Austria, Negara UE Pertama yang Loloskan Mandat Vaksin
21 Januari 2022
Mandat vaksin Austria untuk orang dewasa disahkan di parlemen, hanya politisi sayap kanan yang memprotes. Sementara itu, Prancis perlahan mulai longgarkan pembatasan COVID-19.
Beberapa orang turun ke jalan untuk memprotes mandat vaksin AustriaFoto: Askin Kiyagan/AA/picture alliance
Iklan
Parlemen Austria pada Kamis (20/01) mengeluarkan mandat vaksin yang mengharuskan semua orang dewasa di negara itu divaksin COVID-19 mulai Februari 2022. Pengesahan tersebut menjadikan Austria negara Uni Eropa pertama yang meloloskan mandat vaksin, meskipun memicu kemarahan puluhan ribu warga di Austria dan seluruh Eropa.
Undang-undang tersebut mendapat banyak dukungan di parlemen, dengan hanya legislator sayap kanan yang memberikan suara pertentangan dalam penghitungan: 137 menyetujui dan 33 yang menolak. Amanat tersebut hanya berlaku untuk orang dewasa, kecuali wanita hamil dan yang memiliki kondisi medis tertentu.
Pemimpin sayap kanan Partai Kebebasan Austria (FPO), Herbert Kickl, mencerca hukum pada Kamis (20/01) selama debat parlemen, dengan mengklaim langkah itu "membuka jalan menuju totalitarianisme di Austria.” Kickl bersumpah akan terus menolak vaksinasi secara pribadi.
Kanselir Austria Karl Nehammer kepada wartawan mengatakan, "vaksinasi adalah kesempatan bagi masyarakat untuk mencapai kebebasan yang leluasa dan berkelanjutan, karena virus tidak dapat membatasi kita lebih jauh.”
Pada Rabu (19/01), pemerintah Austria mengumumkan akan mendirikan "zona keamanan” di sekitar fasilitas kesehatan dan pusat vaksinasi. Polisi akan menolak siapapun yang "menyebabkan masalah”, termasuk para demonstran.
Austria yang memiliki populasi sekitar 9 juta penduduk, harus mengalami hampir 14.000 kasus kematian terkait COVID-19 dan 1,5 juta kasus infeksi sejak pandemi virus corona dimulai. Sekitar 70 persen dari populasi kini telah divaksinasi lengkap.
Austria saat ini bergabung dengan Ekuador, Tajikistan, Indonesia, dan Mikronesia sebagai satu-satunya negara di dunia yang meloloskan mandat vaksin.
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)
Foto: Markus Schreiber/AP Photo/picture alliance
10 foto1 | 10
Prancis tak lagi wajibkan penggunaan masker
Selama konferensi pers pada Kamis (20/01), Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengatakan, situasi umum COVID-19 Prancis mulai berubah, sehingga memungkinkan pembatasan dilonggarkan.
Castex juga membenarkan pelonggaran pembatasan dengan syarat telah mendapatkan vaksinasi COVID-19, yang diberlakukan pada Senin, 24 Januari 2022, setelah disetujui Dewan Konstitusi.
Sebagai langkah pertama pelonggaran tindakan COVID-19, batas kapasitas penonton konser, pertandingan olahraga, dan acara lainnya sebanyak 2.000 orang untuk di dalam ruangan, dan 5.000 di luar ruangan akan dicabut mulai 2 Februari 2022.
"Sejak pengumuman keharusan vaksin, satu juta orang Prancis telah divaksinasi. Itu bagus, tapi tidak cukup,” kata Castex, seraya menambahkan bahwa suntikan booster akan diperluas ke anak-anak berusia 12-17 tahun.
Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengatakan klub malam akan diizinkan untuk dibuka kembali mulai 16 Februari 2022, yang telah ditutup sejak Desember 2021Foto: Stephane de Sakutin/AFP/Getty Images
Bekerja dari rumah juga tidak akan lagi diperlukan untuk karyawan yang memenuhi syarat mulai 2 Februari 2022. Pemerintah Prancis telah mendesak orang untuk bekerja dari rumah selama tiga hari dalam seminggu, tetapi Castex mengatakan, pedoman ini akan dibatalkan, karena itu menjadi kebijakan per masing-masing individu dan perusahaan.