Australia Menentang Status Terancam Punah Great Barrier Reef
29 November 2022
Canberra akan menentang rencana menambahkan Great Barrier Reef ke dalam daftar situs Warisan Dunia UNESCO yang terancam punah. Great Barrier Reef telah dimasukkan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1981.
Iklan
Pemerintah Australia hari Selasa (29/11) mengatakan, pihaknya berencana untuk melobi rencana PBB untuk menambahkan Great Barrier Reef ke dalam daftar situs Warisan Dunia UNESCO yang terancam punah.
Para ahli konservasi yang bekerjasama dengan PBB Senin (28/11) memperingatkan, terumbu karang terbesar di dunia itu akan ditambahkan ke daftar situs Warisan Dunia yang terancam punah.
Great Barrier Reef, di pantai timur laut Australia, telah masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO sejak 1981.
Menteri Lingkungan Hidup Australia, Tanya Pibersek mengatakan, "tidak perlu memilih Great Barrier Reef dengan cara ini". Pibersek menambahkan, pemerintahnya akan melobi UNESCO supaya tidak jadi memasukkan terumbu karang Great Barrier Reef ke dalam daftar situs yang terancam punah.
Situs Warisan Dunia UNESCO Ini Terancam
Komite Warisan Dunia terus memantau apakah situs tertentu layak untuk mempertahankan gelarnya. Beberapa gagal dalam tes, berakhir dengan yang disebut daftar merah. Kini, masa depan di beberapa situs dipertaruhkan.
Foto: Eberhard Thonfeld/imago images
Venesia: tidak ada lagi turis di kapal besar
Dua tahun lalu, walikota Venesia meminta UNESCO untuk masukkan kotanya ke dalam Daftar Warisan Dunia dalam Bahaya. Penyebabnya lonjakan turis ke kota Italia utara, terutama dari kapal pesiar. Hal ini sekarang telah dilarang. Tetapi, apakah Venesia akan mempertahankan gelar UNESCO? Komite Warisan Dunia akan memutuskan bulan Juli apakah Venesia tetap dimasukkan ke dalam daftar yang terancam punah.
Foto: Eberhard Thonfeld/imago images
Stonehenge: jalan tol di sepanjang bebatuan prasejarah
Formasi batuan yang dikenal sebagai Stonehenge di Inggris selatan telah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1986. Dibangun 4.000 tahun yang lalu, situs ini menarik hampir satu juta wisatawan setiap tahun. Tetapi, pembangunan jalan bebas hambatan A303, yang melewati langsung di depan struktur megalitik dan menghubungkan kota Berwick dan Amesbury, dapat menurunkan Stonehenge ke daftar merah.
Foto: Dae Sasitorn/imago images
Danau Ohrid: terlalu banyak pengunjung
Danau Ohrid, danau tertua di Eropa dan salah satu yang paling tua di dunia. Para peneliti memperkirakan, usianya sekitar 1,36 juta tahun. Sebagian besar Danau Ohrid adalah bagian dari Makedonia Utara, sementara sebagian kecil milik Albania. Pada tahun 1979, UNESCO menaikan status danau sebagai Warisan Dunia. Namun karena pariwisata dalam skala besar, kini terancam dimasukkan dalam daftar merah.
Foto: picture alliance / Zoonar
Auschwitz-Birkenau: karakter serius yang terancam
Auschwitz-Birkenau telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1979. Lebih dari 1,1 juta orang dibunuh di kamp kematian Nazi ini. Namun, Komite Warisan Dunia mengkritik, proyek infrastruktur transportasi besar di dekatnya, dapat menodai karakter khidmat di monumen peringatan. Juga pemerintah setempat belum menanggapi kekhawatiran ini.
Foto: imago images/robertharding
Semenanjung Kamchatka: Eksploitasi alam
Setelah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO 25 tahun lalu, wilayah vulkanik di Semenanjung Kamchatka di timur Rusia dapat merosot ke daftar merah. Alasannya banyak: Dari penangkapan ikan ilegal hingga eksploitasi sumber daya mineral, misalnya emas secara tidak resmi hingga perusakan habitat satwa liar. Ini adalah beberapa konsekuensi luas dari salah urus politik.
Foto: Alexei Maishev/Tass/imago images
Kota Lamu: Situs di Kenya terancam
Kota tertua di Kenya yangkintinyu dihuni, berusia sekitar 750 tahun, dan kota tuanya yang indah ditambahkan ke Daftar Warisan Dunia UNESCO 20 tahun yang lalu. Namun Kota Lamu yang menawan di pulau Lamu terancam masuk dalam daftar merah karena kota ini memiliki masalah besar sampah. Rencana proyek konstruksi seperti jaringan pipa minyak dan bandara juga akan memperburuk keadaan.
Foto: Sergi Reboredo/picture alliance
Great Barrier Reef: perubahan iklim memicu kerusakan
The Great Barrier Reef dianugerahi status Warisan Dunia UNESCO tahun 1981. Terdiri dari hampir 3.000 terumbu karang individual dan memanjang sekitar 2.300 kilometer . Tapi karena perubahan iklim dan kenaikan suhu air, kini telah kehilangan lebih dari setengah karangnya. Badai, pengeboran gas, dan bangkai kapal juga menjadi ancaman untuk statusnya sebagai Warisan Dunia keajaiban dunia bawah air.
Foto: Kyodo/MAXPPP/picture alliance
Hutan bakau Sundarban: Bangladesh dan India berbagi kesalahan
Hutan bakau terbesar di dunia luasnya lebih dari 10.000 kilometer persegi, dua pertiganya terletak di Bangladesh dan sepertiga di India. Daerah ini habitat banyak spesies yang terancam punah seperti harimau Bengal dan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1997. Namun perburuan liar, polusi air, penggundulan hutan, dan naiknya permukaan air laut, kawasan ini mungkin masuk dalam daftar merah.
Foto: NASA/ZUMA Wire/picture alliance
Suaka Margasatwa Selous: Tanzania di ujung tanduk
Tidak lama setelah dianugerahi status Warisan Dunia tahun 1982, UNESCO mulai mengkritik "kegiatan ilegal" yang terjadi di suaka margasatwa terbesar di Afrika. Terlalu banyak pariwisata, peningkatan eksploitasi sumber daya mineral, proyek bendungan yang kontroversial, dan perburuan hewan yang merajalela, Selous ditempatkan pada daftar merah pada tahun 2014. Apakah gelar Warisan Dunia akan dicabut?
Foto: Greg Armfield/AP/picture alliance
Liverpool: Kota Maritime Mercantile dalam Ancaman
Kota Maritime Mercantile di Liverpool juga hadapi ancaman dikeluarkan dari Daftar Warisan Dunia. Hanya delapan tahun setelah dianugerahi gelar pada tahun 2004, itu sudah ditempatkan dalam daftar merah karena bangunannya tidak terawat dengan baik. Proyek konstruksi di daerah sekitarnya juga memiliki dampak negatif pada karakter di situs tersebut. Gelar Warisan Dunia sekarang bisa dicabut. (bn/as)
Foto: Debu55y/Panthermedia/imago images
10 foto1 | 10
Australia tidak punya target iklim yang jelas
Eleanor Carter dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan perwakilan UNESCO Hans Thulstrup mengatakan, terumbu karang itu "dipengaruhi secara signifikan oleh faktor perubahan iklim" terlepas dari upaya Australia.
Iklan
"Ketahanan properti untuk pulih dari dampak perubahan iklim secara substansial dikompromikan," kata para pakar lingkungan itu dalam sebuah laporan berdasarkan misi terkait Great Barrier Reef.
Laporan itu menambahkan, Australia tidak memiliki target perubahan iklim yang jelas dan mencatat beberapa langkah yang telah dijanjikan negara itu, juga tidak sepenuhnya dilaksanakan, terutama mengenai penangkapan ikan dan kualitas air.
Great Barrier Reef Terlalu Hangat bagi Penyu Jantan
Akibat iklim yang tambah panas, penyu hijau di kawasan Great Barrier Reef memiliki sejumlah besar bayi betina, dan hanya sedikit bayi jantan. Ini bisa sebabkan punahnya spesies, jika terus berlanjut.
Foto: Imago/Imagebroker/N. Probst
Hanya penyu hijau betina?
Di koloni penyu hijau terbesar, mayoritas bayi yang lahir betina. Bayi jantan hanya satu persen dari seluruh telur yang menetas di Great Barrier Reef. Para peneliti kini mengkhawatirkan keselamatan spesies.
Foto: picture alliance/dpa/Prisma/R. Mohammed
Terlalu hangat buat yang jantan
Kalau penyu membuahkan telur, tidak jelas apakah nanti yang menetas penyu betina atau jantan. Itu ditentukan suhu lingkungan mereka. Semakin panas suhu pasir, kemungkinan tambah besar, bahwa yang menetas adalah bayi betina. Mulai suhu minimal 29.9° Celsius, tidak ada lagi penyu jantan yang menetas. Akibat pemanasan global, batas ini semakin sering dilampaui.
Foto: Imago/Nature Picture Library/Zankl
Betina atau jantan? Sulit Diterka
Menentukan jenis kelamin penyu tidak mudah. Orang hanya bisa tahu pasti, jika penyu sudah sepenuhnya dewasa, dan untuk itu perlu 20 tahun. Kemungkinan oleh sebab itulah, jumlah betina yang jauh lebih banyak daripada jantan baru terungkap sekarang. Salah satu petunjuk kelamin: penyu jantan punya ekor dan cakar lebih panjang.
Foto: Imago/imagebroker
Jumlah mengkhawatirkan
Kini, peneliti dari AS dan Australia mengembangkan metode untuk menentukan jenis kelamin penyu hijau lewat DNA dan tes darah, ketika penyu masih muda. Yang tidak mereka duga sebelumnya adalah, sekarangpun, 90% penyu hijau di Great Barrier Reef adalah penyu betina.
Foto: Getty Images/M. Kolben
Hubungan seksual jarang terjadi
Jumlah penyu jantan yang jauh lebih sedikit hanya salah satu tantangan bagi kelestarian spesies ini. Masalah lainnya, penyu jantan hanya matang secara seksual pada usia 15. Dan mereka rata-rata hanya berhubungan seksual sekali dalam tiga tahun. Dilihat dari segi evolusi, jumlah betina yang lebih besar bukan hal aneh. Tapi penyu jantan tetap harus eksis.
Foto: Imago/StockTrek Images
200 bayi penyu di satu sarang
Penyu betina selalu kembali ke pantai untuk bertelur. Di pantai Raine Island, yang jadi tempat bertelur terbesar penyu hijau di Pasifik, bisa ditemukan sampai 18.000 binatang di musim bertelur. Setelah telur cukup dihangatkan pasir dan matahari, bayi menetas. Mereka kemudian kembali ke lautan, dan hanya kembali sekali saat akan bertelur.
Foto: Imago/Zuma Press
Surplus jumlah betina di seluruh dunia?
Peneliti menduga, jumlah penyu jantan di seluruh dunia jauh lebih sedikit daripada jumlah betina. Oleh sebab itu, mereka meneliti dampak menghangatnya suhu bungi terhadap spesies ini, di sepanjang pantai Hawaii dan pulau Saipan di Pasifik barat. Bagaimana hasilnya nanti?
Foto: Imago/ZUMA Press
Suhu tinggi yang berbahaya
Hasil penelitian tim pakar dari Australia juga kabar buruk bagi spesies hewan lainnya. Reptil lain, seperti buaya atau kadal, menunjukkan terkena imbas pemanasan global. Tapi efeknya berlawanan. Semakin tinggi suhu, semakin banyak bayi buaya jantan yang menetas. Penulis: Helene Märzhäuser (ml/ap)
Foto: Imago/OceanPhoto
8 foto1 | 8
Australia tidak serius lindungi Great Barrier Reef
Pemerintah Australia bulan Januari lalu mengumumkan paket miliaran dolar untuk melindungi terumbu karang terbesar di dunia itu.
Pengumuman itu dirilis setelah Australia ingin menghindari ancaman penurunan peringkat daftar warisan UNESCO.
Para pencinta lingkungan menggambarkan, dana yang diumumkan tahun ini ibaratnya "perban pada kaki yang patah."
Pada bulan Mei, 91% terumbu karang telah rusak dan mengalami pemutihan, sebagai dampak gelombang panas dari musim panas yang berkepanjangan, demikian kilah pejabat Australia.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, dari koalisi kiri-tengah yang terpilih tahun ini, menjanjikan lebih banyak aksi iklim.
Pemerintah Australia dilaporkan sedang menggelar pembicaraan dengan UNESCO, untuk menghindari penghapusan sepenuhnya Great Barrier Reef dari daftar situs warisan dunia.