Australia Tidak Terburu-buru Ratifikasi Perjanjian Dagang
12 November 2018
PM Australia Scott Morrison mengaku tidak dikejar waktu menandatangani perjanjian dagang dengan Indonesia. Jakarta sempat menunda penandatanganan lantaran rencana Canberra mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Iklan
Sikap Indonesia yang mengaitkan nasib perjanjian dagang Australia dengan rencana Canberra memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem ditanggapi dingin oleh Perdana Menteri Scott Morrison.
Kepada Sky News, Morrison mengklaim pihaknya tidak terburu-buru menandatangani perjanjian tersebut. Kedua negara sebelumnya dikabarkan akan meratifikasi perjanjian di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Singapura pekan ini. "Kami tidak terburu-buru," kata Morrison seperti dilansir kanal berita 9News, "sama sekali tidak terburu-buru," imbuhnya, Senin (12/11).
"Saya tidak terganggu dengan hal itu," kata Morrison merujuk pada sikap enggan Indonesia. "Ini adalah perjanjian dagang yang baik buat kedua negara."
Sang perdana menteri mengklaim pembahasan naskah perjanjian sudah tuntas, namun dia menolak "mencampurkan" kebijakan Timur Tengah Canberra dengan perjanjian dagang Indonesia. "Kami tidak mencampurkan kebijakan yang tidak berkaitan dengan perjanjian ini," tegasnya lagi.
Morrison saat ini mendapat tekanan politik di dalam negeri usai mengumumkan niatnya mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel beberapa bulan silam. Sejak itu sejumlah politisi senior, termasuk bekas Perdana Menteri Kevin Rudd dan Malcolm Turnbull, mendesak perdana menteri agar mengurungkan rencananya itu.
Apa Dampak Pengakuan AS Atas Yerusalem?
Trump mengklaim pengakuan Yerusalem adalah upaya AS mendukung perdamaian di Timur Tengah. Benarkah demikian? Berikut makna keputusan kontroversial Trump bagi mereka yang memiliki kepentingan atas kota suci tersebut.
Foto: Reuters/A. Cohen
Jalan buntu proses perdamaian
20 tahun berlalu, semua presiden sebelum Trump menghindari keputusan memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem lewat penerapan UU “Jerusalem Embassy Act”. Selama itu, presiden AS memilih menjalankan misi perdamaian, dengan anggapan status Yerusalem harus disepakati lewat negosiasi bersama Palestina-Israel. Trump dinilai secara sengaja mengacaukan proses perdamaian yang telah diupayakan AS.
Foto: picture alliance/dpa/AP/E. Vucci
Pupusnya harapan Palestina
Bagi warga Palestina, pengumuman Trump seolah merampas harapan dan mimpi mereka untuk mendaulat wilayah Yerusalem Timur sebagai ibukota masa depan Palestina. Meski upaya untuk menempuh jalur kekerasan bukan pilihan, tapi tak sedikit warga Palestina yang akan menganggap upaya diplomatik yang diupayakan AS selama ini tak membawa perubahan berarti untuk mewujudkan Palestina Merdeka.
Foto: Reuters/M. Hamed
Tercapainya mimpi Israel
Sejak mengusai Yerusalem Timur pasca perang 6 hari tahun 1967, Israel mengklaim Yerusalem sebagai ibukota yang “abadi dan tidak terbagi”. Israel berupaya agar kedaulatannya atas Yerusalem mendapat pengakuan dunia internasional. Keputusan Trump dapat mempengaruhi sebagian besar politisi dan warga Israel yang menilai negosiasi dengan Palestina tidak membawa hasil yang signifikan.
Foto: Reuters/B. Ratner
Tetangga menelan rasa kecewa
Langkah Trump dinilai mengguncang kestabilan wilayah yang selama ini sudah sensitif atas segala jenis gejolak perubahan status. Arab Saudi - sekutu penting AS di Timur Tengah - menyebutkan kebijakan Trump mengacaukan upaya Riyadh meneruskan jalan perdamaian. Negara Arab yang berbatasan dengan Israel – Mesir, Yordania, Libanon dan Suriah – khawatirkan gejolak baru di kawasan mereka.
Foto: picture-alliance/AP Photo/E. Vucci
Eropa menjadi oposisi AS?
Sebagian besar negara di Eropa Barat gusar dengan pengakuan AS atas Yerusalem dan tak sedikit yang mengecam Trump. Namun, pertanyaan kuncinya: apakah EU akan berani mengambil sikap tegas yang berseberangan dengan AS? Misalnya menerapkan larangan impor dari wilayah Tepi Barat atau menghentikan kerjasama bisnis dengan perusahaan Israel yang beroperasi di wilayah yang diduduki Palestina?
Foto: Imago
Umat Kristen di tanah suci
Patriarch Theoplhilos III, pemimpin gereja Ortodoks di Yerusalem melayangkan surat kecaman yang menyebutkan kebijakan Presiden AS Trump telah menyebabkan kerusakan yang sulit diperbaiki. Ia menuliskan pada Trump pemindahan kedutaan AS telah menjauhkan upaya perdamaian di Yerusalem dan sebaliknya membuat jurang permusuhan yang semakin dalam di tanah suci, Yerusalem. ts/hp (guardian, washingtonpost)
Foto: Reuters/J.Ernst
6 foto1 | 6
"Batalkan saja rencananya," kata Ketua Umum Partai Buruh Bill Shorten pekan lalu kepada kanal berita 9News, "bukan karena Indonesia menilainya buruk, tetapi karena idenya dari awal memang buruk."
Presiden Joko Widodo diyakini tidak ingin mengambil risiko mendapat serangan politik jelang Pemilu 2019 terkait sikap Australia dalam konflik Timur Tengah. Terlebih DPR harus turut menyetujui perjanjian dagang tersebut sebelum disahkan.
Morrison sendiri mengaku akan tetap berhubungan dengan Jokowi seputar perkembangan pembahasan di dalam negeri. "Saya akan mengabarinya tentang posisi kami," ujarnya. "Kami tetap akan mempertahankan komitmen 100% pemerintahan kami terhadap solusi dua negara."
Pengakuan terhadap Yerusalem sebagai ibukota Israel menjadi sumber ketegangan teranyar di Timur Tengah. Sejak Presiden AS Donald Trump memindahkan kedutaan dari Tel Aviv, sejumlah negara mulai mempertimbangkan hal serupa, antara lain Australia dan Brasil.
Namun kedua negara mulai mendapat tekanan dari negara-negara bermayoritaskan muslim terkait rencana tersebut. Presiden terpilih Brasil Jair Bolsonaro misalnya mempertimbangkan ulang rencana kepindahan setelah terlibat dalam cekcok diplomatik dengan Mesir. Sebagai reaksi, Kairo sebelumnya membatalkan kunjungan kenegaraan Presiden Abdel Fattah el-Sisi ke Brasilia.
rzn/vlz (skynews, 9news, rtr, ap)
Inilah Momen Perjalanan Pengakuan Trump atas Yerusalem Sebagai Ibukota Israel
Mendekati tanggal pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat di Yerusalem, perdebatan keputusan kontroversial Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, kembali menuai protes.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Kongres AS melewati Yerusalem
Kembali pada tahun 1995, Kongres AS mengesahkan apa yang disebut Undang-Undang Kedutaan Yerusalem, yang menyatakan bahwa Yerusalem "harus diakui sebagai ibu kota negara Israel." Tindakan itu juga memungkinkan presiden duduk menunda langkah tersebut dengan menandatangani surat pernyataan setiap enam bulan.
Foto: picture alliance/AP Photo/O. Balilty
Trump melontarkan janji saat kampanye
Selama kampanye presiden AS tahun 2016, saat Donald Trump jadi kandidat Partai Republik, ia berjanji bahwa, jika terpilih, ia akan merelokasi kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, dengan menggambarkan kota suci itu sebagai "ibukota abadi orang-orang Yahudi." Janji Trump menyalakan semangat di Israel dan memenangkan banyak pemilih Yahudi dan konservatif di AS.
Foto: Reuters/B. Ratner
Trump mengunjungi Tembok Barat Yerusalem
Pada Mei 2017, Trump menjadi presiden AS pertama yang mengunjungi Tembok Barat. Situs ini terletak di Kota Tua Yerusalem, yang diduduki pasukan Israel saat Perang Enam Hari 1967. Menurut laporan, Trump mempertimbangkan untuk memenuhi janji Yerusalem-nya selama kunjungan itu, tetapi ia disarankan untuk mengurungkan langkah itu supaya ketegangan regional tidak terpicu.
Foto: Reuters/J. Ernst
Trump secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel
Saat pidato di Gedung Putih pada 6 Desember 2017, Trump mengatakan dia telah "memutuskan sudah waktunya untuk secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel". Ia menambahkan langkah itu adalah "pengakuan atas kenyataan." Trump mengutip UU Kedutaan Besar Yerusalem sebagai salah satu alasan di balik keputusannya.
Foto: picture alliance/dpa/AP/E. Vucci
Dunia Arab bereaksi dengan emosional
Setelah pengumuman Trump, ribuan Muslim di seluruh dunia berpartisipasi dalam demonstrasi memprotes keputusannya yang kontroversial. Para pengunjuk rasa berbaris di jalan-jalan, membakar bendera dan meneriakkan slogan anti-Israel di negara-negara termasuk Irak, Turki, Mesir, Malaysia, Indonesia dan Kashmir yang dikuasai India.
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
Protes pecah di Eropa
Aksi protes pun pecah di Eropa. Di Jerman, pada tanggal 8 Desember 2017, sebagian besar demonstran Muslim menghadiri rapat umum di dekat kedutaan AS di Gerbang Brandenburg Berlin, melambai-lambaikan bendera Palestina. Pemerintah Jerman termasuk di antara mereka yang memperingatkan langkah Trump.
Foto: Getty Images/S. Gallup
PBB menolak deklarasi Yerusalem Trump
Pada 21 Desember 2017, sidang darurat Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang mengutuk keputusan Presiden AS Donald Trump yang menyebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Sebanyak 128 negara memberikan suara mendukung langkah tersebut, sementara sembilan suara menentangnya dan 35 negara abstain. Pemungutan suara dilakukan setelah AS memveto resolusi Dewan Keamanan PBB atas Yerusalem.
Foto: picture alliance/dpa/AP/M. Lennihan
Relokasi kedutaan Yerusalem
23 Februari, Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan mempercepat relokasi kedutaan ke Yerusalem. "Pembukaannya akan bertepatan dengan ulang tahun ke-70 Israel," kata juru bicara Deplu AS Heather Nauert. Peringatan itu jatuh pada tanggal 14 Mei. Selama kunjungan ke Yerusalem a bulan Januari, Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan dia tidak yakin langkah itu akan selesai sebelum akhir 2019.
Foto: Reuters/A. Schalit
Tanda-tanda jalan pertama untuk kedutaan AS baru
7 Mei, pemerintah Israel pasang rambu-rambu jalan pertama yang mengarah ke kedutaan AS di Yerusalem. Tanda-tanda itu dipasang di sisi selatan kota oleh konsulat AS. Walikota Yerusalem Nir Barkat menggantung tanda pertama. Ia menyatakan, "Ini bukan mimpi, itu kenyataan. Yerusalem adalah ibukota abadi orang-orang Yahudi dan dunia mulai menyadari fakta ini." Penulis: D.Martin (ap/ml)