1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Badai Salju di Cina Belum Usai

31 Januari 2008

Jutaan warga yang bermaksud pulang kampung untuk bisa merayakan tahun baru Cina dengan keluarga besar, terjebak dalam perjalanan akibat cuaca yang buruk.

Foto: AP

Cina mengalami badai salju terparah dalam 50 tahun terakhir. Lebih dari 60 orang telah tewas dan aliran listrik yang terputus menyebabkan kekacauan dalam sarana transportasi jalanan mau pun kereta api. Rabu kemarin dikabarkan, sekitar 800 ribu orang terlantar di salah satu stasiun di Guangzhou.

Perdana menteri Cina Wen Jiabao turut menyaksikan langsung kekacauan yang dialami negerinya, saat ia berada di stasiun Changsa dan berusaha untuk menenangkan para warga yang terjebak disana.

“Saya meminta maaf karena Anda semua harus menunggu untuk bisa pulang ke rumah. Pekerjaaan reparasi masih membutuhkan waktu. Kami ingin membenahi terlebih dahulu jaringan listrik. Setelah itu beres, kereta-kereta sudah bisa bergerak kembali. Mudah-mudahan tidak lama lagi, Anda bisa pulang dan merayakan tahun baru bersama keluarga Anda.”

Hari Kamis (31/01), sekitar 200 ribu penumpang diharapkan bisa berangkat dari staisun Guangzhou. Tapi ini bukanlah angka yang besar, mengingat secara keseluruhan ada 2,5 juta penumpang kereta yang memiliki tiket kereta. Bermalam di stasiun dan menunggu selama berhari-hari tanpa kepastian, ditambah suhu udara yang dingin, menyebabkan kondisi fisik dan psikis para calon penumpang kereta memburuk.

Di provinsi Zhejiang, mereka diberi konsultasi gratis oleh para psikolog. Zhao Guoqiu, yang memimpin para psikolog tersebut mengatakan, rasa letih dan cemas bisa mengurangi kekebalan tubuh dan menimbulkan masalah psikologis. Pemerintah Cina sendiri bahkan mulai mengambil tindakan yang jarang terjadi. Yaitu, meminta kepada jutaan buruh dari luar kota untuk tidak pulang ke kampung halaman mereka untuk merayakan tahun baru Cina. Padahal, sering kali perayaan ini merupakan satu-satunya hiburan yang dinantikan para buruh usai pekerjaan yang berat dan upah yang minim.

Pemerintah Cina telah memerintahkan pasukan militer untuk turut membantu penanganan bencana alam ini, usai muncul laporan tentang kekurangan persediaan air bersih dan meningkatnya harga bahan pangan di pasaran secara drastis. Badan Pangan dan Obat-obatan Cina mengadakan inspeksi darurat untuk menghindari terjadinya penjualan kualitas bahan pangan yang buruk atau bahkan palsu.

Stasiun televisi setempat menayangkan ribuan tentara yang membersihkan salju dari jalan tol dan mendistribusikan air kepada warga yang menjadi korban. Sekitar 150 ribu rumah hancur dan 600 ribu lainnya mengalami kerusakan. Sehingga media setempat melaporkan kerugian diperkirakan mencapai sekitar 4,5 milyar Dolar Amerika. (vl)