Australia Tingkatkan Pertahanan dengan Rudal Lokal
31 Maret 2021
Perdana Menteri Australia Scott Morrison umumkan rencana investasi besar-besaran produksi senjata lokal guna meningkatkan kemandirian Australia di bidang pertahanan.
Iklan
Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Rabu (31/03) mengungkapkan rencana inisiatif jalur cepat untuk mendirikan perusahaan senjata dalam negeri dengan investasi senilai $ 1 miliar dolar Australia atau sekitar Rp 11 triliun.
Menurutnya, keputusan tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan untuk memperkuat kemampuan pertahanan Australia. "Menciptakan kemampuan kedaulatan sendiri di tanah Australia sangat penting untuk menjaga keamanan warga Australia," ucap Morrison.
Pemerintah Australia, papar Morrison, akan bermitra dengan produsen senjata global dan bekerja sama secara erat dengan Amerika Serikat selaku mitra pentingnya.
Usaha tingkatkan kemandirian pertahanan
Perdana menteri Australia itu mengatakan, pandemi virus corona telah mengungkapkan betapa pentingnya bagi Australia untuk dapat mandiri.
Pembuatan rudal di dalam negeri adalah salah satu bagian dari upaya untuk mengubah strategi pertahanan Australia dan industri pertahanan lokalnya, dengan mengucurkan investasi besar dalam jangka waktu 10 tahun.
Morrison mengatakan perlunya memproduksi rudal di dalam negeri, karena kemungkinan gangguan rantai pasokan global. Rencana tersebut diperkirakan juga akan menciptakan ribuan lapangan kerja baru dan bisa meningkatkan ekspor Australia.
Iklan
Rudal produksi lokal dinilai sudah waktunya
Beberapa dekade sudah berlalu sejak terakhir kali Australia memproduksi rudal canggih, dan saat ini negara itu mengandalkan impor dari sekutu termasuk AS. Australia saat ini membangun roket umpan yang bertujuan mengacaukan rudal yang diarahkan ke wilayahnya.
Michael Shoebridge, direktur pertahanan, strategi, dan keamanan nasional di lembaga pemikir independen Australian Strategic Policy Institute mengatakan, pengumuman itu merupakan berita yang disambut baik. Menurut Shoebridge, meningkatnya agresi Cina adalah masalah besar bagi Australia, bersamaan dengan kerentanan rantai pasokan global yang terungkap setelah pandemi corona melanda.
Teknologi Yang Mengubah Strategi dan Taktik Perang
Artificial Intelligence (AI) mengubah strategi dan taktik perang. Para ahli memperingatkan, pengembangan senjata mematikan yang bertindak secara otonom bisa membahayakan. Sejak dulu, teknologi memengaruhi cara berperang.
Foto: Getty Images/E. Gooch/Hulton Archive
Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence -AI): Revolusi perang jilid tiga
Lebih 100 ahli AI menulis surat terbuka dan meminta PBB melarang senjata otonom yang mematikan. Senjata semacam ini memang belum digunakan, namun kemajuan penelitian AI memungkinkan hal itu terwujud dalam waktu dekat, kata para ahli. Mereka mengatakan, senjata semacam itu bisa menjadi "revolusi ketiga dalam peperangan," setelah penemuan mesiu dan senjata nuklir.
Foto: Bertrand Guay/AFP/Getty Images
Penemuan bubuk mesiu
"Revolusi pertama" dalam cara berperang ditemukan warga Cina, yang mulai menggunakan bubuk mesiu hitam antara abad ke 10 sampai 12. Teknologi itu kemudian berkembang sampai ke Timur Tengah dan Eropa. Senjata dengan peluru memang lebih ampuh daripada tombak dan panah yang ketika itu digunakan.
Foto: Getty Images/E. Gooch/Hulton Archive
Artileri
Penemuan mesiu akhirnya memperkenalkan artileri ke medan perang. Tentara mulai menggunakan meriam sederhana pada abad ke-16 untuk menembakkan bola logam berat ke arah prajurit infanteri pihak lawan. Meriam mampu menembus tembok tebal sebuah benteng.
Foto: picture-alliance/akg-images
Senapan mesin
Penemuan senapan mesin pada akhir abad ke-19 segera mengubah medan peperangan. Penembaknya sekarang bisa berlindung agak jauh dari bidikan musuh dan mengucurkan puluhan amunisi dalam waktu singkat. Efektivitas senapan mesin sangat jelas dalam Perang Dunia I. Korban manusia yang tewas makin banyak.
Foto: Imperial War Museums
Pesawat tempur
Para pemikir militer terus mengembangkan peralatan perang yang makin canggih. Setelah penemuan pesawat terbang tahun 1903, enam tahun kemudian militer AS membeli pesawat militer pertama jenis Wright Military Flyer yang belum dipersenjatai. Pada tahun-tahun berikutnya, pesawat dilengkapi senjata dan juga digunakan untuk menjatuhkan bom.
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb/U.S. Airforce
Roket dan peluru kendali
Artileri memang efektif, tapi daya jangkaunya terbatas. Penemuan roket dan peluru kendali pada Perang Dunia II tiba-tiba mengubah strategi perang. Rudal memungkinkan militer mencapai target yang ratusan kilometer jauhnya. Rudal pertama buatan Jerman jenis V-2 masih relatif primitif, tapi inilah awal mula pengembangan rudal balistik antarbenua (ICBM).
Foto: picture-alliance/dpa
Pesawat jet
Pesawat jet pertama kali tampil pada akhir Perang Dunia II. Mesin jet secara dramatis meningkatkan kecepatan sebuah pesawat terbang dan memungkinkannya mencapai target lebih cepat. selain itu, pesawat jet sulit jadi sasaran musuh karena kecepatannya. Setelah Perang Dunia II, dikembangkan pesawat pengintai militer yang bisa terbang di ketinggian lebih dari 25 kilometer.
Foto: picture-alliance
Senjata nuklir
"Revolusi kedua" dalam strategi perang adalah penemuan bom atom dan penggunaannya di Hiroshima dan Nagasaki. Sekitar 60 sampai 80 ribu orang tewas seketika, belum lagi mereka yang terkena radiasi nuklir dan meninggal kemudian. Di era Perang Dingin, AS dan Uni Soviet mengembangkan ribuan hulu ledak nuklir dengan daya ledak yang lebih tinggi lagi.
Foto: Getty Images/AFP
Digitalisasi
Beberapa dekade terakhir, digitalisasi menjadi elemen penting dalam teknologi perang. Perangkat komunikasi militer jadi makin cepat dan makin mudah dioperasikan. Pada saat yang sama, efisiensi dan presisi meningkat secara radikal. Angkatan bersenjata modern kini fokus pada pengembangan kemampuan melakukan perang cyber untuk mempertahankan infrastruktur nasional dari serangan cyber musuh.
Foto: picture-alliance/dpa
9 foto1 | 9
Dia mengatakan lebih jauh, saat ini kebutuhan Australia yang paling mendesak adalah rudal jarak jauh antikapal yang dapat ditembakkan dari kapal perang atau pesawat terbang. Menurutnya, kendaraan tempur baru militer juga perlu dibekali kemampuan bisa menembakkan rudal.
Shoebridge mengatakan masuk akal bagi Australia untuk membangun generasi baru rudal hipersonik dengan bekerja sama dengan AS. Mitra komersial potensial yang ia sebut antara lain termasuk produsen senjata besar dari AS, yakni Lockheed Martin dan Raytheon.
Berharap dapat dukungan dari sekutu
Australia juga akan bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya. Kedua negara tersebut adalah bagian dari apa yang disebut sebagai "Five Eyes" yakni aliansi berbagi data intelijen bersama Kanada, Inggris dan Selandia Baru.
"Kami akan bekerjasama erat dengan Amerika Serikat dalam prakarsa penting ini untuk memastikan bahwa kami memahami bagaimana perusahaan (dalam negeri) dapat dengan baik mendukung kebutuhan Australia dan kebutuhan yang semakin meningkat dari mitra militer utama," ungkap Menteri Pertahanan Peter Dutton.
Pemerintah di Canberra juga dilaporkan akan menjalin kerja sama dengan produsen senjata global untuk proyek tersebut.