Azerbaijan Ungkap Agenda COP29 di Tengah Kebuntuan Finansial
18 September 2024
KTT COP29 bertujuan menentukan berapa banyak dana yang dibutuhkan negara-negara berkembang dan siapa yang harus berkontribusi pada dana tersebut. Dengan waktu kurang dari dua bulan menuju acara, negosiasi masih buntu.
Iklan
Tuan rumah COP29, Azerbaijan, mengungkap serangkaian inisiatif untuk KTT yang akan berlangsung pada November mendatang, dalam upaya mengatasi kebuntuan negosiasi pendanaan.
Tantangan utama COP29 adalah menyepakati tujuan pendanaan baru untuk membantu negara-negara berkembang menghadapi perubahan iklim. Namun, diskusi masih menemui jalan buntu.
Sebagai tanggapan, presidensi COP29 mengusulkan lebih dari belasan inisiatif sampingan yang tidak memerlukan negosiasi antar-pihak.
Menteri Ekologi Azerbaijan, Mukhtar Babayev, yang memegang jabatan presidensi COP secara bergilir, mengatakan bahwa agenda sampingan ini menggunakan "kekuatan penyelenggaraan COP dan kemampuan nasional masing-masing tuan rumah untuk membentuk koalisi dan mendorong kemajuan."
Inisiatif sukarela ini umum dilakukan pada KTT COP, tetapi terpisah dari negosiasi panjang yang mengarah pada perjanjian yang mengikat.
Agenda ini akan "membantu meningkatkan ambisi dengan menyatukan para pemangku kepentingan di sekitar prinsip dan tujuan yang sama," kata Babayev.
Perubahan iklim Mengancam Kupu-Kupu dan Juga Manusia
Tim peneliti mengamati perilaku kupu-kupu di Amazon Ekuador dan menarik kesimpulan tentang dampak perubahan iklim terhadap populasi serangga. Sayangnya, hasilnya tidak begitu menggembirakan.
Foto: RODRIGO BUENDIA/AFP
Kupu-Kupu sebagai Bioindikator
Suaka Margasatwa Cuyabeno di hutan Amazon Ekuador terkenal dengan kekayaan flora dan faunanya. Sejak Agustus tahun lalu, tim ahli biologi dan penjaga hutan memantau populasi kupu-kupu di taman tersebut. Riset itu perlu dilakukan karena kupu-kupu merupakan bioindikator, yakni organisme hidup yang kondisinya memberikan ukuran kesehatan ekosistem di sekitarnya.
Foto: DANIEL MUNOZ/AFP
Jebakan Bau
Seekor kupu-kupu tertarik dengan umpan yang terdiri dari ikan busuk dan pisang yang difermentasi — campuran yang berbau busuk ini menjadi makanan lezat bagi serangga. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk menangkap serangga tersebut dengan jaring.
Foto: DANIEL MUNOZ/AFP
Pengujian Sangat Hati-hati
Dipimpin ketua ekspedisi Elisa Levy (ka.), tim memeriksa kupu-kupu yang ditangkap. Para peneliti dengan hati-hati memegang perut kecil serangga tersebut dengan pinset dan memberi label pada sayapnya. Setelah terdokumentasi, sebagian besar kupu-kupu diepaskan terbang kembali.
Foto: DANIEL MUNOZ/AFP
Kaya Keragaman Hayati di Negara Kecil ini
Para periset meneliti beragam spesies kupu-kupu. Ada yang berwarna merah cerah dan biru, sedangkan pola pada spesimen ini menyerupai garis zebra. Kupu-kupu lainnya setransparan kaca. Ekuador, negara yang relatif kecil namun sangat kaya spesies, adalah habitat bagi sekitar 4.000 spesies kupu-kupu.
Foto: DANIEL MUNOZ/AFP
Keseimbangan yang Rentan
Kepala tim peneliti Elisa Levy kepada kantor berita AFP mengatakan, tanaman tropis – tidak seperti tanaman di wilayah dengan musim yang berbeda – tidak terbiasa dengan fluktuasi cuaca ekstrem. Jika flora gagal beradaptasi dengan perubahan iklim yang cepat, tanaman ini bisa mati, bersama larva kupu-kupu yang memakan tanamannya.
Foto: DANIEL MUNOZ/AFP
Keanekaragaman yang Terancam
Dan itulah yang sebenarnya sedang terjadi, seperti yang ditunjukkan oleh riset para peneliti: Meskipun jumlah spesies di Cuyabeno hanya berkurang sebesar 10%, jumlah absolut kupu-kupu telah menurun sebesar 40% hingga 50%.
Foto: DANIEL MUNOZ/AFP
Alarm Bahaya Penurunan Populasi
Ahli biologi Maria Fernanda Checa dari Universitas Katolik di Quito menggambarkan penurunan populasi kupu-kupu sebagai hal yang “sangat signifikan.” Menurut ahli biologi ini, kupu-kupu bereaksi sangat sensitif terhadap perubahan kecil sekalipun dalam ekosistem seumur hidupnya yang pendek mulai dari telur, ulat, hingga dewasa. “Penurunan ini mengkhawatirkan kami,” kata Checa.
Foto: RODRIGO BUENDIA/AFP
Jenis yang Langka
Di beberapa bagian wilayah Amazon, “laju penemuan spesies baru lebih lambat dibandingkan laju kepunahan,” kata Checa. PBB memperingatkan: 40% penyerbuk invertebrata –terutama lebah dan kupu-kupu– di dunia terancam punah. Akibatnya bisa berrisiko bagi manusia, karena tiga perempat tanaman buah-buahan dan benih bergantung pada hewan penyerbuk ini. (ap/as- Sumber: AFP)
Foto: RODRIGO BUENDIA/AFP
8 foto1 | 8
Inisiatif yang diusulkan
Salah satu inisiatif kunci yang diperkenalkan oleh Azerbaijan adalah pembentukan dana aksi iklim dengan kontribusi sukarela dari negara-negara dan perusahaan penghasil bahan bakar fosil.
Iklan
Dana tersebut bertujuan mengumpulkan $1 miliar (sekitar Rp15,34 triliun) untuk membiayai proyek-proyek di negara-negara berkembang.
Azerbaijan, yang sangat bergantung pada bahan bakar fosil, diperkirakan akan memberikan kontribusi pertama untuk dana ini.
Proposal lainnya termasuk pengurangan emisi dari sektor pariwisata, peningkatan kapasitas penyimpanan energi, dan pembentukan pasar global untuk hidrogen bersih.
Negara tuan rumah juga menyarankan "Gencatan Senjata COP" untuk menghentikan konflik selama KTT berlangsung.
Eksploitasi Nikel di Halmahera
03:50
Negara-negara berkembang tuntut dukungan finansial lebih besar
KTT tahun ini di Baku bertujuan menentukan berapa banyak dana yang dibutuhkan negara-negara berkembang untuk mengatasi pemanasan global dan dari mana dana tersebut akan berasal.
Perjanjian baru ini akan menggantikan komitmen $100 miliar (sekitar Rp1,53 kuadriliun) per tahun yang dibuat oleh negara-negara kaya pada 2020. Tujuan tersebut baru tercapai untuk pertama kalinya pada 2022 dan telah lama dikritik sebagai tidak memadai.
Pada Agustus, PBB mengajukan draf dokumen yang menguraikan tujuh kemungkinan opsi untuk perjanjian keuangan tersebut.
Dengan waktu dua bulan tersisa sebelum KTT, belum ada konsensus yang tercapai.
Rekor: Panas Ekstrem di Asia
PBB memperingatkan bahwa lima tahun ke depan akan menjadi rekor tahun terpanas yang pernah tercatat. Asia turut menderita, seiring dengan meningkatnya suhu ekstrem akibat gas rumah kaca dan pola cuaca El Nino.
Foto: CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP
Air menyelamatkan jiwa
Para relawan di New Delhi, India, terlihat tengah membagikan minuman gratis saat musim panas. Pada bulan Mei lalu, Badan Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan bahwa lima tahun ke depan akan menjadi rekor tahun-tahun terpanas sepanjang sejarah.
Foto: Arun SANKAR/AFP
Dengan balok es melawan panas mematikan
Para buruh pekerja di Bangkok, ibu kota Thailand, tengah mengangkut balok-balok es ke sebuah pasar. Thailand merupakan salah satu negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan yang menghadapi gelombang panas paling mematikan dalam beberapa minggu terakhir.
Foto: Lillian Suwanrumpha/AFP
Pemasok air
Kurir ini terlihat berjuang keras untuk mengangkut lebih banyak stok air di sepeda motornya. Di ibu kota Vietnam, Hanoi, akses terhadap air minum menjadi hal yang krusial, mengingat cuaca panas ekstrem yang tengah dihadapi. Pada bulan Mei, rekor terbaru dipecahkan saat suhu mencapai 44,1 derajat Celcius.
Foto: Nhac NGUYEN/AFP
Kipas angin genggam
Ketika El Nino tengah menyebabkan suhu melambung tinggi di Banda Aceh, Indonesia, sebuah kipas angin genggam memberikan sedikit kenyamanan udara sepoi-sepoi bagi siswi sekolah ini.
Foto: CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP
Mencari tempat teduh
Bukan karena hujan, namun warga Tokyo, ibu kota Jepang, tetap membawa payung mereka untuk berlindung dari panas ekstrem.
Foto: Philip FONG/AFP
Terlalu panas untuk bekerja
Panas dan lembabnya udara di Prayagraj, negara bagian Uttar Pradesh, India, membuat situasi sulit bagi warganya untuk bekerja. Dalam beberapa minggu terakhir, para dokter di sana menghimbau warga yang berusia di atas 60 tahun, untuk tetap berada di dalam rumah selama gelombang panas ekstrem melanda wilayah tersebut.
Foto: Sanjay KANOJIA/AFP
Air: Berkah, sekaligus kutukan
Anak-anak mendinginkan tubuh mereka di Sungai Buriganga, Bangladesh, salah satu negara di dunia yang paling terdampak bencana iklim. Angin topan dan banjir sering kali menghancurkan wilayah mereka. Seperlima bagian dari negara ini berisiko mengalami banjir permanen akibat naiknya permukaan air laut. (kp/hp)
Foto: Munir UZ ZAMAN/AFP
7 foto1 | 7
COP29 digelar di tengah meningkatnya suhu
Meskipun banyak negara telah membuat komitmen iklim, suhu Bumiterus meningkat.
Emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil mencapai rekor tertinggi tahun lalu.
Selain itu, musim panas 2024 telah menjadi yang terpanas dalam sejarah belahan Bumi utara, seiring suhu yang terus meningkat.