1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Awal Mula Revolusi Islam Iran

10 Februari 2009

Bagi Iran, tanggal 11 Februari 1979 merupakan pengambilalihan kekuasaan oleh Ayatollah Khomeini, sekaligus dinyatakan pula sebagai 'Hari Revolusi Islam'.

Iran 1988 Ayatollah Ruhollah Khomeini
Foto: picture-alliance/AP Photo/Sayaad

Tanggal itu sebenarnya ditetapkan 'seenaknya'. Pada hari itu memang pemerintahan di bawah Shahpur Bakhtiar sebagai pemerintahan terakhir yang diangkat oleh Shah Reza Pahlevi, mengundurkan diri, dan militer menyatakan akan bersikap netral menghadapi sengketa dengan rezim lama.

Sebenarnya tanggal 16 Januari juga dapat dinyatakan sebagai hari bersejarah, karena pada hari itu Shah meninggalkan Iran. Atau, tanggal 1 Februari, ketika Khomeini kembali ke Iran dari pengasingannya di Paris. Atau juga tanggal 12 April, saat Khomeini memproklamirkan 'Republik Islam Iran'. Berikut latar belakang sampai terjadinya peristiwa tahun 1978/79.

Meski mencapai puncaknya pada caturwulan pertama tahun 1979, tetapi asal usulnya sudah berakar jauh sebelumnya, dan dampaknya masih dirasakan bertahun-tahun sesudahnya. Revolusi itu berawal mula pada kejadian-kejadian di tahun 1953. Ketika itu PM terpilih Mohammad Mossadegh, yang menasionalisasi sumber minyak Iran, digulingkan oleh CIA dan digantikan oleh militer yang memungkinkan kepulangan Shah Mohammad Reza Pahlevi yang melarikan diri ke Roma.

Konfrontasi antara Shah dan pihak oposisi meruncing, ketika kelompok republik, kelompok kiri dan kemudian kelompok muslim bangkit. Dengan bantuan dinas rahasia, Shah memburon dan menindas kelompok oposisi. Tetapi sebagai dampak dari penanganan kudeta, Shah Iran sekaligus semakin tergantung pada AS. Angkatan perangnya kemudian dilengkapi dengan senjata-senjata paling modern dari AS.

Atas keinginan AS pulalah pada tahun 60-an Shah Iran melaksanakan "Revolusi Putih", guna memupus kesenjangan sosial di negara itu. Shah memberlakukan reformasi pertanahan, yang memukul para bangsawan Iran. Juga dilaksanakan program pendidikan dan meluaskan hak bagi perempuan. Tetapi mungkin itu sudah terlambat, sebab kritik terhadap Shah semakin lantang. Apakah itu karena ketergantungannya pada AS maupun karena pemisahan yang berlebihan antara negara dan agama.

Lawan politiknya ditahan, dihukum mati atau diusir ke luar negeri. Salah satunya adalah Ayatollah Khomeini yang menentang 'Revolusi Putih' dan menuduh Shah melanggar UU Islam. Tahun 1964 Khomeini dikucilkan ke Turki dan kemudian dia pindah ke Irak. Akhirnya pada tahun 1978 dia diijinkan menetap di Paris. Di Iran sendiri berbagai kelompok politik dan agama beraksi menentang Shah dan mendukung imbauan-imbauan Khomeini lewat rekaman kaset yang diselundupkan ke Iran.

Tetapi awal tahun 1978 rejim seputar Shah Iran bereaksi terhadap serangan-serangan Khomeini dan menyebutnya sebagai mata-mata dan haus karir. Sesudahnya muncul berbagai demonstrasi protes dan bentrokan kekerasan dengan pihak oposisi, terutama dengan pendukung Khomeini. Dalam bulan-bulan berikutnya jatuh ratusan korban tewas. A.l. dalam peristiwa pembakaran terhadap sebuah bioskop di Abadan bulan Agustus 1978.

Ketika itu 477 orang tewas. Demonstrasi dan protes terus merebak ke seluruh negeri. Awal September di banyak kota diberlakukan hukum perang dan di Teheran terjadi pertumpahan darah di kalangan demonstran setelah pihak militer melepaskan tembakan.

Posisi Shah Iran semakin buruk, apalagi AS rupanya tidak peduli lagi dengan bekas sekutunya itu. Sebab kali ini Washington tidak memberikan bantuan seperti tahun 1953. Bulan November 1978 militer mengambil-alih kekuasaan.

Shah Iran sekali lagi berupaya menyelamatkan keadaan pada bulan Januari 1979, dengan mengangkat Shahpur Bakhtiar sebagai PM. Beberapa hari kemudian Shah meninggalkan Iran. Rupanya untuk selamanya. Tanggal 5 Februari Bakhtiar mundur dan melarikan diri. Dua tahun kemudian dia dibunuh di Paris. Sesudahnya, Revolusi Islam merebak. (dgl)