumlah perokok di negara di timur Eropa ini akan berkurang menjadi 24% atau sekitar 1,3 juta orang. Angka ini tergolong tinggi, terutama jika melihat harga sebungkus rokok rata.rata berkisar 3,24 US Dollar.
Foto: Getty Images/N. Doychinov
3. Yunani - 2795 Batang per Kepala/Tahun
Dari 10,7 juta penduduk Yunani, 44% di antaranya menghembuskan asap rokok secara rutin. Negara ini juga punya harga rokok tertinggi dibandingkan negara lain dalam daftar 10 besar, yakni sekitar 5,21 Dollar AS. Menurut WHO, kelompok masyarakat yang paling getol mengepul asap adalah penduduk di usia antara 40 hingga 54 tahun.
Foto: Getty Images/A. Messinis
4. Rusia - 2786 Batang per Kepala/Tahun
WHO mencatat saat ini terdapat 38% penduduk Rusia yang merokok. Jumlahnya sekitar 46,9 juta orang. Angka ini tidak mengherankan, terutama jika mengingat harga rata rata sebungkus rokok di Rusia termasuk yang paling murah di Eropa, yakni berkisar 1,74 Dollar AS.
Foto: Getty Images/A. Utkin
5. Ukraina - 2401 Batang per Kepala/Tahun
Hampir 12 juta penduduk Ukraina tercatat sebagai perokok aktif. Kelompok usia yang paling banyak mengepulkan asap adalah antara 25 hingga 39 tahun. Ukraina juga mencatat peningkatan signifikan perokok perempuan. Selain itu penduduk di timur Eropa ini rata-rata menghabiskan 151 Dollar AS atau sekitar 2 juta Rupiah per tahun untuk membeli rokok.
Foto: Getty Images/A. Stepanov
6. Bosnia - 2278 Batang per Kepala/Tahun
Sebanyak 1,2 juta orang merokok di Bosnia Herzegovina atau sekitar 40% dari total populasi. Uniknya, produsen rokok terbesar di negeri yang carut marut oleh perang ini dimiliki oleh pemerintah. Hingga kini Fabrika Duhana Sarajevo (FDS) masih tercatat sebagai salah satu produsen rokok terbesar di kawasan Balkan.
Foto: Imago/Invision
7. Belarusia - 2266 Batang per Kepala/Tahun
Sekitar 29% dari populasi Belarusia mengepulkan asap rokok secara rutin. Jumlahnya mencapai 2,3 juta orang. Uniknya, negara diktatur terakhir di Eropa ini juga mencatat angka penyeludupan rokok tertinggi di Eropa, yakni mencapai 6,9 miliar batang per tahun.
Foto: Imago/fotoimedia
8. Rep. Ceko - 2125 Batang per Kepala/Tahun
Republik Ceko termasuk negara dengan program anti rokok paling ketat di timur Eropa. Jumlah perokok di sini mencapai 32% dari total populasi, atau sekitar 2,8 juta orang. Ceko juga mencatat angka perokok perempuan yang tinggi, yakni sekitar 27%.
Foto: FaceMePLS
9. Korea Selatan - 1958 Batang per Kepala/Tahun
Pemerintah Korea Selatan baru-baru ini menggandakan harga rokok dari 2000 Won menjadi 4500 Won atau sekitar 52 Ribu Rupiah per bungkus. Namun tidak jelas apakah langkah itu akan menurunkan jumlah perokok yang saat ini mencapai 45% dari total populasi. Menurut Kementrian Strategi dan Keuangan, tahun lalu saja penduduk Korsel menghabiskan dana 10,7 Miliar Dollar AS untuk membeli rokok.
Foto: Getty Images/AFP/J. Yeon-Je
10. Kazakhstan - 1934 Batang per Kepala/Tahun
Menurut Kementerian Kesehatan, sekitar 25000 orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat konsumsi rokok. Saat ini tercatat 27% penduduk mengkonsumsi produk tembakau secara rutin. Jumlahnya mencapai 4,2 juta orang.
Foto: DW/Anatoliy Weißkopf
28. Indonesia - 1085 Batang per Kepala/tahun
WHO memperkirakan saat ini 36% atau sekitar 60 juta penduduk Indonesia merokok secara rutin. Berbeda dengan konsumsi rokok di banyak negara lain yang diprediksi bakal menurun, angka perokok aktif di Indonesia diyakini akan naik menjadi 90 juta orang pada tahun 2025.
Foto: Getty Images/AFP/O. Siagian
11 foto1 | 11
Sementara itu pemerintah Honduras menyatakan bakal mengajukan banding terhadap putusan tersebut. Menurut pemerintah setempat putusan WTO mengandung kesalahan faktual dan cacat hukum, serta bias. "Tampaknya konflik ini membutuhkan pengkajian ulang terhadap keputusan panel oleh Appellate Body di WTO," tulis pemerintah Honduras dalam putusannya.
Appellate Body yang terdiri atas tujuh hakim dan berkedudukan di Swiss bertugas mengkaji ulang putusan panel WTO. Hal serupa dilakukan seorang pejabat Kementerian Perdagangan Indonesia yang ingin mengkaji dulu putusan panel WTO.
Sebaliknya Australia mengaku siap jika Indonesia atau Honduras mengajukan banding. "Kami tidak akan mengendurkan semangat dalam perjuangan demi hak untuk melindungi kesehatan penduduk Australia," kata Menteri Perdagangan Steven Ciobo.
Sementara itu Badan Kesehatan Dunia WHO menyambut putusan tersebut karena berhasil menyingkirkan "hambatan hukum lain yang dilancarkan industri tembakau untuk menghalangi pengawasan terhadap tembakau." Menurut lembaga PBB itu putusan ini "kemungkinan besar akan mempercepat implementasi kemasan netral di seluruh dunia."
Australia bukan negara pertama yang menerapkan kemasan netral. Sebelumnya Hongaria, Irlandia, Perancis, Selandia Baru, Norwegia dan Inggris juga telah menerbitkan aturan tersebut. Sementara Burkina Faso, Kanada, Georgia, Rumania, Slovenia dan Thailand sedang menggodok undang-undang serupa.
Dilema Industri Rokok Indonesia
Sejak lama industri rokok dan tembakau menjadi salah satu sumber pemasukan terbesar buat negara. Namun belakangan ketahuan, bisnis rokok malah menciptakan beban kerugian yang jauh lebih besar ketimbang nilai pasarnya.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Irham
Tembakau dalam Sejarah
Tembakau sejak lama menopang penerimaan pajak negara lewat cukai. Namun keberadaan industri rokok banyak mengundang kritik lantaran dinilai mengkampanyekan gaya hidup yang tidak sehat. Menurut catatan sejarah, rokok telah mulai diproduksi secara massal di Indonesia sejak tahun 1700.
Foto: Getty Images/K. Dowling
Duit Rokok
Di negara maju, industri rokok kian surut oleh kampanye pemerintah. Namun di Indonesia peranan rokok sebagai sumber pemasukan negara saat ini masih besar. Penerimaan dari sektor bea dan cukai, pajak daerah dan PPB dari tembakau dan rokok tahun 2015 lalu saja tercatat melebihi angka Rp 170 triliun.
Foto: Getty Images/P. Sayoga
Gantungan Hidup
Rokok saat ini menjadi gantungan hidup banyak orang. Saat ini industri rokok menyediakan lapangan pekerjaan untuk sekitar 6,1 juta orang, termasuk di antaranya 1,8 juta petani tembakau dan cengkeh.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Sisi Gelap Tembakau
Namun industri rokok memiliki wajah kedua yang tidak ramah. Terutama beban kesehatan menjadi kekhawatiran banyak orang. Menurut Kementerian Kesehatan, kerugian total akibat konsumsi rokok selama 2013 mencapai Rp 378,75 triliun. Padahal nilai pasar industri saat ini ditaksir berkisar hingga 224,2 triliun Rupiah.
Foto: Getty Images/P. Sayoga
Kerugian Akibat Rokok
Tingginya angka kerugian berasal dari beban pembelian rokok yang mencapai 138 triliun Rupiah, hilangnya produktivitas akibat sakit, disabilitas dan kematian prematur di usia muda sebesar 235,4 triliun dan biaya berobat akibat penyakit-penyakit terkait tembakau sebanyak 5,35 triliun Rupiah.
Foto: Getty Images/AFP/O. Siagian
Tumbuh Pesat
Meriahnya industri rokok juga membuat angka pecandu tembakau di Indonesia melonjak ke angka 90 juta jiwa, yang tertinggi di dunia. Saat ini industri rokok Indonesia memproduksi hingga 315 miliar batang per tahun. Menurut catatan Kementerian Perdagangan, industri rokok Indonesia tumbuh hingga 10% setiap tahun.
Foto: Getty Images/AFP/J. Kriswanto
Pasar Internasional
Namun begitu sikap pemerintah terkait industri rokok dan tembakau tetap berpegang pada pertumbuhan ekonomi, terutama sebagai komoditi ekspor. Tahun 2015 silam nilai ekspor rokok asal Indonesia mampu menembus angka 1,1 miliar Dollar AS atau sekitar 135 triliun Rupiah.
Foto: DW
Peran Pemerintah
Saat ini upaya pemerintah membatasi konsumsi rokok di tanah air dinilai belum terlalu efektif. Namun Kementerian Keuangan mengklaim, dalam 10 tahun terakhir Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah membantu mengurangi jumlah pabrik rokok dari 4.669 pabrik menjadi 754 pabrik di tahun 2016.